Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A. Endang Purnomowati
Abstrak :
ABSTRAK Kadar IgE to-bal pada penderita alergi atopik lebih tinggi daripada orang nonatopik. Untuk dapat mengetahui apakah seseorang itu atopik atau tidak, diperlukan suatu pembanding yaibu suatu standar kadar IgE orang nonatopik. Selama ini di Indonesia, standar yang digunakan berasal dari luar negeri (Swedia), sedangkan standar kadar IgE orang nonatopik Indonesia belum pernah dicari. Selain kadar IgE, pada penderita alergi atopik ditemukan juga peningkatan jumleih eosinofil. Oleh karena itu tujuan penelitian ini ialah untuk mencari standar normal kadar IgE orang nonatopik Indonesia, paling tidak kisaran kadar IgE-nya, dan mencari kisaran jumlah eosinofil orang nonatopik Indonesia yang lebih memadai. Penentuan aktivitas IgE terhadap Dermatophagoides pteronyssinus dan kadar IgE total pada orang nonatopik Indonesia dilakukatn dengan teknik enzyme linked immuno sorbent assay (ELISA). Dari basil penelitian ini diketahui bsihwa kadar IgE orang nonatopik Indonesia lebih tinggi daripada standar kadar IgE dari Swedia. Kisaran kadar IgE orang nonatopik Indonesia tersebut adalah sebagai berikut:' 9,5 U/ml untuk kelompok umur di bawah 3 tahun, 47,2 U/ml untuk kelompok umur 3-6 tahun, 101,8 U/ml untuk kelompok umur 7-10 tahun, 124,5 U/ml untuk kelompok umur 11-14 tahun dan 156,2 U/ml untuk kelompok umur dari 15 tahun ke atas. Rata-rata jumlah eosinofil pada orang nonatopik Indonesia ialah 131 sel/mm (dengan kisaran antara 0-783 sel/mm).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Ricky Riady
Abstrak :
Latar belakang. Tungau debu rumah (TDR) adalah salah satu penghasil alergen pada debu yang dapat memicu asma. Makanan utama TDR adalah serpihan kulit manusia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara jumlah anggota keluarga terhadap prevalensi dan intensitas dari TDR spesies Dermatophagoides pteronyssinus. Metode. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional dari bulan Novermber 2013- Februari 2014. Lokasi penelitian berada di Pasar Rebo (Jakarta Timur ) dan Pamulang (Tangerang Selatan). Sampel penelitian ini adalah debu rumah penduduk. Diagnosis Dp pada debu rumah ditegakkan dengan pemeriksaan debu secara langsung dibawah mikroskop cahaya. Hasil. Total 96 rumah responden terdiri 44 di Jakarta Utara dan 52 Tangerang Selatan. Prevalensi Dp sebesar 77,1% (74/96) dengan intensitas rata-rata 65.4± 105.9 Dp/g debu. Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna (p>0,05) antara jumlah anggota keluarga ≤ 4 dan > 4 orang terhadap prevalensi dan intensitas Dp di Jakarta Timur dan Tangerang Selatan. Kesimpulan. Penelitian ini menunjukan bahwa prevalensi dan kepadatan Dp tidak dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga.
Intoduction. House dust mites (HDM) was a major source of allergen in dust that could trigger asthma. HDM eat keratin from human skin shed. The purpose of this research was to know whether household member has correlation with prevalence and intensity of HDM species Dermatophagoides pteronyssinus(Dp). Method. This research was held between November 2013 - February 2014. Design used in this research was cross-sectional. Sample was dust collected from house in Pasar Rebo(East Jakarta) and Pamulang(South Tangerang). HDM was diagnosed by direct examination of dust using light microscope. Result. Total 96 house of responden was used in this reserach, 44 from East Jakarta and 52 from South Tangerang. Prevalence of Dp was 77.1%(74/96) and Dp intensity mean was 65.4± 105.9 Dp/g dust. Conclusion. There wasn't any correlation(p>0.05) between household member with prevalence and intensity of HDM.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library