Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Modifikasi pati singkong dikembangkan untuk meningkatkan pemanfaatan pati sebagai eksipien dalam sediaan farmasi. Sistem matriks hidrofilik dirancang untuk mengurangi frekuensi pemberian obat dan meningkatkan kepatuhan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki kemampuan pregelatinasi pati singkong propioinat sebagai matriks hidrofilik dalam mengendalikan pelepasan obat. Pregelatinasi pati singkong propionat dibuat dengan mereaksikan pregelatinasi pati singkong dengan asam propionat. Matriks-matriks tablet dibentuk dengan PPSP sebagai matriks tunggal dan juga dilakukan kombinasi dengan pembentuk matriks hidrofilik lainnya seperti HPC, HPMC, dan natrium alginat.Tablet di dipersiapkan dengan metode cetak langsung untuk tiga formula pertama, dan metode granulasi basah untuk tiga formula terakhir. Uji disolusi dilakukan mengunakan alat tipe II dengan kecepatan pengadukan 50 rpm, selama delapan jam dalam medium dapar fosfat pH 7,0. Hasilnya menunjukkan hanya PPSP yang dikombinasi dengan matriks lain yang dapat menahan laju pelepasan obat selama delapan jam. PPSP yang digunakan sebagai matriks tungggal, memiliki kemampuan yang buruk dalam mengendalikan pelepasan obat.
Universitas Indonesia, 2007
S33008
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Meilia Nisa
Abstrak :
Di Australia, Eropa dan Amerika Serikat, pembawa suspensi untuk pembuatan obat racikan yang diberikan secara oral telah beredar di pasaran dan dikenal dengan nama dagang Ora-Plus. Namun, sediaan Ora-Plus ini belum beredar di Indonesia sehingga perlu dibuat formulasi pembawa sediaan suspensi untuk pembuatan obat racikan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula pembawa sediaan suspensi yang stabil secara fisik dan kimia setelah penambahan zat aktif berupa tablet diltiazem hidroklorida sebagai model obat. Uji stabilitas dilakukan selama 30 hari pada formula pembawa suspensi terpilih, yaitu formula A dan E. Uji stabilitas fisik dilakukan pada suhu kamar dengan pengujian terhadap bau, warna serta pH sediaan. Hasil menunjukkan bahwa suspensi oral diltiazem hidroklorida berwarna putih dan memiliki bau seperti obat, serta pH yang dihasilkan mengalami penurunan yang tidak terlalu jauh selama masa penyimpanan. Uji stabilitas kimia dilakukan pada dua kondisi yang berbeda, yaitu suhu kamar dan suhu 4±2ºC untuk selanjutnya dilakukan penetapan kadar menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Kadar suspensi oral diltiazem hidroklorida mengalami kenaikan dan penurunan selama masa penyimpanan sehingga dapat dikatakan bahwa suspensi oral diltiazem hidroklorida stabil secara fisik namun tidak stabil secara kimia. ...... In Australia, Europe and the United States, suspending vehicle which is made by the manufactures for extemporaneous compounding in oral medications are known under the Ora-Plus trade name. However, Ora-Plus has not distributed in Indonesia, therefore a suspending vehicle formulation for extemporaneous oral liquid compounding should be formulated. The objective of this research was to obtain the optimum concentration of suspending vehicle and to obtain a physically and chemically stable formulation of diltiazem hydrochloride suspension. Stability test of suspension had been carried out for 30 days in the selected suspending vehicle formulas (Formula A and E). Physical stability test was performed at room temperature and physical properties (odor and color) and pH of suspension was evaluated. The results showed that the oral suspension of diltiazem hydrochloride possessed white and drug-like odor, and the resulting pH decreased less significantly during storage. Chemical stability test was carried out in two different conditions, at room temperature and at 4±2ºC for chemical stability test in suspension using spectrophotometer UV-Vis. Concentration of diltiazem hydrochloride in the oral suspension showed fluctuation during storage period. Based on those results, it can be concluded that the oral suspension of diltiazem hydrochloride was physically stable but not chemically stable during the storage period.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan sediaan mengapung dari kombinasi kitosan, gelatin ikan nila dan beberapa derivat selulosa, seperti etil selulosa, metil selulosa dan CMC-Na, serta mengevaluasi mutu dan profil pelepasan obat dari sediaan tersebut. Pada penelitian ini, tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan menggunakan diltiazem HCl sebagai model obat. Formulasi tablet mengapung dibuat dengan mengubah komposisi kitosan, gelatin ikan nila dan derivat selulosa. Daya mengembang dan keterapungan tablet mengapung dievaluasi. Pelepasan obat dari tablet mengapung diteliti dan dianalisa dengan menggunakan beberapa model persamaan kinetika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula yang mengandung gelatin ikan nila dan etil selulosa dengan perbandingan 1:18 merupakan formula yang terbaik dengan daya mengembang sebesar 16,4% dan waktu mengapung 61 menit. Formula tersebut juga menunjukkan profil pelepasan obat yang terkendali dan mendekati model kinetika Higuchi serta mekanisme difusi Fickian.
Universitas Indonesia, 2007
S32624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Sukma Inggit D.F.
Abstrak :
Penggunaan polimer yang biodegradable dan biocompatible sebagai penghantar obat, memberikan banyak keuntungan. PLGA merupakan kopolimer asam laktat dan asam glikolat, yang memiliki sifat biodegradable dan biocompatible. Pada penelitian ini dilakukan studi pendahuluan pembuatan mikrokapsul diltiazem hidroklorida dengan penyalut PLGA menggunakan metode penguapan pelarut. Etil selulosa digunakan sebagai pembanding. Mikrokapsul diltiazem hidroklorida dibuat dengan perbandingan obat-polimer 1:1, 1:2, dan 1:3. Mikrokapsul kemudian dievaluasi dengan analisis bentuk dan morfologi menggunakan SEM, kandungan obat dan uji disolusi. Uji disolusi secara in vitro dilakukan dengan menggunakan alat tipe I (keranjang) dengan medium asam klorida 0,1 N dan dapar fosfat pH 6,8. Sampel dianalisis secara spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan pembuatan mikrokapsul salut PLGA belum optimal. Secara fisik, mikrokapsul salut PLGA menunjukkan hasil yang lebih halus dibandingkan etil selulosa. Selain itu, didapatkan bahwa jumlah polimer mempengaruhi laju pelepasan diltiazem hidroklorida dari mikrokapsul, di mana penghambatan pelepasan obat yang terbesar diperoleh pada perbandingan obat-polimer = 1:3.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Diltiazem HCl merupakan obat golongan antagonis kalsium yang digunakan dalam pengobatan hipertensi, angina pectoris dan aritmia. Bentuk sediaan diltiazem HCl dengan pelepasan yang dimodifikasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efektifitas pengobatan. Dalam penelitian ini, tablet diltiazem HCl dibuat dengan cara kempa langsung dan disalut menggunakan etil selulosa sebagai polimer larutan penyalut sebesar 5 % b/v dan trietil sitrat sebagai plasticizer sebesar 0 %,15 % dan 25 % dari bobot polimer kering serta dilihat pengaruh penambahan trietil sitrat terhadap pelepasan diltiazem HCl dari tablet salut lapis tipis. Evaluasi tablet salut yang dilakukan di antaranya uji morfologi menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) dengan hasil menunjukkan terdapat banyak spon pada formula 3 yang mungkin disebabkan karena pembentukan lapis tipis yang tidak berkelanjutan dan uji pelepasan obat menggunakan alat uji disolusi tipe 2 dalam medium HCl pH 1,2 dan dapar fosfat pH 6,8. Kadar diltiazem HCl diperiksa dengan spektrofotometer UV-Vis pada maksimum 235,8 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan etil selulosa sebagai polimer penyalut memberikan penghambatan terhadap pelepasan diltiazem HCl, sedangkan penambahan trietil sitrat sebagai plasticizer mempercepat pelepasan diltiazem HCl.
Universitas Indonesia, 2007
S32578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rozi Fadjri
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan kompleks polielektrolit kitosan-xanthan (KPKX) dan menggunakannya sebagai matriks dalam tablet lepas terkendali dengan sistem mengapung. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa kitosan, yang bermuatan positif pada suasana asam, dan xanthan, yang bemuatan negatif, dapat membentuk kompleks polielektrolit yang memiliki daya mengembang yang baik untuk sediaan dengan pelepasan terkendali. KPKX dibuat dengan cara melarutkan kitosan (1,0% b/v) dan xanthan (1,0% b/v) di dalam medium masing-masing kemudian mencampurkan keduanya pada pH 4,3-4,5 dengan perbandingan 1:1. Hasil yang diperoleh dikarakterisasi secara fisik, kimia, dan fungsional. Selanjutnya, KPKX digunakan sebagai matriks dalam sediaan tablet mengapung dengan 2 variasi jumlah polimer pembentuk matriks (35,71% dan 57,14%). Asam sitrat dan natrium bikarbonat digunakan sebagai gas forming dalam 2 variasi (14,29% dan 21,43%). Kitosan, xanthan, dan campuran fisik keduanya digunakan sebagai polimer matriks pada formula pembanding. Diltiazem HCl digunakan sebagai model obat. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dikempa menjadi tablet 700 mg. Seluruh tablet mengapung yang dihasilkan memenuhi persyaratan fisik yang tertera di Farmakope Indonesia. Tablet mengapung F3 yang mengandung 57,14% KPKX dan 21,43% gas forming menunjukkan karakteristik yang terbaik dengan floating lag time 39,33 ± 1,53 menit dan dapat mengapung hingga 12 jam. Tablet F3 juga terbukti dapat menahan pelepasans obat hingga 12 jam dan menunjukkan profil pelepasan obat yang sesuai dengan kinetika orde nol. ...... The aim of this study was to investigate the ability of chisotan-xanthan polyelectrolyte complex (CXPC) and use it as matrix of controlled release tablet with floating system. The previous study has shown that chitosan, which have positive charge in acid condition, and xanthan, which have negative charge, could form polyelectrolyte complex which have good swelling index for controlled release dosage forms. CXPC was prepared by dissolving chitosan (1.0% w/v) and xanthan (1.0% w/v) in their medium then mix them in pH 4.3-4.5 with a ratio of 1:1. The obtained CXPC were characterized physically, chemically, and functionally. Furthermore, CXPC was used as matrix of floating tablet in two variations (35.71% and 57.14%). Citric acid and sodium bicarbonate were used as gas forming in two variations (14.29% and 21.43%). Chitosan, xanthan, and physical mixture of both were also used as comparison formula. Diltiazem HCl was used as drug model. Tablet was formulated by wet granulation method and compressed into 700 mg tablets. All floating tablets fulfilled all the Pharmacopoeia requirements. Floating tablets containing 57.14% CXPC and 21.43% gas forming (F3) have shown the best characteristic with 39.33 ± 1.53 minutes of floating lag time and 12 hours of floating time. This formula revealed a profile of controlled drug release and appoached to zero-order kinetics model.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56895
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library