Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zida Wahyuddin
Abstrak :
Bertujuan untuk menjelaskan soushiki (upacara kematian) kontemporer di Jepang dengan menggunakan jasa sōgisha (perusahaan pemakaman) yang berkaitan dengan keyakinan keagamaan masyarakat Jepang tentang konsep adanya kehidupan setelah kematian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif intepretatif. Sumber data diperoleh dari buku referensi, jurnal penelitian, laporan penelitian, maupun informasi elektronik seperti internet yang berhubungan dengan soushiki kontemporer di Jepang. Metode pengumpulan data digunakan beberapa prosedur yakni data dikumpulkan, dibaca, dipahami, dianalisis, kemudian diinteprestasikan sesuai kerangka teori. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa soushiki kontemporer di Jepang yang dilatarbelakangi oleh modernisasi melahirkan komersialisasi. Adanya dinamika perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jepang dalam konteks modernisasi, menyebabkan munculnya inovasi baru yang bersifat pemenuhan kebutuhan spiritual. Selain karena faktor perubahan gaya hidup terutama orang-orang kota dan semakin berkurangnya seseorang yang ahli dalam menyelenggarakan soushiki, dengan menggunakan jasa sōgisha dapat memberikan solusi dalam menangani prosesi soushiki dengan khidmad yang dipimpin oleh seorang obosan (pendeta Buddha) sesuai permintaan pengguna jasa. ......Aiming to explain soushiki (funeral ceremony) in contemporary Japan by using the sōgisha (funeral companies) relating to the religious beliefs of Japanese people about the concept of life after death. This study is a qualitative with descriptive approach intepretatif. Data source obtained from reference books, research journals, research reports, as well as electronic information such as internet-related soushiki in contemporary Japan. Methods of data collection used some procedures that read, understood, analyzed, and then interpreted according to theoretical framework. The results of this study indicate that contemporary soushiki in Japan against the backdrop of the modernization birth to commercialization. The existence of dynamic changes in various aspects of Japanese society in the context of modernization, led to the emergence of new innovation that is the fulfillment of spiritual needs. Apart from changes in lifestyle factors, especially people who live in the city and the reduction in a person who is an expert in organizing soushiki, with using the sōgisha services can provide solutions in dealing with a solemn soushiki procession led by a obosan (Buddhist priest) as requested by service users.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T30523
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lany Rosdiana
Abstrak :
Setiap bangsa memiliki sistem kepercayaan yang berbeda-beda begitu juga dengan bangsa Jepang. Kepercayaan merupakan bentuk dari religiusitas. Religiusitas merupakan ikatan atau pengikatan diri_ Jadi Iebih bersifat personal. Religiusitas lebih melihat aspek yang dalam lubuk hati, riak getaran hati nurani pribadi; sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, menafaskan intimitas jiwa, du cneirr ' dalam arti Pascal, yakni vita rasa yang mencakup totalitas, (termasuk rasio dan rasa manusiawi) kedalaman pribadi manusia.'

Konsep religi diartikan lebih luas daripada agama. Religi lebih dinamis karena lebih menonjolkan eksistensinya selaku manusia. Sedangkan agama biasanya terbatas pada ajaran-ajaran (doctrines) dan peraturan-peraturan (laws). Jadi agama merupakan bentuk dari religiusitas. Agama cenderung bersifat dogmatik....
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S13593
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helen Susanti
Abstrak :
Tests 1m membahas mengena1 makna upacara perkawman Shmto yang dtselenggarakan dt Togo JmJa Urutan upacara perkawman Shmto adalah sebagat benkut Sanden Shubatsu no Gz Norzto Sojo Sezhaz no Gz Yubzwa no Kokan Sezshz Sojo Tamagushz Hoten Shznzokuhaz no Gz dan Tazshutsu Masalah pokok yang dtbahas dalam penehtlan 1m adalah 1) apa makna upacara perkawman Shmto dt Togo JmJa 2) apa makna dan pakatan yang dtkenakan pada upacara perkawman Shmto d1 Togo JmJa dan 3) apakah ada perbedaan antara upacara perkawman Shmto yang umum dan upacara perkawman Shmto d1 Togo Jmja Hastl penehtian menunJukkan bahwa ntual yang pentmg dalam upacara perkawman Shmto adalah Shubatsu no Gz Norzto Sojo dan Tamagushz Hoten yang bermakna pemumtan permohonan dan persembahan Makna upacara perkawman Shmto adalah pembentahuan kepada Kam1 kepada kerabat dan ternan mengena1 terbentuknya keluarga yang barn Selam 1tu JUga memihkl tuJuan untuk memohon kepada Kam1 untuk memberkah perkawman mereka supaya btsa membentuk keluarga yang bahagta Ada sedikit perbedaan yang terdapat dalam upacara perkawman di Togo Jmja tetap1 bukan perbedaan makna ......This thesis IS about the meanmg of Shmto weddmg ceremony held m Togo JmJa Shmto weddmg sequence ts as follows Sanden, Shubatsu no Gz Norzto Sojo Sezhaz no Gz Yubzwa no Kokan Sezshz Sojo Tamagushz Hoten Shznzokuhaz no Gz and Tazshutsu The central Issues m th1s thesis are 1) what IS the meanmg of Shmto weddmg ceremony m Togo JmJa 2) what 1s the meamng of clothmg worn on Shmto weddmg ceremony, and 3) whether there ts a dtfference between a pubhc Shmto weddmg ceremomes and marnage ceremomes m Togo JmJa Shmto The results showed that the Important ntual m Shmto weddmg ceremony IS Shubatsu no Gz Norzto Sojo dan Tamagushz Hoten whtch IS means punfymg, supplicatiOn and offermgs The meamng of Shmto weddmg ceremony IS a notice to us to relatives and fnends about the formation of a new family It also has the purpose to plead wtth us to bless the1r marnage m order to form a happy family There IS httle dtfference there ts m a marnage ceremony m Togo JmJa but not the difference m meamng
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2012
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Sigma Exacta
Abstrak :
ABSTRAK Tesis ini berfokus pada salah satu fenomena hidden homeless di Jepang yaitu Net Café Refugees sebagai salah satu permasalahan sosial dalam masyarakat Jepang kontemporer. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah latar belakang yang dialami seseorang sehingga terjebak dalam situasi Net Café Refugees. Data yang diperoleh merupakan data primer dari hasil wawancara melalui film dokumenter dan data sekunder dari hasil penelitian kepustakaan serta pengumpulan data dari sumber-sumber publikasi lainnya seperti artikel elektronik maupun jurnal ilmiah. Model analisis yang digunakan bersifat deskriptif eksploratif.
ABSTRACT This research focused on one of hidden homeless phenomenon in Japan, Net Café Refugees as one of social problem in contemporary Japanese society. This study attemps to examine the background experienced by people who are stucked in a Net Café Refugees situation. The primary data were obtained from interviews through documentary films and the secondary data were from the result of literature research as well as the collection of data from publications resources such as electronic articles and scientific journals. This research used descriptive explorative method to analyze the data. Based on the findings, it can be concluded that the causes of the Net Café Refugees phenomenon are motivated by economic, political and cultural factors.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T45568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hetty Aeyumwaty Ham
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25452
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Idha Ferdani Scorvita
Abstrak :
Di Jepang, seperti juga di negara lain, terdapat beberapa kaum minoritas, antara lain : suku Ainu, Burakumin, China dan Korea. Orang-orang Korea yang berada di Jepang pada masa sekarang berjumlah sekitar 700.000 orang . Orang-orang ini merupakan generasi kedua, ketiga bahkan keempat dari nenek moyang mereka yang pertama kali datang sebelum Perang Dunia I. Mereka bermigrasi antara tahun 1910 hingga 1945, yaitu setelah aneksasi Korea oleh Jepang. Pada masa itu kebanyakan dari mereka bekerja sebagai buruh harian, pekerja pabrik atau pekerja konstruksi. Sebagian besar dan mereka buta huruf sehingga dalam mencari pekerjaan pun, pekerjaan-_pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khusus. Generasi orang Korea yang ada sekarang tidak memiliki kesulitan dalam berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa Jepang. Status mereka pada masa sekarang ada yang menjadi penduduk tetap dan ada yang menjadi warga negara Jepang melalui naturalisasi, ada juga yang menjadi penduduk khusus yang hams memperpanjang statusnya setiap 3 tahun sekali. Mayoritas dari orang-orang Korea bersekolah di sekolah Jepang, walaupun ada juga sekolah etnik Korea yang berafiliasi dengan Korea Selatan dan Korea Utara. Untuk masalah pekerjaan, banyak dari mereka yang memiliki usaha sendiri, ada juga yang bekerja di perusahaan atau organisasi Jepang, ataupun perusahaan atau organisasi Korea. Pada masa sekarang mereka dapat menjadi pegawai negeri, tetapi tidak semua jabatan dan posisi dapat mereka peroleh. Untuk jabatan yang berhubungan dengan kehendak rakyat dan pengambilan keputusan, mereka belum bisa mendapatkannya. Hingga saat sekarang masih banyak orang Korea yang mengalami kesulitan dalam hal pendidikan dan pekerjaan karena statusnya yang bukan warga negara Jepang. Walaupun demikian mereka sudah mulai dapat beradaptasi dengan kondisi yang ada dan mulai dapat diterima oleh orang Jepang.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangoen Widodo
Abstrak :
Skripsi Kannon Shinko di Jepang membahas tentang kepercayaan terhadap Dewi Kannon, atau yang di Indonesia dikenal dengan nama Lokeswara (Sansk.: Avalokitesvara) dan Kuan im. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan gambaran tentang kehidupan beragama dari Kepercayaan yang paling banyak dianut orang Jepang sampai saat ini. Melalui pembahasan tentang Kepercayaan terhadap Dewi Kannon ini, penulis berusaha untuk menarik suatu Kesimpulan tentang gambaran Allah, agama, dan beragama orang Jepang.

Kannon adalah salah satu bodhisatva yang dikenal dalam agama Buddha Mahayana. Secara umum bodhisatva adalah seorang yang rela meninggalkan nirvana yang sudah didapatkan, untuk menolong orang lain mencapai nirvana tersebut. Secara literal Kannon mengandung arti Memandang dan Mendengar, tetapi jika berdasar pada sifat-sifat yang dimilikinya, Kannon adalah Tuhan Semesta Alam. Mitos-mitos tentangnya menceriterakan bahwa Kannon berasal dari seorang putri raja yang sejak Kecil bercita-cita untuk hidup sebagai paderi Buddha, yang untuk keinginannya ini ia rela meninggalkan hak-hak dan kehidupannya sebagai putri raja, hidup sebagai samana (pertapa) dan rela berkorban bagi orang lain.

Ikonografi Kannon muncul pada sekitar abad III SM di daerah Gandhara atau Peshawar, Pakistan yang merupakan salah satu pusat Buddha Mahayana dalam sejarah penyebarannya dari Mathura, India. Kannon Shinko sendiri muncul sebagai kepercayaan pada sekitar abad pertama Masehi, berbarengan dengan puncak perkembangan agama Buddha Mahayana. Dari Gandhara Kannon Shinko kembali Ke India, menyebar Ke Tibet, Cina, Korea, dan Jepang.

Ikon Kannon pada mulanya berbentuk seorang wanita yang memegang suihin (kendi air), namun ada juga bentuk utama yang lainnya, yaitu sebagai seorang pangeran yang berjubah penuh permata, bermahkota, memegang teratai atau/dan suibin, serta di puncak kepalanya terdapat kebutsu (bentuk Buddha).

Di Jepang ikon Kannon ditemukan pertama Kal i di Kuil Horyuji. Dari Kenyataan ini dapat dipastikan bahwa Kannon Shinko masuk Ke Jepang pada sekitar abad Vll.

Pada jaman Heian (737-806) dengan munculnya dua sekte besar, yaitu Shingon dan Tendai, Kannon Shinko berkembang menjadi Roku Kannon Shinko atau Kepercayaan terhadap Enam Kannon, yang menjadi salah satu Karakteristik Kannon Shinko di Jepang.

Di Jepang Kannon Shinko berfungsi sebagai pelindung keselamatan raga dan Jiwa, serta sebagai tempat memohon segala sesuatu. Kannon Shinko yang muncul dari agama dunia yang sakral-religius, yakni agama Buddha, berkembang menjadi suatu kepercayaan yang berstruktur shomin Shinko dan menjadi Kepercayaan yang profan-magis. Kenyataan ini muncul Karena Kannon Shinko mengisi dan memberi jawab atas adanya sifat jominsei yang ditinggalkan dan ditekan oleh agama Buddha.

Di Jepang, Kannon Shinko yang mempunyai karaKteristik dalam bentuk-bentuK Roku Kannon Shinko, Maria Kannon Shinko, Mizuko Kannon Shinko, dan Kyodai Kannon Shinko menjadi energi dan menghidupkan agama Buddha Jepang. Orang Jepang yang dalam beragama secara praktis terwujud dari hubungan-hubungannya dengan hotoke-hotoke semacam Kannon, JIZO, dan Fudomyoo, menciptakan suatu pola beragama yang berorientasi dari kehidupan sehari-hari dan untuk kehidupan sekarang yang tampak dalam istilah Tekigi-Shusha-Sentaku yang berarti, dalam polytheisme orang Jepang mengkoleksi hotoke-hotoke tersebut dan memilihnya sesuai dengan kebutuhan dan Kecocokan dengan masalah yang dihadapinya.

Dalam Kannon Shinko Kannon yang pada mulanya merupakan bodhisatva atau makhluk suci dalam agama Buddha yang bersifat polymorphic, menimbulkan afeksi pada umat Buddha yang merubah fungsinya menjadi Tuhan yang Maha Kuasa dan Penuh Kasih.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S13502
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Ulfah
Abstrak :
Skripsi ini membahas anak yang mengalami kekerasan di dalam keluarga dan laporan-laporan mengenai kekerasan pada anak di jidousoudanjo. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif dengan telaah kepustakaan. Data diperoleh dari beberapa sumber buku yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil dari penelitian ini adalah kekerasan pada anak yang terjadi dalam keluarga di Jepang merupakan hasil dari pola sosialisasi orangtua yang otoriter, tujuannya untuk mendisiplinkan anak dengan menggunakan hukuman-hukuman fisik namun cenderung negatif yang berakibat pada kekerasan fisik. Anak yang mengalami kekerasan seperti ini yang banyak dijumpai di yougoshisetsu.
The focus of this study is children who abused in Japan family and many of abuse cases dealt with by the jidousoudanjo have resulted in children being placed in yougoshisetsu. While yougoshisetsu may be better able to help children who have been abused, the emergence of an increasingly large number of abused children may at the same time help yougoshisetsu to survive.This research is qualitative descriptive interpretive. The data were collected by book which relevant with this study. The resulted this research is children abuse which happened in Japanese family is resulted from parent_s socialization for children is strictly, its for the children discipline but strictly with physical punishment which negative effect to children is children abuse. Many children which have been abused like this in yougoshisetsu just for have protection.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13616
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : The Japan Foundation
050 HJTI (2006)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library