Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brilyana Bela Islami
Abstrak :
ABSTRAK Klorinasi adalah pengolahan air limbah tersier yang berfungsi untuk menginaktivasi patogen dan zat organik yang umumnya diletakkan pada unit terakhir WWTP dan WTP. Terdapat dua jenis klorinasi, yaitu klorinasi satu tahap OSC dan klorinasi dua tahap TSC . Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan efisiensi penyisihan total koliform dan zat organik pada metode OSC dan TSC untuk menghasilkan air baku untuk air bersih. Variabel bebas dari penelitian ini adalah dosis optimum, waktu interval, dan rasio dosis pembubuhan desinfektan. Klorinasi dilakukan dengan sistem batch dan skala laboratorium pada sampel yang berasal dari efluen WWTP 2 Jababeka yang telah mengalami proses adsorpsi karbon aktif. Desinfektan yang digunakan adalah Ca OCl2 . Hasil menunjukkan bahwa dosis optimum OSC sebesar 80 mg/L. Sedangkan, kondisi optimum pada TSC dicapai pada rasio pembubuhan 5:1 dan waktu interval 50 detik. Dibandingkan dengan OSC, TSC dapat meningkatkan efisiensi untuk parameter COD, BOD, zat organik KMnO4 , dan total koliform berturut-turut sebesar 12 , 35 , 24 , dan 0,39-log reduction. Akan tetapi, metode OSC dan TSC tidak memengaruhi konsentrasi amonia secara signifikan. TSC dapat mereduksi pembentukan THM hingga 13 . Menurut PP No. 82 Tahun 2001 Kelas I, parameter COD dan BOD belum memenuhi baku mutu, tetapi untuk parameter total koliform telah memenuhi baku mutu. Sedangkan menurut Permenkes No. 416 Tahun 1990 tentang Kualitas Air Bersih, parameter zat organik dan total koliform pada air perpipaan belum memenuhi baku mutu, tetapi total koliform untuk air bukan perpipaan telah memenuhi baku mutu. Dengan demikian, efluen TSC tidak dapat digunakan sebagai air bersih secara langsung dan diperlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum konsumsi melalui WTP 2 Jababeka.
ABSTRACT
Chlorination is tertiary wastewater treatment to inactivate pathogen and remove organic substances, where generally placed on the last unit in WWTP and WTP. There are two methods of chlorination, namely One step Chlorination OSC and Two step Chlorination TSC . The purpose of this research was to compare disinfection efficiency of total coliform and organic substances in effluent of OSC and TSC, in order to produce raw water for clean water. Independent variables of this research were dosage, time interval, and dosage ratio of disinfectant. Chlorination were demonstrated in batch system and laboratory scale for effluent of WWTP 2 Jababeka, which had adsorption beforehand. Ca OCl2 was used as disinfectant substance. Results showed that the optimum dosage for OSC is 80 mg L. Meanwhile, TSC attained its highest effiency at time interval of 50s and dosage ratio of 5 1. Compared to OSC, TSC could enhance disinfection efficiency for COD, BOD, organic matter KMnO4 , and total coliform up to 12 , 35 , 24 , and 0,39 log reduction respectively. However, OSC and TSC did not significantly affect ammonia concentration. Also, THM formation could be reduced up to 13 by using TSC method. According to Government Regulation No.82 2001 for Class I, COD and BOD have not met the quality standards, however total coliform has fulfilled the standards. Whereas, according to Minister of Health Regulation No. 416 1990 for Quality of Clean Water, organic matter and total coliform for pipeline water did not met the standards. However, total coliform for water non piped water has complied the standard. Thus, efluent of TSC can not be directly used for clean water in public use and required processing before consumption through WTP 2 Jababeka.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rioneli Ghaudenson
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja kombinasi metode ozonasi dan kavitasi hidrodinamika dengan pelat berlubang dalam proses desinfeksi bakteri E.coli. Pada penelitian ini, dilakukan variasi dosis ozon, laju alir sirkulasi, dan metode disinfeksi. Ozon diproduksi menggunakan ozonator komersial dengan dosis ozon 64,83 mg/jam, 108,18 mg/jam, dan 135,04 mg/jam sementara kavitasi dibangkitkan menggunakan pelat berlubang. Metode desinfeksi yang akan divariasikan pada percobaan ini adalah: kavitasi hidrodinamika, ozonasi, dan gabungan keduanya. Hasil terbaik pada masing-masing metode didapatkan pada menit ke-60 dan laju alir sirkulasi 7 L/menit. Metode gabungan kavitasi dan ozonasi mampu mendesinfeksi hingga 0 CFU/mL dari konsentrasi awal 2,10 x 105 CFU/mL. Metode ozonasi tunggal mampu mendesinfeksi bakteri E.coli hingga 0 CFU/mL dari konsentrasi awal 1,32 x 105 CFU/mL selama 60 menit. Metode kavitasi hidrodinamik memberikan hasil penyisihan paling sedikit, yaitu 5,20 x 104 CFU/mL dari konsentrasi awal 2,17 x 105 CFU/mL. Disimpulkan bahwa metode kombinasi menghasilkan desinfeksi bakteri E.coli yang lebih cepat dan lebih baik dibandingkan metode tunggalnya.
This research aims to evaluate the performance of hybrid method of ozonation and hydrodynamic cavitation with orifice plate on E.coli bacteria disinfection. Ozone dose, circulation flowrate, and disinfection method were varied. Ozone was produced by commercial ozonators with ozone dose of 64,83 mg hour, 108,18 mg hour, and 135,04 mg hour. Meanwhile, hydrodynamic cavitation was generated using an orifice plate. The disinfection methods compared in this research are hydrodynamic cavitation, ozonation, and the combination of both. The best result on each method was achieved on the 60th minutes and with a circulation flowrate of 7 L min. The hybrid method attained final concentration of 0 CFU mL from the initial concentration of 2,10 x 105 CFU mL. The ozonation method attained final concentration of 0 CFU mL from the initial concentration of 1,32 x 105 CFU mL. Cavitation method gives the least elimination with final concentration of 5,20 x 104 CFU mL from the initial concentration of 2,17 x 105 CFU mL. In conclusion, hybrid method gives a faster and better disinfection of E.coli than each method on its own.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Amalia
Abstrak :
Penelitian ini mengkombinasikan metode ozonasi dan kavitasi hidrodinamikka dengan injektor venturi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui signifikansi kinerja dari penggabungan metode ozonasi dan kavitasi hidrodinamika terhadap proses desinfeksi bakteri Escherichia coli. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan desinfeksi dengan metode ozonasi tunggal dan kavitasi tunggal sebagai pembanding. Variasi yang dilakukan adalah laju alir yaitu 3, 5 dan 7 L/menit dan dosis ozon 64,83, 108,18 dan 135,04 mg/jam. Metode kombinasi ozonasi dan kavitasi hidrodinamika laju alir 7 L/menit dan dosis ozon 135,04 mg/jam menghasilkan kinerja terbaik dengan konsentrasi awal sebesar 1,49 x 105 CFU/mL, semua bakteri dapat terdesinfeksi selama 45 menit. Hasil tersebut lebih baik dibandingkan metode kavitasi hidrodinamika tunggal laju alir 7 L/menit dengan bakteri tersisa sebesar 21 dan semua bakteri terdesinfeksi pada metode ozonasi tunggal dengan dosis ozon 135,04 mg/jam selama 60 menit.
This research combine ozonation and cavitation hydrodynamic methods with venturi injector. The purpose of this research is to observe significance of ozonation and hydrodynamic cavitation method to disinfection process of Escherichia coli bacteria. To achieve these objectives, disinfection process with single ozonation and single cavitation method was used as a comparison. The variations being used are flowrate 3, 5, 7 L min and dosage of ozone 64.83, 108.18 and 135.04 mg h. Combination of ozonation and hydrodynamic cavitation 7 LPM and 135.04 mg h dosage of ozone showed the best performance with initial concentration is 1.49 x 105 CFU mL, all bacteria were disinfected for 45 minutes. The results is better than the single hydrodynamic cavitation method 7 LPM which had 21 remaining of bacteria and all bacteria were disinfected on a single ozonation method 135.04 mg h dosage of ozone for 60 min.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Yasmin
Abstrak :
Latar Belakang: Alginat merupakan salah satu bahan cetak kedokteran gigi yang dapat menjadi sumber potensial kontaminasi silang, sehingga harus dilakukan desinfeksi tanpa menyebabkan distorsi pada sifat fisik alginat seperti perubahan dimensi, reproduksi detail, dan kompatibilitas dengan gipsum. Saat ini beredar alginat buatan Indonesia dan belum ada penelitian mengenai sifat fisik alginat buatan Indonesia setelah dilakukan desinfeksi perendaman. Tujuan: Mengetahui pengaruh desinfeksi perendaman dalam larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 0,5%, glutaraldehid 2%, dan klorheksidin 0,2% pada bahan cetak alginat buatan Indonesia (Hexalgin) dan luar negeri (GC Aroma Fine Plus Normal Set) terhadap perubahan dimensi, reproduksi detail, dan kompatibilitas dengan gipsum. Metode: Masing-masing 20 spesimen alginat buatan Indonesia dan luar negeri dibuat sesuai dengan standar ISO 1563 dan dibagi menjadi kelompok desinfeksi perendaman dalam larutan NaOCl 0,5%, glutaraldehid 2%, klorheksidin 0,2%, dan kontrol lalu dilakukan pengecoran dengan gipsum tipe III. Pengujian dilakukan sesuai standar ISO 1563 dan ISO 21563, diukur dengan kaliper digital dan dinilai dengan kamera digital dengan perbesaran 6,3X. Analisis data dengan uji statistik One Way ANOVA dan uji Pearson Chi-Square. Hasil: Rerata perubahan dimensi antara kelompok perlakuan perendaman dalam larutan disinfektan berbeda pada alginat buatan Indonesia dan luar negeri menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05). Rerata perubahan dimensi antara alginat buatan Indonesia dengan buatan luar negeri setelah desinfeksi perendaman dalam berbagai larutan tidak berbeda bermakna (p≥0,05), kecuali pada kelompok klorheksidin 0,2%. Secara berurutan, nilai rerata perubahan dimensi pada hasil cetakan alginat buatan Indonesia dan alginat buatan luar negeri setelah desinfeksi perendaman dalam NaOCl 0,5% adalah 0,126±0,035% dan 0,089±0,015%, glutaraldehid 2% adalah 0,162±0,036% dan 0,128±0,026%, klorheksidin 0,2% adalah 0,204±0,029% dan 0,131±0,023% dan kontrol adalah -0,025±0,011% dan -0,014± 0,009%. Proporsi reproduksi detail menunjukkan hasil yang sama pada seluruh spesimen, yaitu dapat mereproduksi detail. Skor kompatibilitas dengan gipsum menunjukkan skor 1, 2, dan 3. Proporsi skor kompatibilitas dengan gipsum antar kelompok perlakuan serta antara alginat buatan Indonesia dan luar negeri tidak berbeda bermakna (p≥0,05). Kesimpulan: Alginat buatan Indonesia setelah desinfeksi perendaman dalam larutan NaOCl 0,5%, glutaraldehid 2%, dan klorheksidin 0,2% mengalami perubahan dimensi yang dapat diterima secara klinis, dapat mereproduksi detail dengan baik, dan kompatibel dengan gipsum tipe III. ......Background: Alginate is one of dental impression materials that can be a potential source of cross-contamination, so disinfection must be carried out without causing distortion on the physical properties of alginate such as dimensional changes, detail reproduction, and compatibility with gypsum. Currently, Indonesian-made alginate has been circulating in Indonesia and there has been no research on the physical properties of Indonesian-made alginate after immersion disinfection. Objective: To determine the effect of immersion disinfection in 0.5% sodium hypochlorite (NaOCl), 2% glutaraldehyde, and 0.2% chlorhexidine between Indonesian-made (Hexalgin) and foreign-made (GC Aroma Fine Plus Normal) alginate impression on dimensional changes, detail reproduction and compatibility with gypsum. Methods: 20 Indonesian-made and foreign-made alginate specimens were made according to the ISO 1563 standard and grouped into disinfection by immersion in 0.5% NaOCl, 2% glutaraldehyde, 0.2% chlorhexidine solution, and control and then cast with type III gypsum. Tests were carried out according to ISO 1563 and ISO 21563 standards, measured with digital calipers and assessed with a digital camera with 6.3X magnification. Data analysis with One Way ANOVA test and Pearson Chi-Square test. Results: The mean dimensional changes between treatment groups (immersion in different disinfectant solutions) on Indonesian-made and foreign-made alginates showed a significant difference (p<0.05). The mean dimensional change between Indonesian-made and foreign-made alginate after disinfection by immersion in different solutions was not significantly different (p≥0.05), except for the 0.2% chlorhexidine group. The mean value of dimensional changes in the Indonesian-made and foreign-made alginate impressions after disinfection by immersion in NaOCl 0.5% are 0.126±0.035% and 0.089±0.015%, glutaraldehyde 2% are 0.162±0.036% and 0.128±0.026%, chlorhexidine 0.2% are 0.204±0.029% and 0.131±0.023%, and control are -0,025±0,011 % and -0,014±0,009 %. The proportion of detail reproduction of all specimens showed same results, details were reproduced. The compatibility with gypsum scores showed a score of 1,2, and 3. Proportion of compatibility with gypsum scores between treatment groups and between Indonesian-made and foreign-made alginates were not significantly different (p≥0.05). Conclusion: Indonesian-made alginate after disinfection by immersion in 0.5% NaOCl, 2% glutaraldehyde, and 0.2% chlorhexidine solutions undergo dimensional changes that were clinically acceptable, could reproduce details well, and were compatible with gypsum type III.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Dara Aullia
Abstrak :
Latar Belakang: Alginat mengandung mikroorganisme akibat paparan dari rongga mulut sehingga perlu prosedur desinfeksi. Desinfeksi dapat mempengaruhi sifat fisik seperti stabilitas dimensi, reproduksi detail dan kompatibilitas dengan gipsum. Indonesia telah memproduksi bahan cetak alginat sendiri. Belum ada penelitian mengenai pengaruh teknik desinfeksi penyemprotan terhadap sifat fisik alginat buatan Indonesia. Tujuan: Mengetahui perbedaan pengaruh teknik desinfeksi penyemprotan dengan larutan Natrium hipoklorit (NaOCl) 0,5%, Glutaraldehid 2% dan Klorheksidin 0,2% antara bahan cetak alginat buatan Indonesia (Hexalgin) dan buatan luar negeri (GC Aroma Fine Plus Normal Set) terhadap stabilitas dimensi, reproduksi detail dan kompatibilitasnya dengan gipsum (dental stone). Metode: Pembuatan 20 spesimen alginat buatan Indonesia dan 20 spesimen alginat buatan luar negeri mengikuti standar ISO 1563 dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan desinfeksi penyemprotan yaitu dengan NaOCl 0,5%, Glutaraldehid 2%, Klorheksidin 0,2% dan Kontrol kemudian didiamkan dalam kantung plastik zip lock selama 10 menit. Pengecoran dengan dental stone tipe III. Perubahan dimensi, reproduksi detail, dan kompatibilitas dengan gipsum diuji sesuai standar ISO 1563 dan 21563 dan diukur menggunakan kaliper digital dan dinilai dengan kamera digital dengan perbesaran 6,3x. Analisis data dengan uji statistik One Way Anova dan uji Pearson Chi-Square. Hasil: Rerata perubahan dimensi antara kelompok perlakuan desinfeksi penyemprotan dengan larutan disinfektan berbeda menunjukkan berbeda makna secara statistik (p<0,05) pada alginat buatan Indonesia maupun alginat buatan luar negeri. Rerata perubahan dimensi antara alginat buatan Indonesia dengan alginat buatan luar negeri tidak berbeda makna secara statistik (p≥0,05). Rerata perubahan dimensi pada hasil cetakan alginat buatan Indonesia dan buatan luar negeri secara berurutan setelah desinfeksi penyemprotan dengan NaOCl 0,5% (0,030±0,011% dan 0,016±0,011%), Glutaraldehid 2% (0,055±0,013% dan 0,041±0,013%), Klorheksidin 0,2% (0,078±0,015% dan 0,064±0,011%) dan Kontrol (0,011±0,011% dan 0,011±0,011%). Proporsi reproduksi detail dan kompatibilitas dengan gipsum konstan, yaitu seluruh garis tereproduksi dan kompatibilitas dengan skor 2. Kesimpulan: Perubahan dimensi alginat buatan Indonesia setelah desinfeksi penyemprotan dengan NaOCl 0,5%, Glutaraldehid 2%, dan Klorheksidin 0,2% dapat diterima secara klinis, mereproduksi detail dengan baik, dan kompatibel dengan dental stone tipe III. Desinfeksi dengan NaOCl 0,5% memberikan perubahan dimensi yang paling kecil. ......Background: Alginate contains microorganisms due to exposure from the oral cavity, so it needs a disinfection procedure. Disinfection can affect physical properties such as dimensional stability, reproduction of details and compatibility with gypsum. Indonesia has produced its own alginate impression material. There has been no research on the effect of spraying disinfection techniques on the physical properties of Indonesian-made alginates. Objective: Determine the difference in the effect of spraying disinfection techniques with 0.5% sodium hypochlorite, 2% glutaraldehyde and 0.2% chlorhexidine between alginate impression materials made in Indonesia (Hexalgin) and alginate made in foreign countries (GC Aroma Fine Plus Normal Set) on dimensional stability, detail reproduction and compatibility with gypsum (dental stone). Methods: The manufacture of 20 specimens of alginate made in Indonesia and 20 specimens of alginate made in foreign countries following the ISO 1563 standard were divided into 4 spraying disinfection treatment groups, namely 0.5% NaOCl, 2% Glutaraldehyde, 0.2% Chlorhexidine and Control then left in a zip plastic bag lock for 10 minutes. Casting with dental stone type III. Dimensional changes, detail reproduction and compatibility with gypsum were tested according to ISO 1563 and 21563 standards and measured using digital calipers and assessed with a digital camera at 6.3x magnification. Data analysis with One Way Anova and Pearson Chi-Square statistical test. Results: The mean dimensional change between the spraying disinfection treatment groups with different disinfectant solutions showed statistically different meanings (p<0.05) for alginates made in Indonesia and foreign countries. The mean change in dimensions between alginate made in Indonesia and foreign countries did not differ in statistical significance (p≥0.05). The mean dimensional changes in the results of alginate impressions made in Indonesia and foreign countries after disinfection by spraying with 0.5% NaOCl (0.030±0.011% and 0.016±0.011%), Glutaraldehyde 2% (0.055±0.013% and 0.041±0.013%), Chlorhexidine 0.2% (0.078±0.015% and 0.064±0.011%) and Control (0.011±0.011% and 0.011±0.011%). The proportion of detail reproduction and compatibility with gypsum is constant, the entire line is reproduced and compatibility with a score of 2. Conclusion: Changes in the dimensions of alginate made in Indonesia after spray disinfection with 0.5% NaOCl, 2% Glutaraldehyde, and 0.2% Chlorhexidine are clinically acceptable, reproduce details well, and were compatible with dental stone type III. Disinfection with 0.5% NaOCl gave the smallest dimensional change.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library