Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jayanti Wiwahaning Putri
"Reaksi alkilasi merupakan salah satu reaksi yang memerlukan katalis untuk mempercepat reaksi, biasanya digunakan katalis transfer fasa. Katalis transfer fasa yang digunakan seperti eter mahkota tidak ramah lingkungan sehingga diganti dengan cairan ionik. Cairan ionik bisa digunakan sebagai pelarut sekaligus katalis pada reaksi katalitik. Cairan ionik memiliki banyak keuntungan sebagai katalis, misalnya mudah diregenerasi.
Pada penelitian ini, digunakan cairan ionik [BMIM]Cl yang diimobilisasi ke dalam silika gel sebagai katalis. Katalis cairan ionik ini merupakan katalis heterogen yang mudah dipisahkan dari reaktan. Karakterisasi silika gel dan [BMIM]Cl-silika gel dilakukan menggunakan FTIR. Spektrum FTIR pada [BMIM]Cl-silika gel menunjukkan adanya puncak serapan pada 802.39 cm-1 yang merupakan puncak serapan Cl-.
Dalam penelitian ini, dilakukan uji katalisis [BMIM]Cl?silika gel pada reaksi alkilasi antara benzena dan diklorometana. Pada reaksi alkilasi ini, dipilih aseton sebagai pelarut polar aprotik. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan waktu dan berat katalis optimum pada suhu 30°C. Hasil dikarakterisasi dengan GC-MS dan GC, diketahui produk yang terbentuk benzil klorida, didapatkan 28.93% sebagai %konversi dan 34.39% sebagai %yield terbesar pada penggunaan katalis [BMIM]Cl-silika gel.

Alkylation is the one of chemical reaction that requires a catalyst to accelerate the reaction, usually phase transfer catalyst was used. Phase transfer catalyst such as crown ethers are not environmental friendly so are replaced by ionic liquids. Ionic liquids can be used as a solvent as well as catalyst in the catalytic reaction. Ionic liquids have many advantages as catalyst, such as easily regenerated.
In this study, ionic liquids [BMIM]Cl was immobilized into silica gel and was used as catalyst. This ionic liquid catalyst [BMIM]Cl-silica gel is a heterogeneous catalyst that easily separated from the reactants. Characterization of silica gel and [BMIM]Cl-silica gel were performed using FTIR. The FTIR spectrum of [BMIM]Cl-silica gel showed peak absorptions at 802.39 cm-1 which is the peak absorption of Cl-.
In this research, catalyst [BMIM]Cl-silika gel was used for the reaction of alkylation between benzene and dichlorometane. In this reaction, acetone was chosen as aprotic polar solvents. This research was conducted to determine the optimum condition for reaction time and the weight of catalyst at the temperature of 30°C. The reaction products were characterized using GC and GC-MS showed product from reaction is benzil chloride, 28.93% as %convertion and 34.39% as %yield using catalyst [BMIM]Cl-silica gel.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1033
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tanty Citra Dewi
"Gel adalah suatu sediaan yang baik sebagai sabun mandi, karena mudah dibilas dan memiliki penampilan fisik yang baik. Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) terbukti kaya akan kandungan xanton yang memiliki potensi aktivitas antioksidan yang sangat tinggi terutama pada hasil fraksinasi diklorometana.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah formulasi gel sabun mandi yang mengandung fraksi diklorometana dari ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan konsentrasi yang bervariasi, yaitu 0,03; 0,08 dan 0,13% memiliki aktivitas antioksidan dan kestabilan fisik. Penentuan aktivitas antiokidan fraksi dan sediaan gel dilakukan dengan menggunakan metode peredaman radikal DPPH. Uji kestabilan fisik dilakukan dengan pengamatan gel yang disimpan pada tiga suhu yang berbeda, yaitu suhu rendah (4±2oC), suhu kamar (29±2°C) dan suhu tinggi (40±2°C).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IC50 rata-rata dari fraksi diklorometana kulit buah manggis sebesar 14,09 ppm, dan gel 0,13% fraksi diklorometana kulit buah manggis memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi yaitu 17379,32 ppm bila dibandingkan dengan gel 0,03% fraksi diklorometana kulit buah manggis (31576,08 ppm), gel 0,08% fraksi diklorometana kulit buah manggis (20890,62 ppm) dan gel vitamin C sebagai blanko positif (52904,46 ppm). Sediaan gel sabun mandi yang mengandung fraksi diklorometana kulit buah manggis 0,03; 0,08 dan 0,13% stabil secara fisik pada suhu rendah (4±2°C), suhu kamar (29±2°C) dan suhu tinggi (40±2°C)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S52923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Adi Prasetyanto
"Sediaan mengapung granul hollow microspheres mulai dikembangkan untuk memperpanjang waktu tinggal obat di dalam lambung. Formulasi granul dibuat dengan cara mendispersikan siprofloksasin HCl dan etil selulosa serta HPMC dengan pelarut etanol dan diklorometana. Pendispersian disertai pemanasan suhu 40oC dan pengadukan. Penguapan pelarut menghasilkan rongga dan pori pada granul yang membuat densitas granul menjadi rendah. Dilihat pengaruh kombinasi perbandingan pelarut terhadap mutu dan kemampuan mengapungnya. Formula dengan perbandingan etanol dan diklorometana 1:1 dipilih untuk dijadikan tablet. Pembuatan tablet menggunakan metode kempa langsung. Hasil evaluasi tablet menunjukkan tablet mampu mengapung selama 12 jam dan kinetika pelepasan obat mengikuti orde nol dan mekanisme pelepasannya difusi Fickian.

The preparation of floating granules hollow microspheres were developed to extend the retention time of drug in stomach. The formulation prepared by dispersing ciprofloxacin HCl, ethyl cellulose, and HPMC with ethanol and dichloromethane. Dispersion process used heat 40oC with stirring. Evaporation of the solvent resulted cavities and pores inside the granules and made low density granules in the process. Formula with ratio ethanol and dichloromethane 1:1 has been chosen to be used as a tablet. The tablet was made using direct compression method. Buoyancy test and drug release tablet was evaluated. The result showed the tablet can float for 12 hours and followed zero order release kinetic and showed Fickian diffusion mechanism."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Aqliyah Indrika
"Kandidiasis adalah infeksi jamur yang sering terjadi pada manusia. Salah satu masalah pada kandidiasis adalah resistensi obat yang meningkat. Fakta ini mendorong penelitian dan pengembangan obat antijamur baru seperti flukonazol. Salah satu simplisia bahan alami yang dapat digunakan sebagai antijamur adalah memanjat ylang-ylang (Artabotrys hexapetalus (L.f.) Bhandari). Pendakian ylang-ylang secara empiris diyakini digunakan sebagai obat antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak dan fraksi pemanjatan daun kenanga terhadap pertumbuhan Candida albicans. Daun panjat ylang-ylang diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut heksana, kemudian bubur dibiarkan semalaman dengan amonia dan dimaserasi dengan pelarut diklorometana. Ekstrak yang diperoleh difraksinasi menggunakan kromatografi kolom dan fraksi yang diperoleh dimonitor profilnya dengan kromatografi lapis tipis. Ekstrak dan fraksi yang diperoleh diidentifikasi senyawa fitokimia termasuk alkaloid, flavonoid, fenol, dan terpenoid. Pengujian aktivitas antijamur dilakukan pada Candida albicans menggunakan metode mikrodilusi. Uji aktivitas menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum (MIC) dari pendakian ekstrak daun ylang-ylang pada Candida albicans adalah 200 μg/mL, sedangkan konsentrasi hambat minimum (MIC) pendakian fraksi daun ylang-ylang pada pertumbuhan jamur Candida albicans adalah 50 μg / mL untuk fraksi I ke fraksi II dan 100 μg/mL untuk fraksi III ke fraksi IX.

Candidiasis is a fungal infection that often occurs in humans. One problem with candidiasis is increased drug resistance. This fact led to the research and development of new antifungal drugs such as fluconazole. One of the simplistic natural ingredients that can be used as an antifungal is climbing the ylang-ylang (Artabotrys hexapetalus (L.f.) Bhandari). Climbing the ylang-ylang empirically is believed to be used as an antifungal drug. This study aims to determine the effectiveness of cananga leaf extracts and climbing fractions on the growth of Candida albicans. Ylang-ylang climbing leaves are extracted by maceration using hexane solvent, then the pulp is left overnight with ammonia and macerated with dichloromethane solvent. Extracts obtained were fractionated using column chromatography and the fractions obtained were monitored by thin layer chromatography. The extracts and fractions obtained identified phytochemical compounds including alkaloids, flavonoids, phenols, and terpenoids. Antifungal activity testing was performed on Candida albicans using the microdilution method. The activity test showed that the minimum inhibitory concentration (MIC) of climbing the ylang-ylang leaf extract at Candida albicans was 200 μg / mL, while the minimum inhibitory concentration (MIC) of climbing the ylang-ylang leaf fraction on the growth of the Candida albicans fungus was 50 μg/mL for the fraction I to fraction II and 100 μg/mL for fraction III to fraction IX."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayangsari
"Natrium diklofenak merupakan obat AINS yang memiliki waktu paruh yang cukup pendek yaitu 2 jam. Akibatnya, frekuensi dari pemberian obat akan menjadi lebih sering. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan waktu paruh yang pendek maka dibuatlah formulasi natrium diklofenak dengan teknologi mikrospons karena dapat memodifikasi profil pelepasan obat sehingga frekuensi pemberian obat dapat diminimalisir. Penelitian ini dilakukan dengan metode difusi pelarut emulsi dengan pelarut yang dapat menguap yaitu diklorometana. Formulasi yang dilakukan yaitu optimasi perbandingan obat dengan polimer (1:1, 1:3, 1:5) selanjutnya dikarakterisasi dan dipilih satu formula yaitu formula 1:3 untuk dioptimasi dengan berbagai jumlah pelarut diklorometana 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan 20 ml. Dari hasil karakterisasi dan evaluasi, formula optimum yang didapat dengan perbandingan obat dan polimer 1:3 dan pelarut diklorometana 15 ml. Formula tersebut kemudian dijadikan sediaan kapsul. Hasil disolusi menunjukkan bahwa pelepasan obat mengikuti kinetika pelepasan orde nol.

Diclofenac sodium is an NSAIDs that has short half-life time is 2 hours. As a result, drug administration will be more frequent. Therefore, to overcome this problem, formulation of diclofenac sodium with microsponge technology has been made. It can modify drug release profile so that the frequency of drug administration can be minimized. This research was done with the emulsion solvent diffusion method, using dichloromethane as a volatile solvent. Formulation optimization was done by comparing the ratio of drug-polymer (1:1, 1:3, 1:5) and characterizing it, then the chosen formula 1:3 was optimized further with varying amounts of dichloromethane solvent (5 ml, 10 ml, 15 ml and 20). Based on the characterization and the evaluation, the optimum formula was using variant drug-polymer 1:3 and 15 ml dichloromethane. The formula was then made for capsules preparation. The dissolution results showed that drug release following the zero-order release kinetics.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59277
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library