Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rafly Pratama
Abstrak :
Kelapa sawit yang merupakan salah satu komoditas perkebunan terbesar dari Indonesia menghasilkan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang menjadi penyumbang limbah organik terbanyak. TKKS memiliki kompleksitas struktur yang tinggi yang membuatnya sulit untuk diproses menjadi bahan kimia bernilai tambah. Oleh karena itu, dibutuhkan modifikasi atau perlakuan untuk memanfaatkan TKKS. Salah satu cara untuk memodifikasi TKKS ini adalah dengan melakukan penghilangan lignin atau delignifikasi dengan metode perlakuan plasma atmosfer. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penyemprotan air sebelum perlakuan plasma atmosfer dan variasi waktu plasma atmosfer terhadap morfologi permukaan, kemampubasahan, dan kekasaran permukaan dari TKKS. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan TKKS dengan variabel penyemprotan air dan waktu selama 15, 30, 45, dan 60 detik. TKKS yang sudah melewati perlakuan plasma atmosfer dengan variabel tersebut akan melewati proses purifikasi dengan metode sonikasi di dalam larutan alkali. Karakterisasi dilakukan dengan pengujian Scanning Electron Microscope (SEM), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), sudut kontak, dan kekasaran permukaan. Hasil pengujian menunjukan bahwa penyemprotan air sebelum perlakuan plasma atmosfer akan meningkatkan kekasaran dari 2,333 μm menjadi 2,525 μm, meningkatkan hidrofilitas dari sudut kontak sebesar 73,94° menjadi 33,96°, dan penurunan puncak pada bilangan gelombang 1030 cm-1 , 1240 cm-1 , dan 1510 cm-1 yang menunjukan adanya gugus C-H pada cincin aromatik dalam syringyl, gugus C-O untuk cincin syringyl dan guaiacyl pada lignin, dan adanya gugus C=C pada cincin aromatik dari lignin. Variasi waktu plasma atmosfer akan meningkatkan kekasaran dari 2,333 μm menjadi 5,097 μm, meningkatkan hidrofilitas dari sudut kontak sebesar 73,94o menjadi 24,87o , dan penurunan puncak pada bilangan gelombang 1030 cm-1 , 1240 cm-1 , dan 1510 cm-1 yang menunjukan adanya gugus C-H pada cincin aromatik dalam syringyl, gugus C-O untuk cincin syringyl dan guaiacyl pada lignin, dan adanya gugus C=C pada cincin aromatik dari lignin. Penelitian ini menunjukan bahwa penyemprotan air sebelum perlakuan plasma atmosfer dan variasi waktu perlakuan plasma atmosfer berpengaruh pada morfologi permukaan, kemampubasahan, dan kekasaran permukaan dari TKKS. ......Oil palm is one of the largest plantation commodities from Indonesia that produces waste in the form of oil palm empty fruit bunches (OPEFB) and is the largest contributor to organic waste. OPEFB has high structural complexity that makes it difficult to be processed into value-added chemicals. Therefore, modification or treatment is needed to utilize OPEFB. One way to modify this OPEFB is by performing lignin removal or delignification with the atmospheric plasma treatment method. This research aims to study the effect of water spraying before atmospheric plasma treatment and variations in atmospheric plasma time on surface morphology, wettability, and surface roughness of OPEFB. This research used OPEFB with variable water spraying and time for 15, 30, 45, and 60 seconds. OPEFB that has passed through atmospheric plasma treatment with these variables will pass through a purification process by sonication method in an alkaline solution. Characterization uses Scanning Electron Microscope (SEM), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), contact angle, and surface roughness. The test results show that spraying water before atmospheric plasma treatment will increase the roughness from 2.333 μm to 2.525 μm, increase the hydrophilicity of the contact angle from 73.94° to 33.96°, and decrease the peaks at wave numbers 1030 cm-1 , 1240 cm-1 , and 1510 cm-1 which indicate the presence of C-H groups on the aromatic ring in syringyl, C-O groups for syringyl and guaiacyl rings in lignin, and the presence of C=C groups on the aromatic ring of lignin. Time variation of atmospheric plasma will increase the roughness from 2.333 μm to 5.097 μm, increase the hydrophilicity from a contact angle of 73.94° to 24.87°, and decrease the peaks at wave numbers 1030 cm1 , 1240 cm-1 , and 1510 cm-1 which indicate the presence of C-H groups on aromatic rings in syringyl, C-O groups for syringyl and guaiacyl rings in lignin, and the presence of C=C groups on aromatic rings of lignin. This study shows that water spraying before atmospheric plasma treatment and variations in atmospheric plasma treatment time affect the surface morphology, wettability, and surface roughness of TKKS.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Sandra
Abstrak :
Perkembangan microbeads sedang marak terjadi di Indonesia, namun microbeads terbuat dari plastik yang tidak dapat terdegradasi sehingga mencemari lingkungan. Oleh karena itu bahan bakunya diganti dengan yang dapat terdegradasi, yaitu selulosa asetat dari tandan kosong kelapa sawit dan daun nangka kering. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan selulosa dan selulosa asetat dari tandan kosong kelapa sawit dan daun nangka kering dengan yield optimum. Selulosa asetat merupakan polimer yang banyak digunakan di industri serat dan plastik. Selulosa asetat dibuat dengan reaksi esterifikasi dari selulosa dan asetat anhidrat. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tandan kosong kelapa sawit dan daun nangka kering, karena untuk memanfaatkan limbah, tersedia dalam jumlah banyak, dan mempunyai kandungan selulosa yang cukup tinggi. Selulosa dan selulosa asetat dengan yield optimum didapat dengan cara memvariasikan waktu delignifikasi, waktu bleaching, dan waktu asetilasi. Isolasi selulosa dilakukan melalui proses delignifikasi dengan penambahan NaOH dan proses bleaching dengan penambahan H2O2. Didapat yield optimum untuk selulosa tandan kosong kelapa sawit adalah 36,45 , dengan waktu delignifikasi 1,5 jam dan waktu bleaching 30 menit. Sedangkan yield optimum selulosa daun nangka adalah 13,72 , dengan waktu delignifikasi 1 jam dan waktu bleaching 30 menit. Selulosa asetat didapat melalui proses aktivasi selulosa dengan asam asetat glasial, asetilasi dengan asetat anhidrat, dan hidrolisis dengan air. Yield selulosa asetat yang didapat adalah sebesar 81,75 untuk tandan kelapa sawit dan 63,89 untuk daun nangka.
The development of microbeads is rapidly growing in Indonesia, but microbeads are made of plastic so it cannot be degraded and pollute the environment. Therefore, the raw material is replaced with degradable material, which is cellulose acetate from palm oil bunches and dried jackfruit leaves. The objective of this study was to obtain cellulose and cellulose acetate from empty fruit bunches of palm oil and dried leaves of jackfruit with optimum yield. Cellulose acetate is a natural polymer, that is widely used in various industries, especially fiber and plastics. Cellulose acetate is created by an esterification reaction of cellulose and acetic anhydride. The raw materials used in this research are empty fruit bunches of palm oil and dried jackfruit leaves, because utilization of waste, available in large quantities, and contain high cellulose. Cellulose and cellulose acetate with optimum yield were obtained by varying delignification time, bleaching time, and acetylation time. Cellulose isolation was performed through a delignification process by adding NaOH and bleaching process by adding H2O2. The optimum yield for the empty palm oil bunches cellulose was 36.45, with the delignification time of 1.5 hours and the bleaching time of 30 minutes. The optimum yield of jackfruit leaves cellulose was 13.72, with 1 hour delignification time and 30 minutes bleaching time. Cellulose acetate is obtained by cellulose activation process by adding acetic acid glacial, acetylation process with anhydrous acetate, and hydrolysis with water. The yield of cellulose acetate obtained was 81.75 for palm oil bunches and 63.89 for jackfruit leaves.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnia Putri Pratama
Abstrak :
Delignified rice husk waste has been converted to levulinic acid. There are using three types of manganese compounds as catalyst, hierarchical MnOx ZSM 5 zeolite, MnOx in this case Mn3O4, and Mn II ion. Hierarchical ZSM 5 zeolite was prepared through double template metode, then modified with Mn3O4 using impregnation metode follow by calcination at 550oC. In addition, the preparation of MnOx as Mn3O4 was carried out. Prior used, rice husk was being dewaxed and delignified to enrich its cellulose content. The reaction was carried out in 200 ml three neck round bottom flask at time variation 100oC and 130oC with rice husk and mitue solution of 40 v v phosphoric acid and 30 hydrogen peroxide v v. The result of 100 mg of the hierarchical MnOx ZSM 5 is expected to provide a higher percentage of yield levulinate acid compared with Mn3O4 and Mn2 catalysts or without catalyst. Thus, it is known that optimum condition obtained the converted reaction of rice husk to the levulinic acid production. The largest levulinate acid yield was 39.75 at 130oC with 8 hours reaction time using hierarchical MnOx ZSM 5 catalyst, followed by the second largest levulinate acid yield of 27.60 at 100 C the same reaction time and catalyst. To conclud, comparison with other Mn catalysts showed ZSM 5 zeolite as the hierarchical MnOx ZSM 5 active species for the catalysis reaction of rice husk conversion to levulinic acid. In addition, temperature factors also affect the outcome of the conversion reaction.
Limbah sekam padi yang terdelignifikasi telah dilakukan reaksi konversi menjadi asam levulinat. Dalam penelitian ini menggunakan tiga tipe senyawaan mangan sebagai katalis yaitu zeolite MnOx/ZSM-5 berpori hirarki, Mn3O4 sebagai MnOx, dan ion Mn II . Zeolite ZSM-5 berpori hirarki berhasil disintesis dan karakterisasi terlebih dahulu dengan metode double template, kemudian preparasi MnOx/ZSM-5 berpori hirarki dengan metode impregnasi yang diikuti dengan kalsinasi pada suhu 550oC. Selain itu, dilakukan juga preparasi Mn3O4 sebagai katalis MnOx. Sekam padi sebelumnya di-pretreatment dengan perlakuan dewax dan delignifikasi untuk mempertinggi kandungan selulosa. Reaksi konversi dilakukan pada labu leher tiga 200 ml dengan variasi waktu reaksi dan suhu 100oC juga 130oC, sekam padi dan campuran larutan asam fosfat 40 v/v juga hidrogen peroksida 30 v/v diraksikan. Hasil dari penambahan 100 mg MnOx/ZSM-5 berpori hirarki memberikan persentase yield asam levulinat yang lebih tinggi dibanding dengan katalis Mn3O4 dan Mn2 maupun tanpa katalis. Dari hasil konversi tersebut, didapatkan hasil yield asam levulinat terbesar yaitu 39,75 pada kondisi 130oC dengan waktu reaksi 8 jam menggunakan katalis MnOx/ZSM-5 berpori hirarki, diikuti dengan yield asam levulinat terbesar kedua yaitu 27,60 pada suhu 100oC dan dengan waktu reaksi dan katalis yang sama. Kesimpulan dari perbandingan katalis senyawaan Mn menunjukkan zeolit ZSM-5 sebagai spesi aktif pada katalis MnOx/ZSM-5 berpori hirarki untuk reaksi katalisis konversi sekam padi menjadi asam levulinat. Selain itu faktor suhu juga memberi pengaruh pada hasil reaksi konversi.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnama Laurentina
Abstrak :
Bagas dan jerami merupakan limbah pertanian yang mengandung lignoselulosa sehingga dapat dimanfaatkan untuk produksi bioetanol. Pada penelitian ini, untuk menghidrolisis selulosa pada bagas dan jerami, digunakan jamur Trichoderma viride yang dapat menghasilkan enzim selulase. Namun, adanya kandungan lignin dalam sampel bagas dan jerami akan menghalangi aktivitas enzim selulase untuk mendegradasi selulosa menjadi senyawa gula yang lebih sederhana yaitu glukosa. Untuk menurunkan kandungan lignin, sampel terlebih dahulu didelignifikasi dengan NaOH 3 %. Konsentrasi senyawa gula pereduksi ditentukan dengan metode Somogyi Nelson. Konsentrasi gula pereduksi paling tinggi adalah 0,230 mg/mL yang dihasilkan dari hidrolisis sampel bagas pada konsentrasi 7,5 %, waktu inkubasi 48 jam dengan urea 0,3 % sebagai sumber nitrogennya. Hasil fermentasi hidrolisat bagas oleh Saccharomyces cerevisiae yang terimobilisasi dalam Ca alginat, menghasilkan kadar etanol yang lebih tinggi dibandingkan dengan fermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae tanpa imobilisasi. Kondisi optimum proses fermentasi diperoleh pada waktu inkubasi 48 jam dan konsentrasi alginat 4 % yang menghasilkan kadar etanol sebesar 2,705%. Kadar etanol ditentukan dengan Gas Chromatography (GC).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30539
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Ningsih
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk membuat xilitol dari limbah batang/malai sorgum manis CTY-33. Xilitol dibuat melalui proses fermentasi xilosa menggunakan Candida fukuyamaensis UICC Y-247 penghasil enzim xilosa reduktase yang mereduksi xilosa menjadi xilitol. Xilosa didapat dari hidrolisis hemiselulosa dalam limbah batang/malai sorgum manis CTY-33 yang telah dilakukan delignifikasi. Hasil xilosa tertinggi dengan 30 ml larutan H2SO4 0,3M dicapai pada waktu hidrolisis 35 menit yaitu 22,71% dalam hidrolisat malai sorgum manis CTY-33, dan 15,30% dalam hidrolisat batang sorgum manis CTY-33. Yield xilitol tertinggi dicapai pada fermentasi jam ke-12 yaitu 191,07 ppm dari malai, dan yield xilitol dari batang 31,48 ppm. Penambahan kosubstrat glukosa menaikkan kadar xilitol, hasil tertinggi dicapai pada jam ke-12. Penambahan kosubstrat glukosa 300 ppm pada malai menghasilkan xilitol sebesar 291,17 ppm (konversi xilosa menjadi xilitol 38,86 %). dan penambahan kosubstrat glukosa 150 ppm pada batang sebesar 173,44 ppm (konversi xilosa mnjadi xilitol 26,20. ......Producing xylitol from the straw / panicle of sweet sorghum CTY -33 wastes was done. The xylitol produced through the fermentation process of xylose using Candida fukuyamaensis UICC Y-247 which reduced xylose to xylitol using xylose reductase enzyme. The hemicellulose in the straw/panicle sweet sorghum CTY-33 wastes was hydrolized by 30 mL sulfuric acid 0,3 M after delignification. The highest xylose in the hydrolyzate of panicle during 35 minutes was 22.71 % and from straw was15.30 %. The highest xylitol yield reached in 12-hours fermentation, panicle xylitol yield was 191.07 ppm and straw xylitol yield was 31.48 ppm. When glucose added as co-substrat, the xylitol yield increased. The panicle xylitol yield became 291.170 ppm (the xylose conversion to xylitol was 38,86 %) when it added glucose 300 ppm, and the straw xylitol yield became 173.44 ppm (the xylose conversion to xylitol was 26,20 %) when it added glucose 150 ppm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29023
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fahrul Rizal
Abstrak :
Natrium Carboxymethylcellulose (Na-CMC) merupakan bahan baku yang berfungsi sebagai pengental pada sediaan topikal, oral, dan parenteral serta pengikat dan penghancur pada sediaan padat oral. Kebutuhan Na-CMC dalam negeri Indonesia yang tinggi tidak diiringi oleh produksinya yang tinggi sehingga Indonesia perlu memanfaatkan bahan alam mengandung lignoselulosa sebagai solusi alternatif dalam pembuatan Na-CMC, seperti serat TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) dengan kandungan selulosa sekitar 30 – 40 %. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh Na-CMC dari alfa-selulosa serat tandan kosong kelapa sawit dengan pelarut Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) dan membandingkan karakteristiknya dengan Na-CMC di pasaran. Serbuk serat tandan kosong kelapa sawit dilakukan delignifikasi dengan NADES kolin klorida-gliserol 1 : 2, dilanjutkan oleh delignifikasi dengan acid-chlorite dan hidrogen peroksida menghasilkan alfa-selulosa. Kemudian, alfa-selulosa disintesis menjadi Na-CMC melalui proses alkalisasi dan karboksimetilasi. Terakhir, karakteristik Na-CMC dibandingkan dengan standar Na-CMC. Hasil penelitian yang diperoleh adalah alfa-selulosa berwarna putih kekuningan dengan yield 95,52 % serta Na-CMC berupa serat halus berwarna putih dan tidak berbau, spektrum IR dengan ciri khas 3650-3200 cm1, 3000-2850 cm1, 1465 cm1, 1000-1260 cm1, dan 1200-980 cm1, pH 7,63, viskositas 20,7 cP, susut pengeringan 9,7 %, derajat subtitusi 0,61, XRD menghasilkan fase kristal yang dominan, dan SEM menghasilkan serabut panjang tipis. Sampel Na-CMC dibandingkan dengan standar Na-CMC memiliki kemiripan pada organoleptis, spektrum IR, susut pengeringan, dan XRD serta memiliki perbedaan pada pH, viskositas, derajat subtitusi, dan SEM. ......Sodium Carboxymethylcellulose (Na-CMC) is a raw material that functions as a thickener in topical, oral, and parenteral preparations, and a binder and disintegrant in oral solid dosage forms. Indonesia's high domestic need for Na-CMC is not accompanied by high production, so Indonesia needs to use natural materials containing lignocellulose as an alternative solution in the manufacture of Na-CMC, such as Oil Palm Empty Fruit Bunches (OPEFB) with a cellulose content of about 30-40 %. This study aims to obtain Na-CMC from alpha-cellulose fiber from oil palm empty fruit bunches by Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) and compare its characteristics with Na-CMC on the market. Oil palm empty fruit bunch fiber powder was delignified with NADES choline chloride-glycerol 1: 2, followed by delignification with acid-chlorite and hydrogen peroxide to produce alpha-cellulose. Then, alpha-cellulose was synthesized to Na-CMC by alkalization and carboxymethylation. Finally, characteristics of Na-CMC were compared with Na-CMC standard. The results obtained were yellowish white alpha-cellulose with a yield of 95.52% and Na-CMC in the form of white and odorless fine fibers, IR spectrum with characteristics 3650-3200 cm1, 3000-2850 cm1, 1465 cm1, 1000 – 1260 cm1, and 1200-980 cm1, pH 7.63, viscosity 20.7 cP, drying shrinkage 9.7%, degree of substitution 0.61, XRD produces the crystalline phase, and SEM produces long thin fibers. The Na-CMC samples compared with standard Na-CMC had similarities in organoleptic, IR spectrum, drying shrinkage, and XRD and had differences in pH, viscosity, degree of substitution, and SEM.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library