Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
"Semenjak kemerdekaan, negara Indonesia telah berada di bawah pengaruh gagasan modernisme hukum dan sistem hukumnya pun selalu disusun sesuai dengan gagasan tersebut. Tulisan ini mencoba menjawab permasalahan berkenaan dengan masih perlukah dekonstruksi hukum di Indonesia terhadap pandangan feminisme dan bagaimana perilaku hukum dalam masyarakat Indonesia berkaitan dengan dekonstruksi tersebut. Dalam menemukan tingkat kesempurnaan yang baik dari hukum di Indonesia, berbagai pandangan / pemikiran terus berkembang melakukan rekonstruksi ataupun dekonstruksi hukum antara lain yang dilakukan oleh kelompok studi perempuan yang memegang paham feminisme untuk menuntut adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, pengakuan kodrat, menentang patriarkhi dan keberpihakkan akan hukum bagi kelompok miskin dan termarjinal. Namun hasil rekonstruksi yang telah dilakukan oleh kelompok feminis tersebut tidak dapat berhenti sampai disitu karena pemikiran tersebut masih menimbulkan berbagai persoalan dan perlu untuk dilakukan dekonstruksi. Dalam melakukan dekonstruksi harus diperhatikan pola interprestasi yang disesuaikan dengan perilaku hukum dan faktor-faktor yang mempengaruhinya."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
348 JHUSR 9 (1) 2011
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Suhendra
"Riset ini merupakan penelitian atas paradoks dalam relasi keadilan dengan hukum dalam karya Jacques Derrida, Force of Law dan menggunakan pendekatan dialetheia dari Graham Priest untuk menjawab permasalahan yang muncul dari diterapkannya dekonstruksi atas hukum. Paradoks ini muncul karena hukum memiliki dimensi kekerasan dari sisi pendirian hingga sisi pemeliharaannya. Pendekatan ini mungkin karena pendekatan dialetheik menyediakan jalan untuk mengatasi paradoks dengan berpegang pada prinsip “sebagian kontradiksi itu benar. Dalam Force of Law, Derrida menyatakan bahwa keadilan itu sendiri mempersyaratkan realisasinya dalam hubungannya dengan yang lain. Oleh karena relasi serupa ini, bagi Derrida, keadilan adalah sesuatu yang akan datang (“justice to come”) karena ia tidak mungkin hadir atau mustahil dicapai dalam hukum ketika tidak dapat mengakomodasi yang lain. Penelitian ini menemukan bahwa, ketegangan konseptual dalam relasi keadilan adalah dialetheik (“sebagian kontradiksi itu benar”). Penemuan ini telah membuka pandangan yang segar tentang nosi keadilan, bahwa keadilan bukan lagi semata-mata kesesuaian antara gagasan atau ide dengan kenyataan yang direpresentasikan, yakni keadilan sebagai hukum ataupun keadilan juga bukan semata-mata permainan différance karena tegangan yang terus menerus terjadi dalam hukum untuk menggapai keadilan. Alhasil, dialetheik mampu menjadi jembatan untuk mengambilalih kebenaran yang ada dalam paradoks penyelesaian hukum dari kasus tragedi 1965 sesudah menerapkan dekonstruksi.
This research inquiries into the paradox of justice and law in Derrida’s Force of Law and integrates dialetheia by Graham Priest into the central issue of the paradoxes of deconstruction of law since law inherits a violent feature in its very nature, operation, and maintenance. Such a pathway is possible because the dialetheic approach can open up a pathway to resolve the paradox of the principle that ‘some contradictions are true’. In Force of Law, Derrida says ‘justice-to-come’ because it can't be now and here or achieved by law when the law is never to be able to accommodate the others. Justice needs to require its relations to others as an irreplaceable singularity. This study unveils that the conceptual tension (between justice and law) is indeed dialetheic. The finding opens the door for a novel insight in conceiving justice, that justice is no longer merely adequacy of and between ideas or concepts and reality or justice of law nor is it simply like the game of différance played in law to achieve justice. As a result, dialetheic approach opens a pathway to take over the truths that existed in the paradoxical settlement of 1965 after the deconstruction of the case."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
Farid Hanggawan
"Skripsi ini merupakan refleksi atas teks ?Force de Loi: Le Fondement Mystique de l?Autorite? karya Jacques Derrida. Force de Loi seakan hendak menyibak wajah antagonis dari hukum modern, yang tak lain merupakan buah cinta modernisme. Keadilan, bagi hukum modern, menjadi sesuatu terberi. Wewenang (autorité) dalam hukum lantas menjadi kreator dan pemelihara kekerasan dalam pengemasan keadilan sebagai hukum itu. Hukum menjadi beku, dingin, dan penuh kekerasan. Maka, dengan merangkul dekonstruksi Derridean, skripsi ini bertujuan untuk melontarkan pandangan alternatif untuk memecah kebekuan itu. Dioperasikan dalam ranah sosio-legal, skripsi ini menggunakan metode content analysis, yang menggelar hamparan hukum yang senantiasa dapat didekonstruksi. Dekonstruksi merayakan keberagaman, menyangkal makna tunggal dalam hukum.
This thesis is a reflective writing on Jacques Derrida?s ?Force de Loi: Le Fondement Mystique de l?Autorite?. Force de Loi intended to unveil the antagonistic face of modern law ? which born in modernism milieu. Justice, for modern law, is a gifted telos. Then, authority of law becomes the creator and caretaker of violence in wrapping ?justice as law?. Finally, law becomes cold and full of violence. So, using derridean deconstruction, this thesis has a goal to provide an alternative paradigm to break such colderness. Operated in socio-legal field, this thesis using ?content analysis? as method. Deconstruction celebrates plurality, and deny monolithic nuance in law."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S540
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library