Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ineu Isnaeni
Abstrak :
Sebanyak 45% orang tua yang memiliki anak disabilitas di Kota Depok masih malu, menelantarkan anaknya, dan tidak memberikan kasih sayang melimpah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan orang tua yang memiliki anak disabilitas dan determinannya di Kota Depok Jawa Barat tahun 2022. Penelitian menggunakan desain cross sectional, pengumpulan data melalui pengisian kuesioner online pada 120 orang tua yang memiliki anak disabilitas yang tinggal di Kota Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua menerima anak disabilitas di Kota Depok Jawa Barat Tahun 2022 sudah baik dengan nilai rata-rata 86,79 (skala 100). Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan, sikap, nilai religiusitas, dukungan tenaga kesehatan, dan pendapatan memiliki hubungan bermakna dengan penerimaan orang tua yang memiliki anak disabilitas. Dukungan tenaga kesehatan merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan penerimaan orang tua yang memiliki anak disabilitas di Kota Depok Jawa Barat. Orang tua yang cukup mendapat dukungan dari tenaga kesehatan berpeluang menerima anaknya yang mengalami disabilitas 5,6 kali dibanding dengan orang tua yang kurang mendapat dukungan tenaga kesehatan setelah dikontrol oleh pengetahuan, sikap, nilai religiusitas dan pendapatan. ......As many as 45% of parents who have children with disabilities in Depok City are still ashamed, neglect their children, and do not give abundant love. This study aims to determine the acceptance of parents who have children with disabilities and their determinants in Depok City, West Java in 2022. The study used a cross sectional design, collecting data through filling out online questionnaires on 120 parents of children with disabilities living in Depok City. The results showed that parents accepting children with disabilities in Depok City, West Java in 2022 were good with an average score of 86.79 (scale 100). The results showed that knowledge, attitudes, religious values, support from health workers, and income had a significant relationship with the acceptance of parents who had children with disabilities. The support of health workers is the most dominant factor related to the acceptance of parents who have children with disabilities in Depok City, West Java. Parents who have adequate support from health workers have the opportunity to accept their children with disabilities 5.6 times compared to parents who do not receive support from health workers after being controlled by knowledge, attitudes, religious values and income.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifai Kurniawan
Abstrak :
Kota Depok memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat. Meningkatnya jumlah penduduk yang sejalan dengan meningkatnya kepadatan penduduk, turut menyebabkan timbulnya wilayah permukiman yang padat. Permukiman padat merupakan salah satu ruang yang paling rawan terhadap bahaya kebakaran. Pembentukan wilayah rawan kebakaran diperlukan sehingga diketahuinya wilayah mana saja yang rawan terhadap bencana kebakaran Kota Depok. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola wilayah kejadian kebakaran dan pola wilayah rawan kebakaran. Data yang digunakan diantaranya kejadian kebakaran, kepadatan penduduk, respon time, kerapatan jaringan jalan, sumber air, lokasi UPT, dan kepadatan bangunan. Penelitian wilayah rawan kebakaran yang terjadi pada tahun 2018 menggunakan metode overlay, network analisis dan menggunakan analisis spasial serta deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan wilayah kejadian kebakaran tinggi berada di utara Kota Depok, dan disebabkan oleh konsleting listrik. Sedangkan wilayah rawan kebakaran tinggi pada umumnya memiliki karakteristik kepadatan penduduk tinggi, kerapatan jaringan tinggi, kepadatan bangunan tinggi, respon time lambat dan sumber air rendah ......Depok City has a fairly rapid growth and development rate. The increase in population in line with increasing population density also contributes to the emergence of dense residential areas. Dense settlements are one of the spaces most vulnerable to fire hazards. The formation of fire-prone areas is needed so that it knows which areas are prone to the Depok City fire disaster. The purpose of this study was to analyze the patterns of the area of fire and the pattern of areas prone to fire. Data used include fire incidents, population density, response time, road network density, water source, UPT location, and building density. Research on fire-prone areas that occurred in 2018 using the overlay method, network analysis and using spatial and descriptive analysis. The results of this study showed that the area of high fire was in the north of Depok City, and was caused by electrical short circuit. While high fire-prone areas generally have characteristics of high population density, high tissue density, high building density, slow response time and low water sources
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rahman
Abstrak :
Aparatur pemerintah daerah adalah merupakan roda bagi terselenggaranya pemerintahan yang mandiri dan bertanggung jawab. Kesiapan aparatur merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan berhasil tidaknya suatu daerah dalam melaksanakan otonomi sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus mempunyai profesionalitas yang baik. Konsep profesionalitas dalam diri aparat dilihat dari 2 aspek yaitu responsifitas dan inovasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yakni pendekatan yang bersifat deduktif, yaitu berangkat dari sebuah teori dan berusaha menguji teori tersebut secara objektif. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui profesionalitas aparatur di BAPPEDA Kota Depok dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 45 orang responden yang merupakan pegawai dari dinas-dinas di Kota Depok yang mendapatkan pelayanan dari BAPPEDA Kota Depok. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai mean (rata-rata) berada pada rentang nilai 2,5 - 3,25 atau berada pada nilai skala 3 sehingga profesionalitas aparatur BAPPEDA Kota Depok dinilai cukup atau memiliki profesionalitas yang cukup. Apabila dilihat dari nilai t hitung = 67,102 > nilai t tabel (44; 0,025) = 0.2000, karena t hitung > nilai t tabel atau bisa juga dilihat nilai sig. 0.000 < 0.025 maka Ho ditolak. Jadi rata-rata profesionalitas Aparatur Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Depok termasuk dalam kategori baik. ......Local government apparatus is a wheel for the implementation of self-governance and responsible. Readiness of the apparatus is of a great importance in determining the success or failure of a region in implementing autonomy in accordance with applicable laws. The Government apparatus in carrying out its duties and functions should have a good professionalism. The concept of professionalism within the apparatus self viewed from 2 aspects that are responsiveness and innovation. The approach used in this study is a quantitative approach, which is deductive approach, which departs from a theory and trying to test the theory objectively. Writing aims to know the apparatus professionalism in BAPPEDA of Depok City in carrying out the work in accordance with the duties and functions. Collecting data in this study conducted by distributing questionnaires to 45 respondents who are employees of departments in Depok City who get service from BAPPEDA of Depok City. From the results of this study obtained a mean is in the range of values from 2.5 to 3.25 or are on the scale of 3 so that the apparatus professionalism of BAPPEDA of Depok City judged enough or have enough professionalism. When viewed from the value t count = 67.102 > table value of t (44; 0.025) = 0.2000, because the t count > t table value or it could be seen the value of sig. 0000 < 0025 then Ho is rejected. So the average of Apparatus professionalism Regional Development Planning Board (BAPPEDA) of Depok City included in good category.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S8779
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Rahman Hakim
Abstrak :
Penelitian ini membahas kualitas pelayanan Dinas Pendidikan Kota Depok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kualitas pelayanan Dinas Pendidikan Kota Depok. Analisa yang dilakukan pada penelitian ini didasarkan pada teori Servqual Parasuraman, Zeithaml, dan Berry. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah survei. Objek penelitian ini ialah Kepala Sekolah Negeri se-Kota Depok. Dalam proses pengolahan data, peneliti menggunakan SPSS versi 17 dengan uji Independent-Sample T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan Dinas Pendidikan Kota Depok adalah buruk.
This research focused on the service quality Education Department of Depok City. The purpose of this study was to analyze the service quality of Education Department of Depok City. The analysis was conducted based on the theory Servqual of Parasuraman, Zeithaml, and Berry.This study used the approach of quantitative research with the type research is a descriptive research. Data collection techniques used was surveys. The object of this research is Head Master of Public School of Depok City. In processing the data, researchers used a SPSS version 17 with Independent-Sample T-Test. The result of this research showed that service quality of Education Department of Depok City is bad.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S60205
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Rinawati
Abstrak :
Pertumbuhan depot air minum di Indonesia dari tahun ketahun terus meningkat. Pada tahun 1999 jumlah depot air minum sebanyak 55 depot, tahun 2000 sebanyak 106 depot dan data terakhir tahun 2001 sebanyak 365 depot. Di kota Depok, dari hasil pendataan awal terdapat 26 depot air minum yang tersebar di empat kecamatan yaitu Sukmajaya, Pancaran Mas, Cimanggis, dan Beji. Dui 26 depot, 20 depot sudah diketahui kualitas aimya, meliputi 12 depot tidak memenuhi syarat secara bakteriologi dan 8 depot memenuhi syarat secara bakteriologi. Berdasarkan keadaan ini masyarakat yang mengkonsumsi air minum dari depot air minum mempunyai risiko untuk terpajan bakteriologi melalui air minum. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko keterpajanan bakteriologi melalui air minum yang berasal dari depot air minum. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan populasi dan sampel depot air minum adalah keseluruhan populasi jumlah depot yang telah didata dan diketahui kualitas airnya, populasi dan sampel jumlah penduduk adalah keseluruhan populasi jumlah penduduk yang menggunakan sarana air bersih dari sumur gali, sumur pompa dan ledeng di empat kecamatan kota Depok. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2003. Hasil penelitian menunjukkan jumlah penduduk yang terpajan bakteriologi melalui air minum yang berasal dari depot air minum sebanyak 9.405 jiwa (0,88%) dart keseluruhan penduduk yang mengkonsumsi air minum dart depot. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara air minum yang berasal dari depot air minum dengan keterpajanan bakteriologi melalui air minum. Risiko keterpajanan bakteriologi di masyarakat dihitung perkecamatan, dimana terdapat depot air minum yang telah diketahui kualitas dan produksi air minum yang dihasilkan. Dari hasil analisis keterpajanan bakteriologi dengan 'menggunakan Relatif Odds diperoleh bahwa ada hubungan negatif antara penduduk di kecamatan Sukmajaya dan Cimanggis yang mengkonsumsi air minum dari depot dengan keterpajanan bakteriologi. Sedangkan di kecamatan Pancoran Mas diperoleh hubungan positif antara penduduk yang mengkonsumsi air minum dari depot dengan keterpajanan bakteriologi. Penduduk yang mengkonsumsi air minum dari depot air minum mempunyai risiko untuk terpajan bakteriologi melalui air minum. Untuk itu disarankan perlu dilakukan pengawasan kualitas air minum yang dihasilkan oleh depot air minum.
The growth of depot drinking water in Indonesia increase from years to years. In 1999, there are 55 depots, in 200 there are 106 depots and based on the last data in 2001 there are 365 depots. From pre-survey in Depok it is found that there are 26 depots which spread through 4 subdistricts: Sukmajaya, Pancoran Mas, Cimanggis, and Beji. From the depots, water quality of 20 depots have been known, which is 12 depots unquality the water bacteriology quality standard and 8 depot quality the water bacteriology quality standart. Based on this situation, people who consume drinking water from depot have a risk to exposed bacteriology from their drinking water. This study aimed at finding the bacteriology exposure risk thought drinking water that come from drinking water's depot. This study use cross sectional design which population and sample of depot drinking water is the total number of depots that have been surveyed and their water quality have been known. The population and sample of citizen number is the total number of population in Depok that using well, pump and pipe distribution as their fresh water facilities. This study conducted on May 2003. The result show that number of citizens who exposed bacteriology throught drinking water from depot is 4.405 persons (64,78%). The result of bivariat analysis shows there is relationship between drinking water from depot with bacteriology exposure. Bacteriology exposure risk in society is counted every district, where depot that their water quality and water production has been known, is located. From bacteriology exposure analysis using Relatif Odds, it is found that Sukmajaya and Cimanggis citizen who consume drinking water from depot related negatively with bacteriology exposure. While Pancoran Mas citizen who consume drinking water from depot is related positively with bacteriology exposure. People who consume drinking water from depot have a risk to exposed bacteriology from drinking water. Therefore, it is suggested to control or supervise the drinking water quality from depot.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12959
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Fithri Anni Bahar
Abstrak :
Masalah persampahan merupakan masalah yang kompleks dan saat ini masih menjadi masalah serius di kota-kota besar di Indonesia. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka bertambah pula aktifitas masyarakat yang selanjutnya akan meningkatkan timbulan sampah. Pemerintah daerah kewalahan dalam menangani masalah sampah karena peningkatan timbulan sampah tidak dibarengi dengan pertambahan sarana dan prasarana maupun daya tampung TPA. Penelitian ini dilakukan untuk menyusun rencana pengelolaan sampah di Kota Depok tahun 2005-2025. Ruang lingkup penelitian ini adalah hanya terfokus pada pengelolaan sampah domestik tidak membahas tentang sampah Rumah Sakit atau sampah medis mulai dari rumah tangga sampai ke TPA. Pengembangan rencana pengelolaan tersebut dilakukan dengan melihat unsur masukan, proses dan keluaran. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Depok pada bulan Mei-Juni 2004. Hasil penelitian menunjukkan jumlah produksi sampah saat ini 3.700 m3/hari sumber 88,3% merupakan sampah domestik dan sisanya bersumber dari pasar, toko, jalan dan sebagainya. Sebagian besar 72,97% merupakan sampah organik dan sisanya terdiri dari kayu, beling dan sebagainya. Sampai tahun 2004 cakupan pengelolaan sampah baru mencapai 48% dan sisanya dikelola sendiri oleh masyarakat. Perencanaan pengelolaan jangka panjang atau 20 tahun ke depan, menekankan pada penanganan sampah di hulu. Maksudnya pemilahan atau recycling dilakukan di tingkat rumah tangga. Ibu-ibu rumah tangga diberi informasi tentang pemilahan sampah basah dan kering dengan wadah yang berbeda. Pada pemukiman tidak teratur pelayanan sampah dilakukan dengan gerobak dari rumah ke rumah (75%), selanjutnya sampah tersebut akan dibawa ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Container dan di sana akan tereduksi sebesar 15%. Diharapkan sampah di TPS akan minimal dengan adanya kerjasama dengan pemulung dan para pemulung telah memiliki gudang tempat menyimpan barang bekas. Untuk pemukiman teratur pelayanan sampah tidak menggunakan gerobak tapi langsung dilayani oleh dump truk yang akan mengangkutnya ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Cipayung. Hasil penghitungan, retribusi yang sesuai (mencapai impas) untuk tahun 2005 sampai 2025 adalah Rp. 5.500,- per bulan per kepala keluarga. Diharapkan dari perencanaan ini akan menghasilkan kebutuhan sarana dan prasana, pembiayaan dan sebagainya. Dalam memasyarakatkan pengelolaan sampah di hulu diperlukan pendekataan pendidikan kesehatan, baik pendekatan pendidikan individu, dengan sasaran individu melalui murid-murid sekolah. Pendidikan kelompok dengan sasaran kelompok, misalnya kelompok pengajian, kelompok arisan dan sebagainya, serta pendidikan kepada masyarakat luas, dengan sasaran masyarakat bias dilakukan melalui pemutaran film layar tancap, pemutaran slide, penyebarluasan brosur, pamflet, striker dan sebagainya. Ada beberapa saran yang perlu dilakukan adalah pengelolaan sampah di hulu perlu dikembangkan sehingga dapat meminimalkan sampah baik di TPS maupun TPA. Perlu dilakukan penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat tentang cara pemilahan sampah basah dan kering sehingga masyarakat peduli terhadap lingkungan. Untuk pemerintah daerah perlu memberdayakan pemulung dalam pengelolaan sampah terutama di TPS.
Waste problem is still be the complex problem and till recently being a serious problem in the big city in Indonesia. In a procession with addition of population, their activity also being more complex and causes the waste in the environment. The region government face difficulties to handling the waste problem because the waste in heaps, and unfortunately do not accompanied with the facility and quantity of tools. This research have an objective to arranged a plan to processing wastes on Depok City in 2005 - 2025, and focused on handling and processing domestic wastes, and waste of Hospital or medicine wastes was excluded. The process involved from home to the Final Collecting Place (TPA). Developing a processing plan efforted with watch closely the input, the process and the output. This research located on Depok City and have done on Mei until] Juni 2004. Results of this research shows that waste production quantity right now is 1700 M31day, 88,3 % domestic wastes dan 11,7 % remaind from store, market, road and so on. The big portion of this waste (72,97%) is organic waste and and the rest is woods, porcelain etc. Until 2004, the waste processing only reach 48%, and the rest is processed by the community with traditional process. Long term processing planning or 20 years forward, focused on handling waste from upper course. Sortation and recycling start from household. The mothers give the information how to sortation the wet waste and the dry waste on the different container. On the uncoordinated district, waste service doing with cart from one home to another (75%), on the next stage, the wastes brought to the throwing place (TPS). On the TPS, the waste being reduction until 15%. Cooperation with the waste collector (pemulung), can minimizing the wastes on TPS, and also the waste collector already have a storehouse to collect the exuse things. On the arranged district, waste service do not use the cart, but directly serviced by the dump truct, and carried to The Final Collecting Place (TPA) on Cipayung. Calculation result, the precise retribution ( reach impass) to 2005 until 2025 Rp. 5.500,- per month per head of household. From this plan, we hope that the need for facility and retribution can be realize. Acoording to socialitation the waste processing from upper course, we need an health educational approach, as an individual being the target trough the student. Group educational which the group per se be the target, and education for the community, through the arisan, group based on religion (pengajian), and so on. Education for community can be effort with dostribution of pamflet, movie, brosur, sticker, etc. There are some advise to be done, waste processing from upper course need to be more explorated to minimizing wastes both in TPS or TPA. Elucidation and education to the community must be take as a routine programmed, give the information how to separating the dry waste and wet waste, so the community really care and aware about health and environtment. To the region government, we still need to resources the waste collector, specially on TPS.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almusafia Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Hallyu Wave merupakan fenomena penyebaran budaya Korea ke seluruh dunia tak terkecuali Indonesia. Persebaran ini diawali dari sektor hiburan yang merambah kepada produk budaya Korea lainnya yaitu makanan,sehingga memunculkan bisnis restoran Korea. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat karakteristik lokasi restoran Korea dan karakteristik konsumen di Kota Depok dengan menggunakan metode analisis spasial deskriptif sehingga membentuk sebuah pola. Hasil penelitian menunjukan restoran Korea di Kota Depok memiliki lokasi dengan aksesibilitas baik dan dekat dengan pasar/targetnya yaitu mahasiswa. Pada site Kpop terbentuk pola kunjungan konsumen dengan durasi lama selama berada di restoran dengan frekuensi yang jarang dan pengaruh niai hedonis serta likability yang kuat terhadap musik dan drama Korea. Pada situation yang strategis terbentuk pola kunjungan konsumen dengan durasi lama, frekuensi jarang dan pengaruh nilai hedonis serta likability terhadap musik yang kuat.
ABSTRACT
Hallyu Wave is a phenomenon of Korean culture spreading to the whole world, without exception Indonesia. This spread begins with the entertainment sector that extends to other Korean cultural products such as food, resulting in Korean restaurant business. This research is intended to see the characteristics of Korean restaurant location and consumer characteristics in Depok by using descriptive spatial analysis method to form a pattern. The results showed that Korean restaurants in Depok have great locations with good accessibility and close to the market / target, which is students. On the Kpop site, a long-term customer visit pattern is established in restaurants with sparse frequency and heady influence and strong likability for Korean music and drama. In strategic situations, it is formed a customer pattern with long duration and rare frequency, and also influenced by hedonic value, along with strong music likability.
2017
S69361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evander Todho Dwitranarova
Abstrak :
Skripsi ini membahas terkait gambaran penolakan penolakan permohonan jaminan persalinan untuk pemohon non peserta JKN di Kota Depok Tahun 2022. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan metode pengumpulan data sekunder Jaminan persalinan merupakan bantuan jaminan Kesehatan dalam aspek persalinan oleh Pemerintah Daerah Kota kepada masyarakat non peserta JKN bagi kasus kegawatdaruratan maternal neonatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program Jampersal untuk pemohon non peserta JKN di Kota Depok dan mengidentifikasi faktor penyebab dari adanya penolakan pengajuannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran Penolakan permohonan Jaminan Persalinan untuk pemohon non peserta JKN di Kota Depok pada tahun 2022, diketahui jumlah pemohon yang ditolak adalah sebanyak 53 pemohon dari 947 total pemohon Jampersal untuk pemohon non peserta JKN (5,6%). Dalam jumlah penolakan tersebut, teridentifikasi faktor penyebabnya adalah faktor pengecualian, sebanyak 29 pemohon (54,72%), faktor batas manfaat yang dapat diajukan, sebanyak 9 pemohon (16,98%), faktor kriteria parameter kemiskinan, yaitu sebanyak 8 pemohon (15,09%). faktor kelengkapan berkas permohonan Jampersal, sebanyak 4 pemohon (7,55%), dan faktor batas waktu pengajuan permohonan Jampersal, sebanyak 3 pemohon (5,66%). ......This thesis discusses the description of the rejection of maternity guarantee application for non-JKN participants in Depok City in 2022. This is a quantitative descriptive study using secondary data collection methods. Maternity guarantee is a health insurance assistance in the aspect of childbirth by the Depok City Regional Government to non-JKN participants in cases of maternal neonatal emergencies. The study aims to determine the description of the implementation of the Jampersal program for non-JKN participants in Depok City and to identify the factors causing the rejection of their applications. The results of the study show that the number of rejected applicants is 53 out of 947 total Jampersal applicants for non-JKN participants (5.6%). The identified factors causing the rejection are exclusion factors, 29 applicants (54.72%), benefit limit factors that can be proposed, 9 applicants (16.98%), poverty parameter criteria factors, 8 applicants (15.09%), completeness of Jampersal application documents, 4 applicants (7.55%), and Jampersal application deadline factor, 3 applicants (5.66%).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Budi Haryanto
Abstrak :
ABSTRAK
Tulisan yang berjudul "Pengaruh Perkembangan Kota Administratif Depok Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Depok Lama Tahun 1981-1999" ini merupakan jawaban atas keingintahuan penulis mengenai kondisi Depok sebelum menjadi Kotif pada tahun 1981. Selain itu dapat menjelaskan bagaimana perkembangan Depok setelah dibagunnya Perumnas tahun 1974. Yang terakhir yaitu membahas mengenai bagaimana pengaruh perkembangan kotif Depok terhadap masyarakat Depok Lama. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang meliputi 4 tahap yaitu, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Penulisan ini bertujuan mengetahui jawaban dari permasalah yang diajukan pada proposal penelitian. Selain itu penulis juga ingin memberikan sumbangan penulisan tentang sejarah kota. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa perkembangan kota administratif Depok yang begitu pesat banyak memberikan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Depok Lama. Masyarakat Depok Lama yang sebelumnya merupakan masyarakat pemilik tanah-tanah di Depok, mulai menjadi kehilangan tanah-tanah yang dimilikinya. Mereka banyak menjual tanah-tanahnya kepada para orang-orang diluar dari golongan mereka atau pendatang. Dengan semakin banyaknya pendatang (khususnya semenjak Perumnas dihuni) di Depok, menjadikan Depok semakin beragam. Begitu juga dengan pergaulan masyarakat Depok Lama menjadi semakin luas dan tidak terbatas hanya pada lingkungan mereka saja.
ABSTRACT
This undergraduated thesis title is "The Influence of Development in Depok Administrative City Against Social Life Culture of Depok Lama Society in The Year 1981-1999" are the answers for the author about Depok condition becoming administrative city in earlier 1981. Except that, this undergraduated thesis also explain how Depok growth after Perumnas build up by government in 1974. And for the last the author discuss about the influenced this growth in Depok for Depok Lama citizen. This research has wroted to know what about the problems for the old citizen and for the city history. The result of this research show that old citizen, who in the past are landlord in this city has lost their land because they sell it for the newcomer. With increasingly for the newcomer in Perumnas, give the city especially the old citizen in Depok Lama more diverse in living society.
2014
S53153
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fujiartanto
Abstrak :
Dalam rangka pemulihan kehidupan sosial ekonomi masyarakat akibat krisis, Pemerintah menerapkan kebijakan reformasi bidang pembangunan dan pemerintahan, diantaranya melalui ditetapkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Sebagai konsekuensi, daerah otonom (termasuk Kota Depok yang ditetapkan melalui UU No. 15 Tahun 1999) perlu melakukan penataan elemen utama penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang terintegrasi membentuk pemerintah daerah dalam menjalankan peran dan fungsinya secara politis dan administratif, meliputi: (a) adanya kewenangan daerah, (b) dibentuknya perangkat daerah, (c) tertatanya persona (pegawat), (d) tersedianya dukungan keuangan daerah, (e) berfungsinya unsur perwakilan rakyat, dan (f) peningkatan penerapan menajemen pelayanan publik. Mengingat cakupan masing-masing elemen sangat luas, maka dalam penelitian ini hanya membatasi tiga aspek (penataan kewenangan daerah, penataan perangkat daerah, dan penataan pegawai daerah), yang diharapkan dapat menghasilkan gambaran representatif kesiapan Pemerintah Daerah Kota Depok mengimplementasikan otonomi daerah. Oleh karena tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran terfokus pelaksanaan penataan kewenangan daerah, penataan perangkat daerah, dan penataan pegawai daerah, maka penelitian ini bersifat deskriptif anatisis, dengan pendekatan kualitatif dan dilakukan melalui survey lapangan. Teknik interview dan dokumentasi digunakan untuk memperoleh data primer dan data sekunder, dan pengolahan serta analisisnya dilakukan melalui langkah-Iangkah: pengumpulan data, penilaian data, penafsiran data, dan penyimpulan. lingkup pembahasannya, dengan menerapkan pendekatan campuran, antara pndekatan konseptual dan pendekatan kebijakan pemerintah dalam peraturan perundangan. Dalam penelitian menerapkan berbagai konsep dan kebijakan desentralisasi, otonomi daerah, kewenangan, penataan organisasi, dan personal. Berkaitan dengan implementasi otonomi daerah, penelitian ini memfokuskan tataran pada ketersediaan sumber daya (kewenangan), karakteristik institusi Implementasi (unit organisasi dan penataan personal). Dengan demikian, hasil penelitian tentang Implementasi otonomi daerah belum sampai pada tingkat masyarakat tetapi hanya pada tingkat suprastruktur pemerintahan daerah..Sehingga melalui pendeskripsian pelaksanaan penataan kewenangan daerah, perangkat daerah, dan kepegawaian daerah memberikan gambaran tentang kesiapan Kota Depok mengimplementasi otonomi daerah. Sebagai implikasi ditetapkannya, Kota Depok sebagai daerah otonom melalui UU No. 15 Tahun 1999, maka dalam implementasinya, Pemerintah Daerah Kota Depok menetapkan "enam pilar pembangunan" sebagai kebijakan penataan penyelenggaraan pemerintahan daerah, diarahkan guna mencapai visi dan misi Kota Depok. Pertama, kebijakan penataan kewenangan diarahkan pada pendesentralisasian kewenangan ke Kecamatan dan Kelurahan. Pemahaman kewenangan yang abstrak menghambat pendelegasian wewenangan. Sesuai dengan Perda Kota Depok No. 46 Tahun 2000, menetapkan 22 bidang kewenangan, 166 sub bidang kewenangan, dan 1.511 rindan kewenangan. Pemerintah telah mengakul kewenangan melalui Kepmendagri No. 130-67 Tahun 2002, disertai dengan beberapa catatan verifikasi. Kedua, kebijakan penataan perangkat daerah diarahkan pada penyusunan perangkat daerah yang ramping dan kaya fungsi. Pelaksanaannya, diinformasikan telah mempertimbangkan kewenangan daerah, kebutuhan dan karakteristik daerah, kemampuan keuangan dan ketersediaan sumber daya manusia, serta disesualkan visi dan misi Kota Depok. Berdasarkan Perda Kota Depok No. 47 Tahun 2000 dan Perda Kota Depok No. 48 Tahun 2000, perangkat daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, 14 Dinas, 3 UPTD, 1 Cabang Dinas, dan 6 Lembaga Teknis Daerah (Badan/Kantor), 6 Kecamatan dan 37 Kelurahan. Namun, dengan ditetapkannya PP No. 8 Tahun 2003, Pemerintah Daerah akan menata kembali perangkat daerah. Ketiga, kebijakan penataan pegawai diarahkan pada peningkatan kapasitas dan kapabilitas pegawai. Telah dilakukan penataan staf 5.964 orang (termasuk dalam jabatan struktural 390 orang), pengembangan pegawai, mutasi, dan penegakkan disiplin pegawai. Dengan dltetapkannya PP No. 9 Tahun 2003, pemerintah daerah akan menata kembali pegawal daerah dengan mengadopsi pola nasional. Hasil analisa menunjukan bahwa: kebijakan "enam pilar pembangunan" sebagai kebijakan penataan penyelenggaraan pemerintahan daerah belum konsisten dengan visi dan misi Kota Depok. Pertama, dalam mengidentifikasi kewenangan untuk didelegasikan ke Kecamatan dan Kelurahan, serta diserahkan pada Propinsi, masih mengacu pada kewenangan dari Departeman/LPND, bukan pada Perda Kota Depok No. 46 Tahun 2000, sehingga pelaksanannya tidak konslsten. Penataan bidang kewenangan "Daerah Kota" belum dilakukan, masih terdapat adanya overlapping antar bidang kewenangan; cenderung mempersamakan antara sub bidang, dan rlndan kewenangan dengan suatu kegiatan/aktivitas; serta pelaksanan penataan kewenangan tidak melakukan need assessment Dengan adanya verifikasi, Pemerintah Daerah belum melakukan penyempumaan kewenangan dan rnenyampaikan kepada Pemerintah. Kedua, mengacu pada Kepmendagri dan Otda No. 50 Tahun 2000, menunjukan bahwa organlsasi perangkat daerah Kota Depok memiliki struktur lebih ramping. Namun demiklan, dalam pelakanaan penataan, pembentukan organisasl perangkat daerah belum rnemperhatikan kewenangan daerah, kebutuhan/karakterlstik daerah, kemampuan keuangan dan ketersediaan sumber daya manusia, dan belum sesual visi dan misi Kota Depok.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>