Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shania Adhanty
Abstrak :
Menurut WHO, penyakit DM merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan karena terjadi peningkatan kasus selama beberapa dekade terakhir dan telah menyumbang 4,2 juta kematian pada tahun 2019 dimana proporsi penderita DM terbanyak adalah DM tipe 2. Di Indonesia, penyakit DM merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menyebabkan kematian utama. Diet merupakan salah satu komponen penatalaksanaan DM dan penting untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit. Kepatuhan terhadap diet menjadi perilaku yang sangat penting dan diperlukan kendali diri untuk melakukannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lokus kendali diri untuk sehat baik dimensi internal, orang berpengaruh dan keberuntungan dengan kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Depok tahun 2020 beserta faktor lain yang mempengaruhi. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif dan pengambilan data dilakukan melalui convenience sampling pada 52 pasien DM tipe 2 yang berkunjung ke poli penyakit dalam RSUD Kota Depok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner kepatuhan diet, multidimensional health locus of control form C, Diabetes Knowledge Questionnaire dan kuesioner dari peneliti sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien memiliki nilai kepatuhan diet yang cukup yaitu sebesar 66,23 dari skala 100. Hasil uji korelasi pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan kekuatan sedang dan positif antara lokus kendali untuk sehat dimensi internal dengan kepatuhan (r= 0,46) diikuti dengan dimensi orang berpengaruh yang menunjukkan hubungan dengan kekuatan sedang dan positif terhadap kepatuhan diet (r= 0,28) dan dimensi keberuntungan menunjukkan kekuatan sedang dan negatif terhadap kepatuhan diet (r= -0,28). Variabel usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama menderita DM dan pengetahuan DM tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kepatuhan diet. Namun variabel jenis kelamin memiliki hubungan dengan kepatuhan diet (0,029) dan diduga menjadi variabel pengganggu hubungan antara lokus kendali diri untuk sehat dengan kepatuhan diet. Oleh karena itu diperlukan adanya penyuluhan dan edukasi yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pasien terhadap kepatuhan diet. ......According to WHO, Diabetes Mellitus (DM) is a disease that have been concerned as public health problem because of the number of cases continuously increased for decades and contributed 4,2 million deaths in 2019 where the largest proportion are people with type 2 diabetes. In Indonesia, DM is one of the non-communicable disease that cause major death. Diet is one of the important components of DM management to prevent disease complications. Adherence to diet becomes a very important behavior and requires self control to perform it. The purpose of this study is to determine the relationship between health locus of control on internal, powerful others and chance dimensions with dietary adherence among patients with type 2 DM at Depok City Hospital in 2020 along with another influencing factors. This study used a cross-sectional design with quantitative approach and data collection carried out through convenience sampling on 52 patients with type 2 DM who visited internist poly. The instrument used in this study are dietary adherence questionnaire, multidimensional health locus of control form C, diabetes knowledge questionnaire and questionnaire from the previous research. The results of this study indicate that patients have adequate dietary adherence values of 66,23 from scale of 100. Pearson correlation test results indicate that there are a significant relationship between health locus of control internal dimension with moderate and positive relationship with dietary adherence (r= 0,46) followed by powerful-others dimension which show moderate and positive relationship with dietary adherence (r= 0,28) while chance dimension show moderate and negative relationship with dietary adherence (r= -0,28). The other variables such as age, level of education, occupation, duration of DM and knowledge did not show a significant relationship with dietary adherence. However, sex variables show a significant relationship with dietary adherence with p value (0,029) and thought to be a disturbing variable of the relationship between health locus of control with dietary adherence. Therefore, an intervention and education are needed to increase awareness and patient responsibility towards adherence to diet.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novanza Rayhan Natasaputra
Abstrak :
Latar belakang: Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) disandang oleh 10,7 juta orang di Indonesia dan menjadi tiga besar penyakit tidak menular penyebab kematian. Sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi yang diawali oleh kontrol glikemik kadar HbA1c yang tidak adekuat, dan diasosiasikan dengan aspek multifaktorial seperti karakteristik sosiodemografi maupun perilaku individu dalam merawat diri—Self-Care Behaviour. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara tingkat kontrol glikemik pada penyandang DMT2 dengan karakteristik sosiodemografi dan perilaku self-care yang dimiliki. Metode: Studi ini menggunakan desain potong-lintang terhadap data sekunder yang dikumpulkan sebelumnya pada Kohor Penyakit Tidak Menular Bogor 2021. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner Self-Care Behaviour yang divalidasi dalam bahasa Indonesia, pengukuran kadar HbA1c serta karakteristik penyandang. Populasi studi adalah penyandang DMT2 di lima fasilitas kesehatan primer di Kota Bogor. Sampel dianalisis menggunakan uji Chi-Square dan perhitungan odds ratio. Hasil: Analisis dilakukan pada 237 responden, terdiri atas 90 responden kelompok usia lansia (38%) dan 147 dewasa (62%). Jenis kelamin responden didominasi perempuan sebanyak 171 responden (72,2%) dan 66 responden laki-laki (27,8%). Sebanyak 149 responden (62,9%) memiliki skor Self-Care Behaviour yang baik. Sejumlah 134 responden (56,6%) memiliki kadar HbA1c yang terkontrol. Empat dari tujuh komponen Self-Care Behaviour—pengetahuan, motivasi, dukungan, dan efikasi—berhubungan dengan kontrol glikemik (p<0,001). Efikasi menjadi prediktor kadar HbA1c terkontrol paling kuat (Odds ratio [OR]: 9,7; 95% Confidence Interval [CI] 5,27–17,67). Skor keseluruhan Self-Care Behaviour yang baik meningkatkan probabilitas kadar HbA1c terkontrol 9,1 kali (95% CI 4,94–16,7) dibanding skor kurang baik. Komponen komunikasi, sikap, dan pembiayaan tidak memiliki hubungan signifikan. Tingkat pendidikan dan riwayat DMT2 di keluarga berhubungan dengan tingkat keseluruhan Self-Care Behaviour dan dengan kontrol kadar HbA1c. Kesimpulan: Aspek perilaku self-care pada penyandang DMT2 mempunyai dampak substansial dan signifikan terhadap kontrol glikemik yang dimiliki penyandang. ......Introduction: Type 2 diabetes mellitus (T2DM) affects 10.7 million individuals in Indonesia and ranks among the top three non-communicable diseases leading to death. Most of mortality result from complications initiated by inadequate glycemic control, associated with multifactorial aspects such as sociodemographic characteristics and individual self-care behaviour. This study aims to explore the relationship between glycemic control levels in individuals with T2DM and their sociodemographic characteristics and self-care behavior. Method: This study is a cross-sectional study utilizing previously collected secondary data from the Non-Communicable Disease Cohort in Bogor 2021 Data were collected using a validated Self-Care Behaviour questionnaire in Bahasa Indonesia, along with primary data of HbA1c levels and respondent socio-characteristics. The study population consisted of individuals with T2DM from five primary healthcare facilities in Bogor city. The samples were analyzed using Chi-Square test and risk calculation. Result: The research analysis included 237 respondents, consisting of 90 elderly (38%) and 147 adults respondents (62%). The respondents were predominantly female, with 171 respondents (72.2%) compared to 66 male respondants (27.8%). A total of 149 respondents (62.9%) exhibited good Self-Care Behaviour scores. Approximately 134 respondents (56.6%) maintained controlled HbA1c levels. Four out of seven Self-Care Behaviour components—knowledge, motivation, support, and efficacy—were associated with glycemic control (p<0.001). Efficacy identified as the most influential predictor for controlled HbA1c levels (odds ratio [OR]: 9.7, 95% Confidence Interval [CI] 5.27–17.67). An overall good Self-Care Behaviour score is associated with a 9.1-fold increased probability of achieving controlled HbA1c levels (95% CI 4.94–16.7) compared to group with poor score. Self-Care Behaviour components of communication, attitude, and financing were not signicifantly associated. Education level and a family history of T2DM were associated with overall Self-Care Behaviour and with HbA1c control.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library