Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Juliani
"Latar belakang: Nasal CPAP dini sebagai standar bantuan napas untuk mengatasi sindrom gawat napas telah diketahui, namun masih ada 30-80 % kegagalan terapi NCPAP untuk mencegah penggunaan ventilator mekanik. NIPPV dilaporkan lebih mampu menurunkan kegagalan bantuan napas non invasif dibandingkan NCPAP, tetapi beberapa penelitian lain menyatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam kegagalan terapi antara NCPAP dan NIPPV. Sampai saat ini belum ada penelitian uji klinik terkendali yang membandingkan NIPPV dengan NCPAP sejak di ruang bersalin. Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui apakah pengunaan NIPPV dini sejak di ruang bersalin sebagai terapi awal sindrom gawat napas pada bayi prematur, mampu menurunkan kegagalan terapi non invasif dibanding dengan NCPAP. Metode: Uji acak terkendali tidak tersamar ganda, pada bayi dengan usia gestasi 28 sampai <35 minggu dengan sindrom gawat napas yang tidak membutuhkan intubasi subyek saat resusitasi, di randomisasi untuk mendapatkan NCPAP atau NIPPV sejak dari ruang bersalin. Terdapat 52 subyek bayi yang terandomisasi 27 pada kelompok NCPAP dan 25 pada kelompok NIPPV, dengan berat badan lahir 1.513+374 gram vs 1522+411 gram, usia gestasi 32+1,5 minggu vs 32+1,7 minggu. Hasil : Proporsi subyek dalam kelompok NCPAP yang gagal terapi terdapat 16 bayi (59,2%) sedangkan di kelompok NIPPV terdapat 2 bayi (8,0%) dengan RR 0,135 (IK 95% 0,040- 0,619) dengan p =0,025. Dari kelompok NCPAP subyek yang memerlukan intubasi sebanyak 7 bayi (26%) sedangkan di NIPPV sebanyak 2 bayi (12%). Terdapat 9 bayi dalam kelompok NCPAP yang membutuhkan bantuan NIPPV dalam 72 jam pertama, dan semuanya terhindar dari pemakaian ventilasi mekanik. Simpulan : penggunaan NIPPV dini sejak dari ruang bersalin dapat menurunkan kegagalan terapi non invasif pada bayi prematur dibandingkan NCPAP.

Background: Early nasal CPAP has been proven to be an effective therapy for respiratory distress syndrome in neonates. However, 30-80% of this intervention fails to avoid the use of mechanical ventilator. Some studies report that NIPPV is a more preferable approach compared to NCPAP, but the results remain conflicting. There are no randomized clinical trials of using NIPPV compare to NCAP in the delivery room. Objective: The aim of this study was to determine the efficacy of early NIPPV as an initial therapy for respiratory distress compared to early NCPAP in premature neonates. Methods: This is a randomized, controlled, single blind study. Subjects included neonates with a gestational age between 28 until less than 35 weeks with respiratory distress syndrome that did not require intubation at resuscitation. Patients were randomized into NCPAP and NIPPV since in the delivery room, immediately after birth. Twenty-seven infants randomized to NCPAP and 25 comparable infants to NIPPV, with birth weight  1.513+374 gram vs 1.522+411 gram, and gestational age 32+1,5 week vs 32+1,7 week. Results: A higher number of premature neonates eventually failed NCPAP in the  control group compared to the NIPPV group (59.2% vs. 8.0%, RR 0,135 (IK 95% 0,040 - 0,619), p = 0.025. There were 26% subjects in the NCPAP group that required intubation, as opposed to only 12% in the NIPPV group. Additionally, there were 9 subjects in the NCPAP group that required NIPPV in the first 72 hours, all of whom did not require mechanical ventilation. Conclusion: The use of early NIPPV after birth was found to reduce the intervention failure of non-invasive methods compare with NCPAP."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ateng Muljadi
"Kehamilan yang pada dasarnya adalah suatu proses fisiologis, dapat pula menimbulkan gangguan atau kelainan yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan secara teratur yang disebut Pemeriksaan Antenatal.
Rumah Sakit Sumber Waras yang merupakan rumah sakit swasta di daerah Jakarta Barat juga memberikan pelayanan antenatal, dan diharapkan pasien-pasien yang melakukan pemeriksaan antenatal di Rumah Sakit Sumber Waras akan melahirkan juga di Rumah Sakit Sumber Waras.
Tetapi kenyataannya, dari tahun ke tahun jumlah ini semakin menurun, sehingga ingin dicari faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan ini terutama pada pasien-pasien yang mengikuti Paket Bersalin tetapi tidak melahirkan di Rumah Sakit Sumber Waras.
Jadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan kamar bersalin oleh Pasien Paket Bersalin di Rumah Sakit Sumber Waras.
Kerangka Konsep yang dipakai adalah bahwa Pemanfaatan Kamar Bersalin di Rumah Sakit Sumber Waras dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu : 1). Aspek Pemakai Jasa yang terdiri dari umur ibu, jarak rumah ke Rumah Sakit, paritas ibu, jumlah anak hidup, pendidikan ibu, pendidikan suami, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, dan risiko kehamilan 2). Aspek Pemberi Jasa Layanan yang terdiri dari Tarif Paket Bersalin, Sikap Pelayanan Admision, Sikap Pelayanan Perawat, Sikap Pelayanan Dokter, Kenyamanan Ruang Tunggu, dan Kenyamanan Ruang Periksa.
Desain penelitian yang dilakukan adalah cross-sectional, dan analisa penelitian ini adalah deskriptif dan analitik. Hipotesa yang ingin ditegakkan adalah apakah ada hubungan yang bermakna antara faktor-faktor yang terdapat pada pemakai jasa dan pemberi jasa layanan terhadap pemanfaatan kamar bersalin di Rumah Sakit Sumber Waras.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Sumber Waras dengan sampel 110 responden yaitu ibu-ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal dan ikut Paket Bersalin di Rumah Sakit Sumber Waras yang terdiri dari 79 ibu yang melahirkan di RS Sumber Waras dan 31 ibu yang melahirkan di luar RS Sumber Waras. Hasil penelitian ini dianalisa sehingga menghasilkan distribusi frekuensi dan analisa bivariat.
Dari hasil analisa ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pemanfaatan kamar bersalin di Rumah Sakit Sumber Waras dipengaruhi oleh faktor umur ibu, pendidikan ibu dan pendidikan suami.Dan sebagai saran untuk meningkatkan pemanfaatan kamar bersalin Rumah Sakit Sumber Waras oleh pasien Paket Bersalin maka diharapkan pihak manajemen dapat lebih memberikan perhatian kepada pasien Paket Bersalin ini berdasarkan umur, pendidikan responden dan suami responden, sehingga diharapkan pasien-pasien yang sudah ikut Paket Bersalin mau memanfaatkan kamar bersalin RS Sumber Waras sebagai tempat melahirkan.

The Factors Which Are Related To the Utility of Delivery Room by "Special Price Package for Delivery Patients" At Sumber Waras HospitalPrincipally pregnancy is a physiological process that sometimes could cause some disorders or anomalies, which are threatening, to the lives of mother and fetus. That is why; the pregnant mother needs some evaluation of her pregnancy periodically that is called antenatal care service.
Sumber Waras Hospital as a private hospital at West Jakarta has such antenatal care service, which the pregnant mother could have antenatal care for her pregnancy. This service of antenatal care is bundled with delivery service, which is called "special price-package for delivery patients." The management of Sumber Waras Hospital assumes that the pregnant mothers who take their antenatal care should deliver their babies at Sumber Waras Hospital.
In fact, the numbers of the pregnant mothers who have taken their antenatal care at Sumber Waras Hospital and have delivered their babies at the same hospital; have decreased in the last several years.
The objectives of this research attempts to find the factors, which influenced the utility of delivery room, especially for "special price-package for delivery patients" at Sumber Waras Hospital.
Conceptual thinking that has been used is that the utility of delivery room at Sumber Waras Hospital has been influenced with two aspects:
1. Aspects of the users (mother's age, the distance of the hospital from home, mother's parities, the sum of living children, mother's / husband's education, mother's / husband's professions, and the risk of pregnancy).
2. Aspect of the provider (fee for delivery package, the attitude of the admission officers 1 nurses 1 doctors related to services, the convenience of the waiting room and delivery room).
The research design is cross-sectional. The analyses of the research have used descriptive and analytic methods. Hypothesis presumed whether any significant correlation between user's factors and provider's factors to the utility of delivery room of Sumber Waras Hospital.
Analyses have been done for distribution of frequencies and bivariate. The results are the utility of' the delivery room of Sumber Waras Hospital has been influenced by the mother's age factor, mother's and husband's education.
The suggestion in increasing the utility of the delivery room of Sumber Waras Hospital by the special price package for delivery patients, that should be done by the hospital management is giving special attention for the package in categories such as : mother's age, mother's and husband's education. So that the pregnant mothers who take special price package for delivery will utilized the delivery room of Sumber Waras Hospital in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T10922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Andromeda
"Berdasarkan konsep WHO (1994): The Four Pillars of Safe Motherhood Departemen Kesehatan menerapkan pelayanan kebidanan dasar melalui pertolongan persalinan aman dan bersih. Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan diharapkan dapat menjadi agen perubah perilaku hidup sehat dengan menjaga higienitas diri melalui praktek higienitas tangan. Membudayakan keselamatan pasien dengan melakukan praktek higienitas tangan yang baik dan benar diharapkan dapat menurunkan angka infeksi nosokomial. Di Indonesia angka kematian ibu masih merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan.
Angka kematian ibu mengacu pada jumlah kematian ibu pada kehamilan,
persalinan dan masa nifas. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif
menggunakan uji t test dan chi square serta regresi logistik berganda dengan
analisis bootstrapping. Sampel adalah bidan di ruang bersalin RSB Asih Panglima
Polim Jakarta dengan cara pengambilan data melalui observasi serta pengisian
kuesioner. Cuci tangan responden yang sesuai standar “5 Kesempatan Higienitas
Tangan” lebih banyak yang angka kepatuhannya (61.1%) masih di bawah ratarata,
sedangkan pada standar “11 Langkah Cuci Tangan” didapatkan lebih banyak
(55.6%) yang angka kepatuhannya di atas rata-rata. Faktor predisposisi yang
secara statistik terbukti signifikan berhubungan dengan angka kepatuhan cuci
tangan bidan adalah usia, masa kerja, pengetahuan, dan sensitifitas kulit, faktor
pemungkin yang secara statistik terbukti signifikan berhubungan dengan angka
kepatuhan cuci tangan bidan adalah pelatihan. Hasil uji multivariat menyatakan
sarana prasarana dan kepatuhan terhadap standar “5 Kesempatan Higienitas
Tangan” adalah faktor yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan terhadap
standar “11 Langkah Cuci Tangan”. Dibutuhkan perhatian lebih dari pihak
manajemen dan dukungan pimpinan RS terhadap higienitas tangan agar dapat
meningkatkan angka kepatuhan cuci tangan para petugas kesehatan di RSB Asih.

Based on the concept of the WHO (1994): The Four Pillars of Safe Motherhood
Department of Health implements a basic obstetric care through safe and clean
delivery assistance. Hospital as a health care organization is expected to be the
agents of change of health behavior by maintaining hygiene of self through hand
hygiene practices. Cultivating patient safety by implementing a correct hand
hygiene practice is expected to reduce the number of healthcare associated
infection. In Indonesia mother death rates remains a major problem in the health
sector. Mother death rates refers to the number of maternal deaths in pregnancy,
childbirth and the postpartum period. The study was conducted by quantitative
methods using T-test, chi square test and multiple logistic regression with
bootstrapping analyses. The sample was a midwife in the delivery room RSB
Asih Panglima Polim Jakarta by collecting data through observation and
questionnaires. Hand-wash respondents according to the standard "5 Hand
Hygiene Opportunities" more of the compliance rate (61.1%) is still below
average, while the standard "11 Steps of Hand Wash" earned more (55.6%) are
above the compliance rate average. Predisposing factors that are statistically
proven significantly associated with hand washing compliance rate of midwives
are age, years of service, knowledge, and sensitivity of the skin, enabling factors
that are statistically proven significantly associated with hand washing compliance
rate of midwives is training. The results of the multivariate test state that the
infrastructure and adherence to standards "5 Hand Hygiene Opportunities" is the
most dominant factor affecting adherence to the standard "11 Steps Hand
Wash". It takes more attention from management and leadership support of the
hospital to hand hygiene in order to increase the compliance rate of hand washing
among health workers in RSB Asih
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library