Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Miftakhuddiniyah
"Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang seperti di Indonesia. Prevalens diare di Indonesia berdasarkan SDKI 2007 adalah 14 % . Insidens diare cenderung naik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 IR penyakit diare 301/ 1000 penduduk, sampai dengan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Hal ini dimungkinkan karena banyak faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya diare yang belum tertangani dengan baik di masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI dengan kejadian diare pada anak usia 6-59 bulan di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional menggunakan data SDKI Tahun 2007 dengan sampel sebanyak 11.627 anak. Analisis multivariat menggunakan logistic regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan pemberian ASI terhadap kejadian diare dipengaruhi oleh status ekonomi dan berinteraksi dengan kebiasaan membuang tinja anak terkecil. Hal ini berarti bahwa efek pemberian ASI terhadap kejadian diare bervariasi, tergantung pada kebiasaan membuang tinja anak terkecil. Pada anak yang tidak ASI (proxi ASI eksklusif) dan yang ibunya mempunyai kebiasaan membuang tinja anak terkecil ke jamban, tidak terdapat hubungan yang bermakna terhadap kejadian diare dengan PR=1,05 (95 % CI : 0,89-1.24). Pada anak yang tidak mendapat ASI (proxi ASI eksklusif) dan ibunya mempunyai kebiasaan membuang tinja anak terkecil ke tempat selain jamban,terdapat hubungan yang bermakna terhadap diare dengan PR=1,72 (95 % CI : 1,50-1,97). Pada anak yang mendapat ASI (proxi ASI eksklusif) dan ibunya mempunyai kebiasaan membuang tinja anak ke tempat selain jamban, didapatkan hubungan yang signifikan terhadap kejadian diare dengan PR=1,31 (95 % CI : 1,09-1,58). Oleh karenanya usaha untuk memberikan ASI eksklusif kepada anak dan membuang tinja anak dengan benar akan membantu menurunkan terjadinya diare pada anak.

countries such as Indonesia. Prevalence of diarrhea in Indonesia by IDHS 2007 was 14,0%. The trend incidence of diarrhea to go up from year to year. In 2000 IR diarrhea 301/1000 population, until 2010 to 411/1000 population. This is possible because many risk factors that affect the occurrence of diarrhea that has not been handled properly in society.
This study aims to determine the association of breastfeeding with diarrhea in children aged 6-59 months in Indonesia. The study was conducted with a crosssectional design using data IDHS 2007 with sample 11.627 children. Multivariate analysis using logistic regression.
The results showed that association of breastfeeding on diarrhea is influenced by economic status and interact with the habit of throwing feces smallest child. That means, the effect of breastfeeding on diarrhea varies, depending on the habit of throwing feces smallest child. Children who are not breastfeed (exclusive breastfeeding proxy) and the mother had a habit of throwing feces smallest child to the toilet, there was no significant association with diarrhea, PR=1,05 (95% CI : 0,89-1,24). Children who are not breastfeed (exclusive breastfeeding proxy) and his mother had a habit of throwing feces smallest child to a place other than latrines, there was a significant association of diarrhea with PR=1,72 (95% CI : 1,50-1.97).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35056
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Arlinda
"Diare masih menjadi masalah kesehatan yang belum teratasi, dimana delapan persen kematian pada anak disebabkan karena diare. Salah satu penyebab diare adalah sanitasi dan perilaku saniter. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perilaku sanitasi sesuai dengan lima pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM); buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dengan aman, mengelola limbah dengan aman dan mengelola sampah dengan benar dan pengaruhnya terhadap kejadian diare anak.
Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (crosssectional) dengan menggunakan data survey riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013. Sampel penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita. Regresi logistik digunakan untuk mengetahui nilai rasio odds kejadian diare berdasarkan perilaku sanitasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian diare rendah pada ibu yang berperilaku sanitasi. Pengelolaan air minum dan pengelolaan limbah rumah tangga merupakan pilar yang menentukan dalam kejadian diare anak. Ibu sebagai penentu kondisi kesehatan anak perlu meningkatkan meningkatkan pengetahuan agar hidup lebih higienis dan saniter agar anak tercegah dari kejadian diare.

Diarrhea is still a health problem is not resolved, where eight percent of deaths in children caused by diarrhea. One of the causes of diarrhea are sanitary and sanitary behavior. This study aimed to assess the sanitary behavior in accordance with the five pillars of community-based total sanitation; defecation, hand washing with soap, safe drinking water to manage, manage waste safely and correctly managing waste and its effects on the incidence of childhood diarrhea.
This study used a cross-sectional study design using survey data basic health research in 2013. The sample was mothers with toddlers. Logistic regression was used to determine the value of the odds ratio incidence of diarrhea by sanitation behavior.
The result showed that the incidence of diarrhea lower in women who behaved sanitation. Management of drinking water and household waste management are the pillars that determine the incidence of diarrhea in children. The mother as a determinant of child health conditions need to improve in order to improve knowledge of life more hygienic and sanitary so that children prevented from diarrhea.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Mardhiah
"ABSTRAK
Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang belum terselesaikan di Indonesia. Rendahnya cakupan personal hygiene, yaitu kebiasaan cuci tangan dan makanan yang tidak higienis menjadi salah satu faktor risiko terjadinya diare pada anak sekolah dasar. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir terbukti efektif menghilangkan bakteri di tangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan cuci tangan pakai sabun pada anak sekolah dasar dengan kejadian diare di SDN 01 Ciputat, Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan besar sampel 105 siswa kelas 4,5, dan 6. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret-April 2018. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare. Variabel confounding dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, status gizi, tempat membeli jajanan, frekuensi jajan, kontaminasi E. coli pada jajanan, kebiasaan membawa bekal, sumber air minum, dan kebersihan jamban di rumah. Uji kontaminasi E. coli menunjukkan hasil negatif pada jajanan es, ketoprak, dan soto. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa anak yang tidak biasa cuci tangan pakai sabun berisiko untuk diare 1,21 kali dibandingkan anak yang biasa cuci tangan pakai sabun, setelah dikontrol variabel frekuensi jajan dan kebiasaan membawa bekal. Perlu dilakukan pengendalian risiko kontaminasi makanan di sekolah dengan penyediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun di sekolah untuk anak dan pedagang di kantin.

ABSTRACT
Diarrheal disease is still an unresolved public health problem in Indonesia. The Less implementation of personal hygiene, handwashing habits and unhygienic foods are risk factors for diarrhea suffered by children in in primary school. Hand washing with soap and flowing water proves to effectively remove bacteria in the hands. This study aims to explain the relationship of handwashing with soap in primary school children with the incidence diarrhea in SDN 01 Ciputat, South Tangerang. Design of this study is cross sectional with 105 sample of students grade 4,5, and 6. Data collection was conducted in March April 2018. The results showed no significant relationship between handwashing with soap and incidence diarrhea. The confounding variables used in this study are gender, nutritional status, place to buy snack, frequency of snack, E. coli contamination on snack, habit of bringing food supplies, drinking water source, and toilet clean at home. The E. coli contamination test showed negative results on ice cube, ketoprak, and soto. The results of the analysis showed that children who are not always wash their hands with soap at risk for diarrhea 1.21 times than children who always wash their hands, after controlled by variable frequency of snacks and the habit of bringing food supplies. It is necessary to control and reduce the risk of food contamination in schools with providing of handwashing facilities with soap for children and seller in the canteen."
2018
T50709
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Iswari
"Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia dan di negara berkembang. Berdasarkan profil kesehatan DKI Jakarta 2009, dilaporkan jumlah kasus diare sebesar 164.743 dimana kasus diare 50% terjadi pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kejadian diare. Metode penelitian menggunakan rancangan case control, dengan jumlah sampel 54 untuk kelompok kasus dan 54 untuk kelompok kontrol. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan chi square test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian diare memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi (p value= 0,037), dan kebiasaan ibu mencuci tangan sebelum memberikan makan pada anak (p value= 0,038). Rekomendasi perlunya penelitian lebih lanjut dengan.

Diarrhea disease is a major cause of morbidity and mortality worldwide and in developing countries. Based on the health profile of DKI Jakarta 2009, the reported number of cases of diarrhea of 164,743 where 50% of diarrhea cases occurred in infants. This study aims to identify and explain factors related to the incidence of diarrhea. This research method using case-control design, with sample size 54 for cases group and 54 for control group. Data analysis was performed univariate, bivariate with chi square test.
The results showed that risk factors affect has a significant relationship with nutritional status (p value= 0.037), and the habits of mothers wash their hands before providing eating in children (p value= 0.038). Recommendations that further research is another factor that affects anda is associated with diarrhea."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Imro Atussoleha
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dengan frekuensi diare pada anak 10-23 bulan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang dilakukan terhadap 95 responden yang dilakukan secara purposive sampling di Puskesmas Tugu, Depok pada 20 Maret - 27 April 2012. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner, observasi rumah, dan pengukuran status gizi (berat badan dan panjang badan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 35,8% sampel menderita diare lebih dari sekali dalam 4 bulan terakhir (lebih dari median frekuensi dunia). Terdapat hubungan yang bermakna antara faktor anak (berat bayi lahir (OR=4,0), status gizi BB/U rata-rata 4 bulan terakhir (OR=5,8), status gizi BB/U saat ini (OR=8,3), status gizi PB/U rata-rata 4 bulan terakhir (OR=16,8), status gizi PB/U saat ini (OR=14,8), dan ASI eksklusif (OR=5,2)), faktor ibu (perilaku ibu (OR=4,3)), faktor keluarga (status ekonomi keluarga (OR=4,3) dan jumlah balita dalam keluarga (OR=8,3)), dan faktor lingkungan (sumber air bersih (OR=6,4), kondisi jamban/WC (OR=4,6), sarana pembuangan air limbah (OR=6,2), pengolahan sampah rumah tangga (OR=5,5), dan kepadatan huni (OR=3,7)) dengan frekuensi diare.
Penulis menyarankan kepada Puskesmas Tugu untuk melakukan promosi kesehatan dan edukasi melalui penyuluhan dan konseling untuk menurunkan angka kejadian diare pada anak 10-23 bulan.

The objective of this study was to identify factors which associated with with diarrhea frequency among children 10-23 months. The method used in this study is cross sectional design which was conducted with 95 respondents which took with pusposive sampling at Tugu Community Health Center, Depok in March 20th until April 27th 2012. Data were collected through interview referring to the questionnaire, house observation, and measurement of nutritional status (weight and length).
The result of this study showed that 35,8% people were experience diarrhea more than once in the last 4 months (more than the frequency of world median). There were significant association between children factors (baby birth weight (OR=4,0), nutritional status W/A average in last 4 months (OR=5,8), current nutritional status of W/A (OR=8,3), nutritional status H/A average in last 4 months (OR=16,8), current nutritional status of H/A (OR=14,8), and exclusive breastfeeding (OR=5,2)), maternal factors (maternal behavior (OR=4,3)), family factors (economics status of the family (OR=4,3) and number of under five in the family (OR=8,3)), and environmental status (source of clean water (OR=6,4), condition of latrines (OR=4,6), waste disposal facilities (OR=6,2), household waste treatment (OR=5,5), and the density of habitation (OR=3,7)) with diarrhea frequency.
The author suggest to Tugu Community Health Center to conduct health promotion and education through education and counseling program for decreasing the incidence of diarrhea in children 10-23 months."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fathya F. Harmidy
"Pembiayaan kesehatan merupakan suatu permasalahan yang terjadi di seluruh dunia. Banyak metode dan system yang telah dikembangkan mengenai hal ini. Indonesia seperti halnya Negara lain, menghadapi masalah yang sama dalam pengembangan sislem pembiayaan kesehatan. Dihadapkan dengan keadaan saat ini dalam krisis pembiayaan kesehalan, DKI Jaya dipaksa untuk dapat mengendalikan biaya. Mendapatkan biaya satuan yang handal dalam semua RSUDnya merupakan kebutuhan dasar dalam pertahanan ekonomi, di masa system pembiayaan kesehatan yang masih kurang baik di Indonesia. Definisi dari biaya satuan yang handal merupakan kunci kesuksesan semua rumah sakit. Clinical pathways disadari oleh DKI Jaya sebagai alat esensial dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk rakyat. Pengembangan pathways ini kemudian dilanjutkan dengan kesadaran untuk perhitungan biaya tiap pathway yang ada. Dengan diketahuinya biaya ini selanjutnya untuk menganalisa efektifitas biaya per pathway pun mudah dilakukan.
Tujuan dari riset ini adalah untuk mengetahui metoda untuk menghitung cost of treatment berbasis clinical pathway dari diagnoa yang telah dibuat oleh RSUD DKI Jaya. Kemudian dilanjutkan dengan metode untuk mengaplikasikan cost index untuk mengendalikan biaya diseluruh RSUD DKI Jaya. Angka yng didapatkan di dalam penelitian ini adalah untuk selanjutnya dapak diklarifikasikan keakuratannya dan terbuka untuk penelitian lebih jauh, karena data yang didapatkan untuk pendukung masih belum dapat dijustifikasi. Diagnosa terpiih adalah Diare Anak sebagai perwakilan penyakit medis, dan Sectio Caesaria sebagai perwakilan tindakan bedah. Kedua diagnosa terpilih karena merupakan frekuensi paling tinggi di DKI Jaya dan pelayanannya melibatkan banyak sumber daya. Budi Asih dan Tarakan adalah rumah sakit yang dipilih secara purposive sebagai perwakilan RSUD DKI Jaya.

Health financing has always been an ongoing issue in the world. There are many methods and systems that had been developed all over regarding this subject. Indonesia, like many countries, faces the same problem in developing its health financing system. Confronted with the current health care financial crisis, DKI Jaya is forced to control its cost. Setting up a reliable cost unit in its hospitals is a fundamental necessity for economic survival, given the current general conditions in Indonesia's healthcare system. Defin ion is the crucial factor for success. Clinical pathways are recognized by DKI Jaya as essential tools for delivering health services to people. Developing these pathways should then be followed by evaluating !he cost of each pathway. Once the cost of the pathway is known, analyzing the cost effectiveness of the pathway can easily be done.
The purpose of this research is to more understand the method to calculate cost of treatment based on the clinical pathways of the diagnoses that have been developed by DKI Jaya. Then followed by the method to apply cost index to control cost within DKI Jaya's hospitals. As for the values are for futher clarification and research as the supporting data are not yet justified as the best data provided. The diagnoses that are chosen are children?s Diarrhea, representingmedical treatments and Caesarian Delivery, which is representing surgical treatments. The 2 (two) diagnoses are selected as they are the highest frequency within DKI Jaya' s hospital and the treatments involve many resources. Budi Asih and Tarakan are the hospitals that are purposively chosen for the research, as representatives of all DKI Jaya's hospitals. The cost of treatment based on the clinical pathway are then analyzed with the existing conditions followed by the cost index which then is studied as it represents the variables that could effect cost of treatment and its control.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20899
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Luthfiyah Sani
"Diare adalah kondisi buang air besar yang encer atau berair, yang terjadi setidaknya 3 kali dalam 24 jam. Diare masih menjadi penyebab kematian utama balita di dunia. Berdasarkan data SDKI 2017, kejadian diare paling tinggi tejadi pada anak usia 6- 23 bulan, di mana kebutuhan energi dan zat gizi anak meningkat selama periode ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor praktik pemberian makan anak, faktor higiene sanitasi, faktor pemanfaatan layanan kesehatan, dan faktor sosiodemografi terhadap kejadian diare pada anak 6-23 bulan. Penelitian dengan metode cross sectional ini menganalisis data sekunder dari 4.030 anak 6-23 bulan pada SDKI tahun 2017. Analisis dengan uji chi-square dan regresi logistik ganda dengan confidence interval 95% dilakukan untuk mengetahui faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian diare. Prevalensi kejadian diare pada anak 6-23 bulan di Indonesia tahun 2017 adalah 19,8%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa melanjutkan pemberian ASI, penggunaan botol dot, fasilitas jamban, sumber air minum, usia ibu, status ekonomi, dan daerah tempat tinggal memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian diare. Pada analisis multivariat, variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan diare adalah penggunaan botol dot, fasilitas jamban, usia ibu, dan pendidikan ibu. Fasilitas jamban merupakan faktor dominan yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian diare (OR=1,500, 95% CI 1,262-1,784), di mana anak dengan fasilitas jamban tidak layak berisiko 1,5 kali lebih tinggi untuk mengalami diare dibandingkan anak dengan fasilitas jamban layak. Menggunakan jamban sehat, mencuci peralatan makan anak dengan benar terutama jika menggunakan botol dot, dan melakukan praktik pemberian makan anak sesuai rekomendasi WHO perlu dilakukan untuk mencegah diare dan menjaga kesehatan anak pada usia 6-23 bulan.

Diarrhea is the passage of loose or watery stools, usually at least three times in 24- hour period. Diarrhea still becomes the leading cause of death in children under five worldwide. Data from Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2017 shows that the highest prevalence of diarrhea is found in children aged 6-23 months, where the energy and nutrient needs increase during this period. This research aims to analyze the association between child feeding practice factors, sanitation and hygiene factors, healthcare utilization factors, and sociodemographic factors with the occurrence of diarrhea in children aged 6-23 months. This cross-sectional study included secondary data from 4,030 children aged 6-23 months in IDHS 2017. Chisquare test and multiple logistic regression with 95% confidence interval were applied to analyze factors significantly associated with diarrhea. The prevalence of diarrhea in children aged 6-23 months in Indonesia year 2017 was 19.8%. Bivariate analysis shows that continued breastfeeding, bottle feeding, toilet facility, source of drinking water, maternal age, economic status, and place of residence were significantly associated with diarrhea. In multivariate analysis, variables found to have significant association with diarrhea were bottle feeding, toilet facility, maternal age, and maternal education. Toilet facility was the dominant factor associated with diarrhea (OR=1,500, 95% CI 1,262-1,784), where the children with unimproved toilet facilities were 1.5 times more likely to have diarrhea compared to children with improved toilet facilities. Using healthy latrines, washing children’s eating utensils especially the baby bottle properly, and applying WHO recommendations in child feeding practices, are necessary to prevent diarrhea and maintain children’s health at the age of 6-23 months."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library