Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brian Prima Artha
Abstrak :
Latar belakang: Kanker endometrium merupakan kasus kanker baru terbanyak ke dua pada organ ginekologi setelah kanker serviks. Kanker endometrium dikategorikan menjadi dua: tipe I (estrogen related) dan tipe II (nonestrogen related). Kanker endometrium tipe I merupakan kasus tersering dari kanker endometrium. Manajemen utama untuk kanker endometrium adalah operasi. Tindakan operasi dan terapi adjuvan kasus kanker endometrium tipe I dipengaruhi beberapa variabel yang dapat dinilai preoperasi. Invasi miometrium dan keterlibatan serviks merupakan variabel preoperasi yang penting pada kanker endometrium tipe I. Magnetic resonance diffusion weighted imaging merupakan metode yang menjanjikan dalam menilai invasi miometrium dan keterlibatan serviks. Metode: Penelitian cross-sectional dilakukan untuk menganalisis hasil magnetic resonance diffusion weighted imaging dalam menilai invasi miometrium dan keterlibatan serviks. Penelitian ini melibatkan semua pasien kanker endometrium tipe I di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo dari April 2016 hingga April 2019. Invasi miometrium dan keterlibatan serviks diperiksa menggunakan mesin MRI 1,5 T. Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan histopatologi sebagai standar. Hasil: Sebanyak 34 pasien dilibatkan dalam penelitian ini. Rentang usia pasien berkisar dari 22 hingga 73 tahun. Hasil histopatologi semua pasien yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah kanker endometrium tipe I. Pemeriksaaan menggunakan magnetic resonance diffusion weighted imaging memberiksan hasil 22 pasien (64,7%) dengan kedalaman invasi miometrium lebih dari 50% dan 12 pasien (35,3%) dengan kedalaman invasi miometrium kurang dari 50%; 6 pasien (17,6%) dengan keterlibatan serviks dan 28 pasien (82,4%) tidak ada keterlibatan serviks. Hasil histopatologi menunjukkan 17 pasien (50%) dengan kedalaman invasi miometrium lebih dari 50% maupun kurang dari 50%; 7 pasien (20,6%) dengan keterlibatan serviks dan 27 pasien (79,4%) tidak ada keterlibatan serviks. Sensitivitas dan spesifisitas magnetic resonance diffusion weighted imaging dalam menilai invasi miometrium pada kanker endometrium tipe I adalah 94,12% dan 64,71%, secara berurutan. Sensitivitas dan spesifisitas magnetic resonance diffusion weighted imaging dalam menilai keterlibatan serviks pada kanker endometrium tipe I adalah 57,14% dan 92,59%, secara berurutan. Simpulan: Magnetic resonance diffusion weighted imaging dapat memberikan informasi prognostik yang cukup baik mengenai invasi miometrium dan keterlibatan serviks pada pasien kanker endometrium. ......Background: Endometrial cancer is the second most common new case reproductive organ cancer in the world after cervical cancer. Two different clinicopathologic subtypes of endometrial cancer are categorized: estrogen related (type I) and nonestrogen related (type II). Type I endometrial cancer accounts for approximately 75 percent of all endometrial cancer cases. Primary management for endometrial cancer is surgery. Operation procedure and adjuvant treatment of type I endometrial cancer were affected by some variables assessed preoperatively. Myometrial invasion and cervical involvement are important prognostic variables in type I endometrial cancer. Magnetic resonance diffusion weighted imaging is promising in evaluation of myometrial invasion and cervical involvement. Methods: We conducted a cross-sectional study to analyze the result of magnetic resonance diffusion weighted imaging in evaluating myometrial invasion and cervical involvement. This study involved all type I endometrial cancer patients in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital from April 2016 until April 2019. The depth of myometrial invasion and cervical involvement was examined using 1,5-T MR unit. The result was compared to the surgical pathologic findings as the reference standard. Result: 34 patients were enrolled in this study. Patient age was ranged from 22 until 73 years old. All of the patient pathologic findings were type I endometrial cancer. Evaluation using magnetic resonance diffusion weighted imaging showed 22 patients (64,7%) had ≥ 1/2 myometrial invasion and 12 patients (35,3%) had < 1/2 myometrial invasion; 6 patients (17,6%) had cervical involvement and 28 patients (82,4%) had not cervical involvement. Based on surgical pathologic findings, there were 17 patients (50%) had ≥ 1/2 myometrial invasion and also for the patient with < 1/2 myometrial invasion; 7 patients (20,6%) had cervical involvement and 27 patients (79,4%) had not cervical involvement. Sensitivity and specificity of magnetic resonance diffusion weighted imaging to evaluate myometrial invasion in type I endometrial cancer were 94,12% and 64,71%, respectively. Sensitivity and specificity of magnetic resonance diffusion weighted imaging to evaluate cervical involvement in type I endometrial cancer were 57,14% and 92,59%, respectively. Conclusion: Magnetic resonance diffusion weighted imaging can provide reliable prognostic variable information about myometrial invasion and cervical involvement in preoperative preparation of endometrial cancer patients.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christy Amanda Billy
Abstrak :
Latar belakang: Kanker payudara adalah kanker dengan insiden tertinggi dan penyebab kematian utama akibat kanker pada perempuan di dunia. Magnetic resonance imaging (MRI) adalah modalitas pencitraan yang memiliki sensitivitas tinggi, tetapi spesifisitas terbatas, dalam mendeteksi kanker payudara. Diffusion weighted imaging (DWI) dan magnetic resonance spectroscopy (MRS) adalah sequence MRI fungsional yang dilaporkan memiliki spesifisitas yang lebih baik dibandingkan protokol MRI standar dalam membedakan lesi payudara jinak dan ganas. Telaah sistematis dan meta-analisis ini dibuat dengan tujuan membandingkan akurasi diagnostik sequence DWI dan MRS dalam membedakan lesi payudara jinak dan ganas. Metode: Pencarian sistematis dilakukan untuk mengidentifikasi studi yang membandingkan akurasi diagnostik antara sequence DWI dan MRS dalam membedakan lesi payudara jinak dan ganas yang terdeteksi lewat pemeriksaan fisik atau radiologis, dengan referensi baku pemeriksaan patologi anatomi. Pencarian dilakukan pada Maret 2021 lewat data dasar Scopus dan PubMed menggunakan kata kunci yan telah ditentukan, daftar pustaka dari artikel terpilih, dan grey literature. Temuan utama yang diekstraksi dari tiap studi adalah jumlah positif benar, positif palsu, negatif benar, dan negatif palsu untuk mendapatkan nilai sensitivitas, spesifisitas, likelihood ratio (LR), dan diagnostic odds ratio (DOR) masing-masing uji indeks. Penilaian kualitas metodologi studi dilakukan menggunakan QUADAS-2. Penilaian kualitas bukti dilakukan menggunakan GRADE. Hasil: Delapan studi (632 perempuan, 687 lesi payudara) diidentifikasi. Proporsi lesi ganas payudara 38,2–72,4%. Tiga studi menunjukkan risiko bias yang tinggi pada salah satu domain. Empat studi menunjukkan setidaknya dua risiko bias yang tidak jelas. Sensitivitas spesifisitas, LR+, LR-, dan DOR sequence DWI secara berturutan adalah 90% (95% CI 86–93%), 83% (95% CI 67–93%), 5,4 (95% CI 2,6–11,4), 0,12 (95% CI 0,09–0,17), dan 45 (95% CI 18–109). Sensitivitas, spesifisitas, LR+, LR-, dan DOR sequence MRS secara berturutan adalah 85% (95% CI 66–94%), 85% (95% CI 76–91%), 5,7 (95% CI 3,3–10,0), 0,17 (95% CI 0,07–0,45), dan 33 (95% CI 8–131). Kualitas bukti rendah–sedang. Kesimpulan: Sequence DWI dan MRS memiliki akurasi diagnostik yang hampir sebanding dalam membedakan lesi payudara jinak dan ganas. Sequence DWI memiliki sensitivitas lebih baik, sedangkan sequence MRS memiliki spesifisitas lebih baik. Akan tetapi, penerapan temuan telaah sistematis dan meta-analisis ini terbatas karena kualitas metodologi studi dan kualitas bukti yang terbatas. ......Background: Breast cancer is cancer with the highest incidence and leading cause of cancer death among women worldwide. Magnetic resonance imaging (MRI) is an imaging modality of high sensitivity, but limited specificity in detecting breast cancer. Diffusion weighted imaging (DWI) and magnetic resonance spectroscopy (MRS) are functional MRI sequences reported to have higher specificity compared to standard MRI protocol in differentiating benign and malignant breast lesions. This systematic review and meta-analysis are written to compare diagnostic accuracy of DWI and MRS sequence in differentiating benign and malignant breast lesion. Methods: Studies that compared diagnostic accuracy of DWI and MRS sequence in differentiating benign and malignant breast lesions, previously detected through physical or radiological examination, with pathological examination as reference standard were identified. Scopus and PubMed were systematically searched through March 2021. Reference lists of eligible studies and various grey literatures searches were searched additionally. Findings extracted from each eligible study included true positive, true negative, false positive, dan false negative value to estimate sensitivity, specificity, likelihood ratio (LR), and diagnostic odds ratio (DOR) of each index tests. Methodological quality was assessed using QUADAS-2. Evidence quality was summarized using GRADE. Results: Eight studies (632 women, 687 breast lesions) were identified. Proportion of malignant breast lesions were 38.2–72.4%. Three studies displayed high risks of bias in one domain. Four studies displayed at least two unclear risk of bias. Sensitivity, specificity, LR+, LR-, and DOR of DWI sequence were 90% (95% CI 86–93%), 83% (95% CI 67–93%), 5.4 (95% CI 2.6–11.4), 0.12 (95% CI 0.09–0.17), and 45 (95% CI 18–109), respectively. Sensitivity, specificity, LR+, LR-, and DOR of MRS sequence were 85% (95% CI 66–94%), 85% (95% CI 76–91%), 5.7 (95% CI 3.3–10.0), 0.17 (95% CI 0.07–0.45), and 33 (95% CI 8–131), respectively. The quality of evidence was low to moderate. Conclusion: DWI and MRS sequence has comparable diagnostic accuracy in differentiating benign and malignant breast lesions. DWI sequence has higher sensitivity, while MRS sequence has higher specificity. However, limited methodological and evidence quality limits the application of research findings.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deti Nurbaeti
Abstrak :
Latar belakang dan tujuan: Keganasan berhubungan erat dengan keadaan hiperselularitas dan hipervaskularisasi jaringan. Magnetic resonance imagingdiffusion weighted imaging-apparent diffusion coefficient (MRI DWIADC) merupakan biomarker cancer imaging. Mengetahui tingkat kesesuaian antara nilai ADC dengan kontras gadolinium dapat menjadi informasi tambahan dan pemeriksaan alternatif dalam memprediksi keganasan lesi muskuloskletal. Metode: Penelitian prospektif desain potong lintang pada 50 pasien dengan lesi primer muskuloskeletal regio ekstremitas, yang menjalani pemeriksaan MRI muskuloskeletal sekuens DWI-ADC dan pemberian kontrs gadolinium di RSUPN-CM dalam rentang waktu Oktober 2015-Februari 2016. Dilakukan penilaianrerata nilai minimum ADC, serta menghitung akurasi pada kasus-kasus yang dilakukan pemeriksaan histopatologi. Hasil: Dari total 50 subjek penelitian, dengan analisa uji Kappa didapatkan tingkat kesesuaian yang baik (R = 0,592) antara nilai ADC dengan kontras gadolinium dalam memprediksi keganasan lesi muskuloskeletal, dan tidak ada perbedaan hasil yang signifikan diantara kedua metode tersebut(p = 0,754). Selain itu didapatkan sensitivitas nilai ADC (81%) hampir menyerupai kontras gadolinium (90,5%), dan spesifisitas ADC (60%) lebih rendah dibandingkan kontras gadolinium (90%) pada 31 subjek yang dilakukan pemeriksaan histopatologi. Kesimpulan: Terdapat tingkat kesesuaian yang baik antara nilai ADC dengan kontras gadolinium dalam memprediksi keganasan lesi muskuloskeletal, sehingga nilai ADC dapat menjadi informasi tambahan dan modalitas alternatif, terutama pada pasien dengan keterbatasan penggunaan kontras gadolinium. ...... Background and purpose: Malignancy is closely linked with the state of hiperselularity and hypervascularization tissues. Magnetic resonance imaging diffusion weighted imaging-apparent diffusion coefficient (ADC DWI-MRI) is biomarker cancer imaging. Knowing the suitability ADC and gadolinium can become an additional information and an alternative method in predicting malignancy musculoskeletal lesions. Methods: A prospective cross-sectional study design with 50 patients with diagnostic primary extremity muscosceletal lesions who underwent an MRI examination extremity musculoskeletal region using DWI-ADC sequences and gadolinium at RSUPN-CM in October 2015 ? February 2016. The mean minimum ADC exercise is carried out and the accuracy based on histopatology examination cases is calculated. Results: From 50 subjects been examined with Kappa Test Analysis, it shows good fit result (R = 0.592) between ADC and gadolinium contrast in predicting malignancy musculoskeletal lesions and no significant difference between the two methods (p = 0.754). Also, it is shows that the sensitivity of ADC (81%) is close to gadolinium contrast (90.5%) and the specifity of ADC (60%)is lower than gadolinium contrast (90%) for the 31 subjects who underwent histopathological examination. Conclusions: Because of good suitability between ADC and gadolinium contrast in predicting malignancy musculoskeletal lesions, ADC could become an additional information and an altenaltive of modality especially to the patient with gadolimium contrast limitation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Listiarini
Abstrak :
Latar Belakang: Pertumbuhan janin terhambat (PJT) merupakan suatu kondisi dimana pertumbuhan janin tidak mencapai potensi genetiknya. Diagnosis PJT dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG) serial, namun pemeriksaan USG memiliki beberapa keterbatasan. Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) plasenta terutama MRI difusi, yaitu Diffusion Weighted Image (DWI) dan Apparent Diffusion Coefficient (ADC), merupakan modalitas pemeriksaan yang dapat mengatasi keterbatasan dari pemeriksaan USG dengan melihat perubahan di level mikrostruktural secara tidak langsung. Tujuan: Melihat peran nilai ADC plasenta dalam mendiagnosis PJT. Metode: Pencarian sistematis menggunakan data dasar Scopus dan PubMed dilakukan pada September 2021. Studi yang membandingkan pemeriksaan MRI DWI-ADC plasenta antara pasien yang memiliki kehamilan normal dan PJT atau insufisiensi plasenta di suia kehamilan trimester kedua dan ketiga dengan pemeriksaan USG dan atau kondisi bayi saat dilahirkan sebagai referensi baku, diidentifikasi. Analisis statistik dari nilai ADC plasenta antara pasien normal dan PJT diuji. Hasil: Empat studi diidentifikasi. Didapatkan nilai rerata ADC plasenta pada janin PJT dan/atau insufisiensi plasenta lebih rendah dibandingkan dengan janin normal. Namun, batas nilai rerata ADC plasenta pada janin dengan PJT dan janin normal sulit untuk ditentukan, karena hasil yang tumpang tindih antara janin dengan PJT dan janin normal. Kualitas bukti sedang. Kesimpulan: Penurunan nilai rerata ADC plasenta dapat membantu dalam mendiagnosis adanya PJT pada kehamilan trimester kedua dan ketiga. ......Background: Intrauterine growth retardation (IUGR) is a condition in which the growth of the fetus does not reach its genetic potential. The diagnosis of IUGR is made by serial ultrasonography (USG), but ultrasound examination has some limitations. Magnetic resonance imaging (MRI) of the placenta, especially diffusion MRI, which are Diffusion Weighted Image (DWI) and Apparent Diffusion Coefficient (ADC), is an examination modality that can overcome the limitations of ultrasound examination by looking at changes in the microstructural level indirectly.  Objectives: To evaluate the role of placental ADC values ​​in diagnosing IUGR. Methods: A systematic search of Scopus and PubMed database were performed through September 2021. Studies comparing DWI-ADC MRI of the placenta between patients who had a normal pregnancy and IUGR or placental insufficiency in the second and third trimesters of pregnancy with ultrasound examination and/or the condition of the baby at birth as a standard reference, were identified. Statistical analysis of placental ADC values ​​between normal and IUGR patients was tested. Results: Four studies were identified. The mean value of placental ADC in IUGR and/or placental insufficiency was lower than in normal fetuses. However, the cut-off values of mean placental ADC ​​in IUGR and normal fetuses are difficult to determine, because of the overlapping results between IUGR and normal fetuses. The quality of evidence was moderate.  Conclusion: Decreased mean placental ADC values can help in diagnosing the presence of IUGR in the second and third trimesters of pregnancy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deti Nurbaeti
Abstrak :
Latar belakang dan tujuan: Keganasan berhubungan erat dengan keadaan hiperselularitas dan hipervaskularisasi jaringan. Magnetic resonance imagingdiffusion weighted imaging-apparent diffusion coefficient (MRI DWIADC) merupakan biomarker cancer imaging. Mengetahui tingkat kesesuaian antara nilai ADC dengan kontras gadolinium dapat menjadi informasi tambahan dan pemeriksaan alternatif dalam memprediksi keganasan lesi muskuloskletal. Metode: Penelitian prospektif desain potong lintang pada 50 pasien dengan lesi primer muskuloskeletal regio ekstremitas, yang menjalani pemeriksaan MRI muskuloskeletal sekuens DWI-ADC dan pemberian kontrs gadolinium di RSUPN-CM dalam rentang waktu Oktober 2015-Februari 2016. Dilakukan penilaianrerata nilai minimum ADC, serta menghitung akurasi pada kasus-kasus yang dilakukan pemeriksaan histopatologi. Hasil: Dari total 50 subjek penelitian, dengan analisa uji Kappa didapatkan tingkat kesesuaian yang baik (R = 0,592) antara nilai ADC dengan kontras gadolinium dalam memprediksi keganasan lesi muskuloskeletal, dan tidak ada perbedaan hasil yang signifikan diantara kedua metode tersebut(p = 0,754). Selain itu didapatkan sensitivitas nilai ADC (81%) hampir menyerupai kontras gadolinium (90,5%), dan spesifisitas ADC (60%) lebih rendah dibandingkan kontras gadolinium (90%) pada 31 subjek yang dilakukan pemeriksaan histopatologi. Kesimpulan: Terdapat tingkat kesesuaian yang baik antara nilai ADC dengan kontras gadolinium dalam memprediksi keganasan lesi muskuloskeletal, sehingga nilai ADC dapat menjadi informasi tambahan dan modalitas alternatif, terutama pada pasien dengan keterbatasan penggunaan kontras gadolinium. ...... Background and purpose: Malignancy is closely linked with the state of hiperselularity and hypervascularization tissues. Magnetic resonance imaging diffusion weighted imaging-apparent diffusion coefficient (ADC DWI-MRI) is biomarker cancer imaging. Knowing the suitability ADC and gadolinium can become an additional information and an alternative method in predicting malignancy musculoskeletal lesions. Methods: A prospective cross-sectional study design with 50 patients with diagnostic primary extremity muscosceletal lesions who underwent an MRI examination extremity musculoskeletal region using DWI-ADC sequences and gadolinium at RSUPN-CM in October 2015 - February 2016. The mean minimum ADC exercise is carried out and the accuracy based on histopatology examination cases is calculated. Results: From 50 subjects been examined with Kappa Test Analysis, it shows good fit result (R = 0.592) between ADC and gadolinium contrast in predicting malignancy musculoskeletal lesions and no significant difference between the two methods (p = 0.754). Also, it is shows that the sensitivity of ADC (81%) is close to gadolinium contrast (90.5%) and the specifity of ADC (60%)is lower than gadolinium contrast (90%) for the 31 subjects who underwent histopathological examination. Conclusions: Because of good suitability between ADC and gadolinium contrast in predicting malignancy musculoskeletal lesions, ADC could become an additional information and an altenaltive of modality especially to the patient with gadolimium contrast limitation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library