Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Latifah
Abstrak :
Penelitian ini berasal dari ketertarikan peneliti melihat fenomena yang terjadi di dalam masyarakat yaitu persahabatan lawan jenis yang terjadi pada individu yang sudah menikah. Untuk itu, masalah yang diangkat peneliti adalah bagaimana fungsi persahabatan dan dampak dari persahabatan lawan jenis terhadap kepuasan pemikahan, khususnya pada individu yang berada pada masa dewasa muda dan dewasa madya. Penelitian dilakukan melalui metode wawancara terhadap 4 orang subjek. Dua orang subjek yang semuanya wanita berada pada masa dewasa muda dan dua orang subjek satu orang wanita dan satu orang pria berada pada masa dewasa madya. Dari hasil penelitian terlihat bahwa keempat subjek di dalam penelitian ini merasakan kepuasan di dalam kehidupan pemikahan mereka. Pada umumnya mereka dapat menerima perubahan, mampu hidup dengan hal-hal yang tidak dapat mereka rubah, mampu menerima ketidaksempurnaan pasangan dan pernikahan, saling percaya, saling membutuhkan, dan menikmati ketersamaan. Faktor-faktor yang mendukung subjek dapat merasakan kepuasan di dalam pernikahannya hampir semua memiliki kesamaan, seperti faktor-faktor yang mereka rasakan sebelum pernikahan misalnya pernikahan orangtua yang bahagia, kebahagiaan di masa kanak-kanak, disiplin, pendidikan seks, lamanya berpacaran, pendidikan, dan keyakinan untuk menikah. Perbedaan yang ada pada faktor ini adalah pada subjek AS yang tidak pemah mendapatkan disiplin langsung dari orangtuanya karena harus hidup berjauhan. Untuk pendidikan seks, pada umumnya subjek tidak mendapatkan langsung dari orangtuanya. Sementara faktor-faktor yang mendukung kepuasan pemikahan mereka selama berjalannya pernikahan adalah komunikasi yang terbuka, ekspresi perasaan secara terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi pasangan, hubungan seksual yang memuaskan, kehidupan sosial, tempat tinggal, penghasilan yang cukup, anak, keyakinan beragama, dan hubungan dengan mertua/ipar. Perbedaan yang ada pada faktor selama pemikahan adalah pada subjek dewasa muda dan dewasa madya. Subjek dewasa madya tidak pernah mengekspresikan perasaannya secara terbuka sementara subjek dewasa muda melakukannya. Perbedaan lain yang ada pada subjek dewasa muda dan subjek dewasa madya adalah bahwa subjek dewasa muda pernah merasakan menurunnya kepuasan pemikahan ketika mereka memiliki anak di usia bayi sementara subjek dewasa madya tidak. Hubungan persahabatan subjek dan sahabat lawan jenis pada umumnya sudah berlangsung lama dan persahabatan di antara mereka terbentuk sebelum mereka menikah, kecuali pada subjek M yang baru menjalani kehidupan persahabatan selama 3 tahun dan persahabatan itu terbentuk setelah M menikah. Di dalam menjalani kehidupan persahabatan pada umumnya subjek mendapatkan semua fungsi persahabatan, kecuali pada subjek AS yang tidak mendapatkan fungsi social comparison dari persahabatannya. Dampak positif yang dirasakan oleh subjek pada umumnya sama, sementara dampak negatif dari bentuk persahabatan ini tidak dirasakan oleh subjek B. Dari sejumlah fungsi persahabatan fungsi stimulation nampaknya menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pemikahan subjek, kecuali pada subjek AS. Subjek AS merasakan fungsi physical support terhadap kepuasan pernikahannya. Sementara dampak positif dari persahabatan lawan jenis yaitu lebih mendekatkan individu dengan pasangannya nampaknya yang berpengaruh terhadap kepuasan pemikahan subjek. Mengenai kepuasan pemikahan subjek yang dirasakan dari persahabatannya dengan lawan jenis dapat diketahui bahwa dengan persahabatan lawan jenis, subjek dewasa muda bisa merasakan meningkatnya kepuasan pernikahan mereka, sementara subjek dewasa madya bisa tetap merasakan kepuasan pemikahannya dari bentuk persahabatan ini.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Indah Prathiwie
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Setiawati
Abstrak :
ABSTRAK
Di dalam kehidupan individu terdapat berbagai masalah yang dapat menjadi Menurut Papalia, Sterns, Feldman, Cramp (2002), Santrock (1999) tekanan terus-menerus dan tanggung jawab ganda untuk merawat anak dan orangtua dapat menyebabkan stres pada seorang individu. Hal ini terutama berdampak pada wanita (Preto dalam Bird & Melville, 1994). Pada penelitian ini subjek yang dipilih adalah wanita dewasa madya yang tidak bekerja, mempunyai anak, tinggal bersama ibu mertua, suku bangsa WNI keturunan Tionghoa. Peneliti memilih salah satu kriteria tidak bekerja karena menurut Baruch, Biener, dan Barnett (dalam Cooper & Payne, 1991) wanita yang tidak bekerja mengalami stres yang lebih besar daripada wanita yang bekerja. Selain itu, kemungkinan ia untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan orang yang tinggal di rumah yang dalam penelitian ini adalah anak dan ibu mertua lebih besar. Peneliti memilih subjek yang mempunyai anak karena salah satu sumber potensi stres yang besar bagi mereka yang berada pada usia dewasa madya adalah anak (Preto dalam Bird & Melville, 1994). Peneliti memilih salah satu kriteria dari penelitian adalah tinggal bersama ibu mertua karena hubungan menantu wanita dengan ibu mertuanya selalu digambarkan tidak akur (www.keluarga.org). Peneliti memilih salah satu kriteria subjek penelitian ini adalah WNI keturunan Tionghoa karena menurut Hariyono (1993), Taher (1997) terdapat ajaran yang berpengaruh dan mendarah daging dalam kehidupan orang Tionghoa sehari-hari yaitu konfusianisme yang mengajarkan bahwa penghormatan anak kepada orangtua memegang peranan yang penting, seseorang harus berbakti. Dalam konteks penelitian ini seorang anak (wanita dewasa madya selaku menantu) harus berbakti kepada orangtua (ibu mertua). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan stres yang dialami dan coping yang digunakan oleh wanita dewasa madya keturunan Tionghoa yang tinggal bersama dengan ibu mertua. Sumber stres yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber stres yang dikemukakan oleh Atwater (1983); Haber dan Runyon (1984) yaitu: frustrasi, konflik, tekanan, dan kecemasan. Coping yang digunakan dalam penelitian ini adalah coping yang dikemukakan oleh Folkman dan Lazarus (dalam Sarafino, 1998), yaitu: planful problem solving, confrontive coping yang tergolong dalam problem focused coping; mencari dukungan sosial yang tergolong dalam problem dan emotion focused coping', distancing, escape avoidance, kontrol diri, menerima tanggung jawab, posilive reappraisal yang tergolong dalam emotion focused coping. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara mendalam dan observasi terhadap empat orang wanita dewasa madya tidak bekerja yang tinggal bersama ibu mertua. Observasi yang digunakan pada penelitian hanya dibatasi pada situasi lingkungan, ekspresi subjek pada saat wawancara berlangsung. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya kesamaan di antara keempat subjek dalam hal sumber stres yang berasal dari hubungan dengan ibu mertua. Sesuatu hal dapat menjadi sumber stres bagi seorang subjek namun tidak pada subjek yang lain. Sumber stres yang berasal dari hubungan dengan ibu mertua adalah perbedaan agama yang dianut diri subjek dengan ibu mertua, pengaturan rumah, ibu mertua yang sering berantakan ketika buang air besar, ibu mertua yang tidak mengkontrol jumlah makanan yang dimakannya, ibu mertua yang sering marah ketika teman-teman anak subjek datang, subjek yang merasa tidak dapat bebas karena tidak dapat pergi ketika hendak pergi. Pada sumber stres yang berasal dari hubungan dengan anak ditemukan satu kesamaan diantara keempat subjek yaitu anak yang sering pergi ke luar rumah. Pada tiga orang subjek perilaku anaknya tersebut disertai pulang pada larut malam. Sumber stres lainnya yang berasal dari hubungan dengan anak adalah dalam hal pergaulan anak, pasangan hidup anak, pengerjaan tugas rumah tangga, anak yang kadang-kadang harus disuruh terlebih dahulu untuk belajar, anak yang ingin langsing sehingga tidak ingin memakan makanan yang rasanya manis yang ditawarkan oleh subjek. Sumber stres yang banyak muncul dari keseluruhan permasalahan subjek adalah sumber stres yang berbentuk frustrasi dan kecemasan. Secara umum coping yang digunakan cenderung mengarah pada confrontive coping yang tergolong dalam problem solving coping. Cara coping ini merupakan satu-satunya coping yang digunakan bersama oleh keempat subjek. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitan pada wanita dewasa madya tidak bekerja yang tinggal bersama dengan ibu mertua dengan suku bangsa yang berbeda dengan penelitian ini. Penelitian dapat dilakukan pada dewasa madya yang suku bangsanya sama dengan ibu mertua namun berbeda dengan suku bangsa subjek pada penelitian ini. Penelitian dapat juga dilakukan pada dewasa madya yang suku bangsa dirinya dan ibu mertua berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah hasil penelitian akan berbeda. Penelitian selanjutnya juga dapat dilakukan pada wanita dewasa madya bekerja yang tinggal bersama ibu mertua untuk melihat apakah ada perbedaan mengenai stres yang mereka hadapi dan coping yang digunakan.
2003
S3299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selly Nuraini Salsabila
Abstrak :
Usia dewasa madya merupakan fase kehidupan yang ditandai oleh banyak tanggung jawab dan peran yang dapat memengaruhi kepuasan hubungan pernikahan. Maka, untuk mencapai kepuasan dalam hubungan pernikahan, dewasa madya dapat menggunakan mekanisme koping, yaitu afirmasi diri. Afirmasi diri dapat membantu individu untuk mengatasi masalah yang dimilikinya. Studi ini memiliki tujuan untuk mengetahui kaitan antara afirmasi diri dan kepuasan hubungan pada dewasa madya (usia 40-65 tahun) yang sedang menikah, bekerja, memiliki anak, dan memiliki orang tua atau mertua yang menjadi tanggungan. Alat ukur yang digunakan adalah CSI-16 dari Funk dan Rogge (2007) dan SSAM dari Harris dkk. (2019). Sebanyak 99 data responden berhasil diolah dalam penelitian ini dengan menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara afirmasi diri dan kepuasan hubungan. Apabila seseorang memiliki afirmasi diri yang baik, maka ia akan cenderung merasa memiliki kepuasan hubungan dalam hubungannya. Implikasi dari penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman dewasa madya terkait afirmasi diri yang diperlukan untuk meningkatkan kepuasan hubungan pernikahannya. ......Middle adulthood is a phase of life marked by many responsibilities and roles that can affect marital satisfaction. So, to achieve satisfaction in the marital relationship, middle adults can use coping mechanisms, namely self-affirmation. Self-affirmation can help individuals to overcome the problems they have. This study aims to determine the relationship between self-affirmation and relationship satisfaction in middle adults (age 40-65 years) who are married, work, have children, and have dependent parents or in-laws. The measurement tools used are CSI-16 from Funk and Rogge (2007) and SSAM from Harris et al. (2019). 99 respondent data were successfully processed in this study by showing a significant positive correlation between self-affirmation and relationship satisfaction. If a person has good self-affirmation, then she/he will tend to feel that she/he has conflicting relationship satisfaction. The implication of this marriage research is to increase middle-adult understanding of self-affirmation needed to increase relationship satisfaction
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miniwaty Halim
Abstrak :
Kematian merupakan hal yang pasti akan terjadi pada semua manusia Walaupun demikian, kematian tetap tinggal sebagai suatu misteri karena manusia tidak pernah tahu kapan, dimana, bagaimana kematiannya akan terjadi serta apa yang akan terjadi setelah kematiannya. Sifat kematian sebagai misteri yang tak terelakkan ini menimbulkan perasaan ketakutan atau kecemasan pada diri manusia. Konstruk inilah yang dikenal dengan death anxiety atau fear of death, dimana penggunaan istilah ketakutan maupun kecemasan dapat saling menggantikan dalam topik tentang kematian (Rahim dkk, 2003). Peneiitian mengenai death anxiety umumnya diarahkan untuk menghasilkan alat ukur, misalnya Tempier's Death Anxiety Scale, Threat Index dan Bugen's Death. Shale (Mooney dalam Rahim dkk 2003). Di Indonesia sendiri alat ukur death unxiety dikembangkan oleh Sihombing dengan dasar teori dari Florian & Kravetz (Sihombing, 2002), yaitu Skala Ketakutan Akan Kematian. Alat yang kedua dikembangkan oleh Rahim dkk (2003) dengan dasar teori Florian & Kraveiz (Sihombing, 2002) serta Kastenbaum & Aisenberg (1976), yaitu Skala Ketakutan Terhadap Kematian Diri Sendiri. Skala ini terdiri dari empat dimensi death anxiety, yaitu Dying (ketakutan akan proses menghadapi kematian), Ajterlife (ketakutan akan apa yang terjadi setelah kemntian), Extinction (ketakutan akan kehilangan eksistensi diri, materi dan identitas sosial akibat kematian) serta Interpersonal Consequnces (ketakutan akan konsekuensi kematian diri sendiri terhadap orang-orang dekat). Skala ini menggunakan bentuk skala sikap 2 poin, yaitu setuju/tidak setuju. Pada pengujian reliabilitas dan validitas skala ini, didapat hasil yang cukup baik Reliabilitas total alat ini adalah 0,87- Sedangkan reliabilitas masing-masing dimensi berkisar antara 0,61 sampai 0,83. Sampel yang digunakan berjumlah 38 orang, terdiri dari orang dewasa berusia 40-65 tahun yang beragama Islam, Katolik dan Kristen. A Namun alat ukur ini masih memiliki beberapa kekurangan. Bentuk item setuju/tidak setuju kurang mampu mendiskriminasi derajat ketakutan subyek, bahasa dalam kalimat pernyataan beberapa item cenderung ambigu, serta indikator perilaku dalam dimensi Alterlfe dan Extinction yang masih tumpang tindih. Kekurangan-kekurangan ini mengakibatkan sebanyak I2 item dalam skala ini harus direvisi karena tidak valid. Penelitian ini bertujuan untuk merevisi Skala Ketakutan terhadap Kemaiian Diri Sendiri dari Rahim dkk (2003), Revisi ini terdiri dari revisi indikator perilaku dari dimensi Afterlife dan Extinction, revisi bentuk item menjadi skala Likert 6 poin, revisi atas kalimat pemyataan item termasuk menambah jumlah item negatif serta revisi alas sampel penelitian ini. Sampei penelitian ini menjadi 80 orang. Dari kelompok usia dewasa awal yang berkisar 20 sampai 40 tahun sebanyak 40 orang. Dari kelompok dewasa madya yang berkisar 40-65 tahun juga sebesar 40 orang. Sampel penelitian berasal dari agama Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha Dari hasil analisis data ternyata diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara derajat ketakutan pada kelompok usiadewasa awal dan dewasa madya. Hasil ini tidak mendukung teori yang menyatakan bahwa kelompok usia dewasa madya merupakan kelompok dengan derajat ketakutan terhadap kematian yang paling tinggi (Papalia dkk, 1998). Implikasi dan hasil analisis data ini adalah bahwa kelompok usia dewasa awal dan dewasa madya dapat diperlakukan sebagai kelompok norma yang sama. Pengujian reliabilitas dengan menggunakan metode koefisien alpha menghasilkan koeflsien sebesar 0,92- Koeflsien reliabilitas sebesar ini menunjukkan bahwa skala revisi memiliki konsistensi yang baik (Anastasi & Urbina, 1997). Sedangkan korelasi antara item dengan dimensi mendapatkan adanya 2 item yang tidak: valid, yaitu item 4 dan item 17. Hal ini tampaknya disebabkan bahasa kalimat pernyataan yang susah dipahami. Item 4 menggunakan kalimat negasi ganda sedangkan item 17 mengandung kata kata yang ambigu Korelasi dimetsi dengan skor total juga menunjukkan hasil yang baik dimana semua dimensi berkordinasi secara signifikan pada level 0,01 dengan skor total. Hal ini berarti semua dimensi valid untuk memprediksi skor total subyek. Penghitungan norma dengan standard score menghasilkan tabel norma yang mencakup kelompok usia dewasa awal dan dewasa madya. Yang perlu dicermati dalam penelitian ini adalah bahwa subyek penelitian cenderung menghasilkan skor yang rendah pada dimensi Extinction. Sedangkan dimensi Afterlife memiliki standar deviasi yang paling besar. Tampaknya pada kelompok usia dewasa awal dan dewasa madya di Indonesia, ketakutan akan hilangnya eksistensi diri akibat kematian tidak terlalu berpengaruh. Sedangkan ketakutan akan apa yang terjiadi setelah kematian (kehidupan setelah mati) tampaknya dipengaruhi pandangan religiusitas subyek, dimana ada subyek yang sangat takut dan ada subyek yang tidak takut. Dari penclitian ini juga muncul indikator perilaku khas budaya yang tampaknya belum tercakup dalam teori Kastenbaum & Aisenberg (1976) serta Florian & Kravetz (Sihombing, 2002). lndikator perilaku ini adalah ketakutan akan sendirian dalam menghadapl proses kematian (loneliness). Indikator ini dapat menjadi sumbangan pada dlmensi Dying pada pengembanan lebih lanjut dari Skala Ketakutan terhadap Kematian Diri Sendiri.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Fransiska D. H
Abstrak :
ABSTRAK
Pada masa dewasa madya, seorang wanita umumnya mengalami berbagai perubahan dalam hidupnya. Perubahan-perubahan yang sifatnya menurun banyak terjadi pada ranah fisik dan psikososialnya (Papalia et al., 2001). Perubahan penampilan yang terjadi seiring dengan pertambahan usia seperti rambut yang memutih serta kulit yang mulai mengeriput, serta gejala-gejala fisik dan psikologis yang menyertai datangnya menopause seringkah mendatangkan keadaan yang tidak menyenangkan bagi para wanita yang mengalaminya. Tak hanya itu, perubahan psikososial yang berkaitan dengan mulai dewasanya anakanak juga dapat menimbulkan masalah, khususnya bagi para wanita yang merupakan ibu berperan tunggal (tidak bekerja). Kedewasaan anak-anak membuat seorang wanita yang terbiasa menghabiskan hidupnya untuk mengasuh anak-anak kini kehilangan sumber kegiatan utamanya. Ia merasa tidak dibutuhkan lagi oleh keluarganya, khususnya oleh anak-anaknya (Unger & Crawford, 1992). Kompleksitas masalah perubahan peran dan tanggung jawab serta perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang muncul tersebut dapat menimbulkan stres yang bertumpuk pada beberapa wanita dewasa madya (Papalia et al., 2001), terutama pada mereka yang merupakan ibu berperan tunggak Hal ini selanjutnya berkaitan dengan keadaan kesejahteraan psikologis mereka. Menurut Ryff (1989) orang yang memiliki kesejahteraan psikologis yang baik adalah orang yang mampu merealisasikan dirinya secara kontinu, mampu menerima diri apa adanya, mampu menjalin hubungan yang hangat dengan orang laint memiliki kemandirian dalam tekanan sosial, memiliki arti dalam hidup, serta mampu mengkontrol lingkungan eksternalnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui keadaan kesejahteraan psikologis wanita dewasa madya yang merupakan ibu berperan tunggal (tidak bekerja) serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif^ peneliti berharap dapat memperoleh gambaran dan pemahaman yang mendalam mengenai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan melalui metode wawancara dan observasi Subyek dalam penelitian ini berjumlah empat orang yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. ini Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa secara umum wanita dewasa madya yang merupakan ibu berperan tunggal (tidak bekerja) memiliki kesejahteraan psikologis yang baik. Hal ini dapat terlihat dalam keenam dimensi kesejahteraan psikologis yang diajukan oleh Ryff (1989). Meskipun para ibu tidak bekerja ini pada masa dewasa madyanya mengalami berbagai perubahan, baik yang sifatnya fisik maupun psikososial ternyata mereka dapat menerima dan bereaksi secara positif terhadap perubahan-perubahan tersebut. Beberapa faktor yang nampaknya berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis mereka antara lain adalah adanya dukungan dari keluarga dan pemahaman wanita yang bersangkutan terhadap proses yang dialaminya. Faktor lain yang juga cukup penting adalah karakteristik pribadi dari masing-masing wanita tersebut. Perbedaan karakteristik pribadi ini mempengaruhi cara mereka dalam bereaksi terhadap hal-hal yang teijadi di dalam maupun di luar diri mereka yang selanjutnya juga berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis mereka. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh tersebut, peneliti mengajukan beberapa hal yang dapat dilakukan agar para wanita berperan tunggal yang akan dan sedang memasuki masa dewasa madya dapat melewati masa itu dengan baik dan optimal. Beberapa hal yang dapat dilakukan di antaranya adalah dengan memberikan pemahaman kepada para wanita tersebut mengenai perubahan-perubahan yang mereka alami pada masa dewasa madya serta dengan meningkatkan dukungan keluarga bagi para wanita yang berada pada masa dewasa madya tersebut. Selain itu, para wanita yang bersangkutan juga perlu menyiapkan suatu aktivitas lain di luar rutinitas kehidupan rumah tangganya sebagai alternatif bila ia sudah tak banyak terlibat lagi dalam tugas pengasuhan anak. Untuk memperkaya hasil penelitian ini, perlu dilakukan penelitian lanjutan yang melibatkan subyek dengan latar belakang demografis serta keadaan keluarga yang lebih beragam sehingga hasil-hasil penelitian ini pada akhirnya dapat bermanfaat bagi lebih banyak wanita dari latar belakang yang beragam. Selain itu, perlu juga dilakukan penelitian perbandingan terhadap keadaan kesejahteraan psikologis wanita dewasa madya yang berperan ganda (bekerja) agar dapat diketahui dengan lebih pasti aspek-aspek kesejahteraan psikologis yang khas pada kedua kelompok tersebut. Terakhir, karena adanya keterbatasan kemampuan generalisasi pada pendekatan kualitatif^ maka sebaiknya dilakukan juga penelitian dengan pendekatan kuantitatif agar dapat diperoleh gambaran umum mengenai keadaan kesejahteraan psikologis wanita dewasa madya, baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja.
2003
S3188
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran psychological well-being pada dewasa madya bersuku Jawa yang menikah dan lajang. Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat utama dalam pengumpulan data. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ryff’s Scale of Psychological Well Being (RSPWB) yang telah berhasil diadaptasi oleh kelompok penelitian psychological well-being Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tahun 2012. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik statistik deskriptif. Responden dalam penelitian ini berjumlah 90 orang yang terdiri dari 45 berstatus menikah dan 45 berstatus lajang. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa skor mean psychological well being dewasa madya bersuku Jawa yang menikah dan lajang tergolong tinggi dan tidak berbeda secara signifikan antara mean skor keduanya. ......The present research aims to describe the psychological well-being among middle-aged Javanese married and single persons. This research is a quantitative research by collecting data through questionnaires. In this research, The Ryff’s Psychological Well Being Scale is used. This scale was adopted from previous research by a research team of psychological well-being in 2012. The data is analyzed using descriptive statistic technique. The research respondents are 90 middle-aged Javanese persons (45 married and 45 singles). The result shows that the mean value of psychological well-being among middle-aged Javanese married and single persons is high. There is no significant difference in the mean value between the two categories.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefi Liska
Abstrak :
ABSTRAK
Usia dewasa madya merupakan saat penuaan mulai dialami dan disadari oleh seseorang. Perubahan fisik akibat penuaan dinilai lebih negatif pada wanita dibandingkan pria karena standar penilaian sosial yang mementingkan penampilan fisik pada wanita dibandingkan pria. Hal tersebut dapat mempengaruhi body image dan menimbulkan aging anxiety pada wanita dewasa madya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara body image dan aging anxiety pada wanita dewasa madya. Partisipan penelitian adalah 67 orang wanita yang berusia 40-65 tahun di Jabodetabek. Berdasarkan hasil uji statistik, ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan dengan arah negatif antara body image dan aging anxiety (r = -,365, p < ,05, two-tailed).
ABSTRACT
Middle age is the time when aging begins. Physical change, as an effect of aging, in women is valued more negatively than in men because of social standard which appraises women mostly based on their appearance. Such standard could influence body image and cause aging anxiety in the middle aged women. This research was conducted to find the correlation between body image and aging anxiety in middle aged women. The participants in this research were 67 women who aged between 40-65 years old, residing in Jabodetabek. The statistic test result reveals that there was a significant correlation between body image and aging anxiety (r = -,365, p < ,05, two-tailed).
2014
S53756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Ayu Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Analisis Lanjut Survei Terpadu Biologis dan Perilaku STBP 2011 dan 2015. Kelompok Penasun merupakan kelompok berisiko HIV dengan agka prevalensi HIV lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok berisiko HIV lainnya diIndonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perilaku berisiko HIV pada Penasun dewasa muda dan dewasa madya di 3 kota di Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross sectional menggunakan data STBP tahun 2011 dan 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah Penasun di kota Medan, Bandung, dan Malangyang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjuk kanprevalensi HIV lebih tinggi pada Penasun dewasa madya, namun meningkat 10 pada Penasun dewasa muda. Analisis multivariabel menunjukkan perilaku berisiko yang dapat meningkatkan status HIV positif tahun 2011 pada Penasun dewasa muda adalah mulai menyuntik NAPZA pada usia 18 tahun, tidak mengurangi praktik setting basah, pernah melakukan hubungan seks, berhubungan seks dengan lebihdari 1 orang, dan tidak konsisten menggunakan kondom; sedangkan pertama kali menyuntik dan berhubungan seks pada usia le; 18 tahun dapat meningkatkan risikoHIV positif pada Penasun dewasa madya. Pada tahun 2015 perilaku berisiko yangdapat meningkatkan status HIV positif pada Penasun dewasa muda adalah menyuntik NAPZA pada usia le; 18 tahun, pinjam meminjam jarum, dan tidak konsisten menggunakan kondom; sedangkan pertama kali menyuntik pada usia 18 tahun, dan memiliki pasangan seks tidak tetap dapat meningkatkan risiko HIV positif pada Penasun dewasa madya. Perlu adanya peningkatan layanan pencegahan HIV ke Penasun dewasa muda dan intervensi terhadap jejaring Penasun.
ABSTRAK
Analysis of Integrated Biological and Behavioral Survey IBBS 2011 and 2015 rdquo IDU is population at risk that has the highest HIV prevalance in Indonesia. This study aims to know different risk behavior among young adult and middle agedadult IDU in 3 cities in Indonesia. This study design is cross sectional by using IBBS data 2011 and 2015. Samples in this study were IDU in 3 cities in Indonesia that meet inclusion and exclusion criteria. The result shows that HIV prevalence ishigher among middle aged adult IDU, but increase 10 among young adult IDU. Multivariable analysis shows risk behaviors that increase risk of HIV positive among young adult IDU in 2011 are age at first injection le 18 years, not reduce sharing drugs with water, ever had sex, and having multiple sex partners where as first injection and first had sex at le 18 years old increase risk of HIV positive status among middle aged adult IDU. In 2015, risk behaviors that increase HIV positive status among young adult IDU are age at first injection le 18 years, sharing syringes to inject, and not consistent using condom where as first injection at le 18 years old and having casual sex partner increase risk of HIV positive among middle agedadult IDU. Prevention HIV services should be improved for young adult IDU andalso network intervention should be improved.
2017
S69858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Audrey Hana
Abstrak :
Dalam menjalankan perannya, generasi sandwich memiliki berbagai tantangan yang salah satunya berkaitan dengan aspek finansial. Untuk mengatasi tantangan tersebut, generasi sandwich perlu mengatasinya dengan bekerja. Namun, bekerja berpotensi untuk memunculkan konflik pekerjaan-keluarga pada generasi sandwich yang dapat mempengaruhi kesejahteraan subjektifnya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara konflik pekerjaan-keluarga dan kesejahteraan subjektif pada generasi sandwich. Sebanyak 111 partisipan berusia 35–65 tahun yang merupakan pekerja diukur menggunakan Skala Kesejahteraan Subjektif serta Skala Konflik Pekerjaan-Keluarga. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Pearson Correlation, ditemukan adanya hubungan negatif yang signifikan antara konflik pekerjaan-keluarga dan kesejahteraan subjektif pada generasi sandwich. Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk menentukan intervensi seperti apa yang perlu diberikan kepada generasi sandwich agar dapat mengurangi konflik pekerjaan-keluarga yang dirasakan. ......The sandwich generation faces several challenges in fulfilling its roles, one of which is financial. The sandwich generation had to work hard to overcome these challenges.  However, the sandwich generation may experience work-family conflict as a consequence of employment, which may affect their subjective well-being. The purpose of this study is to examine the relationship between subjective well-being and work-family conflict in sandwich generation. 111 employed participants between the ages of 35 and 65 were assessed using the Work-Family Conflict Scale and the Subjective Well-Being Scale. According to the findings with an analysis using the Pearson Correlation, there is a significant negative relationship between work-family conflict and subjective well-being in the sandwich generation. Given the result of this research, it can be decided what kinds of interventions should be provided for the sandwich generation to minimize their perceived work-family conflict.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>