Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harry Zulfikar
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Ali Rimbasa
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry
"Produksi etilen sebagian besar (97%) melalui proses perengkahan (cracking) thermal naphta. Namun demikian, naphta adalah bahan baku tak terbarukan, sehingga diperlukan altematif bahan baku dan proses yang lain untuk produksi etilen. Reaksi dehidrasi etanol menjadi etilen merupakan reaksi yang diharapkan menjadi sumber alternatif produksi etilen.
Perancangan reaktor bench scale atau pilot untuk dehidrasi etanol, perlu dilakukan untuk memenuhi tujuan di atas. Upaya pengembangan reaktor tersebut tidak mudah dan memerlukan banyak biaya. Oleh karena itu sebelum kegiatan perancangan dilakukan, perlu dibuat model persarnaan reaktor dan dilakukan simulasi untuk mengetahui pengaruh kondisi operasi terhadap unjuk kerja reaksi.
Pada makalah ini dilakukan simulasi reaksi dehidrasi etanol dalam reactor fixed bed, sebagai reaktor katalitik heterogen. Model kinetika reaksi yang digunakan pada simulasi ini, berdasarkan kinetika reaksi yang dilaporkan oleh Akaratiwa. Aliran gas dalam reaktor hanya pada arah aksial (plug flow). Simulasi pada skala pelet dilakukan untuk mendapatkan faktor efektifitas yang digunakan sebagai fuktor koreksi korelasi kinetika pada simulasi skala reaktor. Pada skala reaktor diperoleh tiga persamaan diferensial dari nerasa massa, dan satu persamaan diferensial dari neraca momentum. Seluruh persamaan diferensial itu dipecahkan dengan metode Runge Kutta-Gill.
Hasil simulasi menunjukkan, pada kondisi operasi P=1 atm dan T=673 K dihasilkan produk etilen maksimum dengan selektifitas 96,4%, yield 92,4%, dan konversi etanol 95,8%. Produk eter maksimum dihasilkan dengan dengan selektifitas 14,7%, yield 14,39% dan konversi etanol 97,68% pada P=9 atm, dan T=673 K.
Dengan demikian reaktor isotermal untuk reaksi dehidrasi etanol dapat menghasilkan produk etilen optimum pada kondisi operasi P=1 atm dan T=673 K, dengan dimensi reaktor : L = 3 m, D reaktor = 10 cm dengan diameter pelet katalis 0,5 cm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49234
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Udeng Daman P.
"Penyakit diare di DKI Jakarta khususnya wilayah Kodya Jakarta Barat masih merupakan masalah utama kesehatan, proporsi penderita diare dirawat di RS cenderung meningkat, lebih dari 50% penderita adalah balita, paling tidak mereka yang dirawat adalah penderita diare dengan dehidrasi. Perawatan penderita diare di Rumah Sakit akan meningkatkan beban biaya perawatan keluarga.
Studi ini bermaksud mengetahui hubungan antara penatalaksanaan kasus balita diare dirumah dengan kejadian diare dan dehidrasi berat dan mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi hubungan tersebut.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kasus-kontrol dengan variabel terikat adalah keadaan balita (umur 7 hari - 60 bulan) yang dehidrasi berat, dan variabel babas adalah faktor penatalaksanaan kasus balita diare dirumah dan variabel kontrol adalah karakteristik keluarga dan keadaan balita diare. Kasus adalah Balita (umur 7 had-60 bulan) yang berobat ke Rumah Sakit dan di diagnosa diare dengan dehidrasi berat dan kontrol adalah balita diare yang berobat ke Puskesmas di wilayah Jakarta Barat yang sewilayah kecamatan dengan kasus dan di padankan menurut kelompok umur kasus dan di diagnosa sebagai diare tidak dehidrasi berat. Pengambilan data dengan kuesioner dengan resonden adalah ibu penderita. Total sampel terkumpul 189 balita (65 kasus dan124 kontrol).
Hasil analisis stratifikasi menegunakan analisis regressi logistik multivariat mengontrol faktor lain yang di perkirakan berpengaruh menunjukan bahwa balita diare yang mendapat jenis cairan rehidrasi oral tidak lengkap (sederhana) kemungkinan mendapat dehidrasi berat adalah 4,33 kali (95% CI 0,78-23,97) dibandingkan balita diare yang mendapat jenis CRO lebih lengkap, balita diare yang diberi CRO dalam waktu terlambat mempunyai kemungkinan dehidrasi berat 7,89 kali (95% CI 2,01-31,00) dibandingkan dengan balita diare mendapat CRO lebih awal, balita diare yang diberi makan waktu diare dengan jumlah kurang mempunyai kemungkinan mendapat dehidrasi berat 5,24 (95% CI 1,55 - 17,67) dibandingkan dengan balita diare yang mendapat makanan dalam jumlah yang sama dengan waktu sehat.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa jenis CRO tidak lengkap/sederhana, peberian CRO yang terlambat, pemberian makanan dalam jumlah yang kurang akan meningkatkan risiko untuk terjadinya dehidrasi berat pada balita yang menderita diare.

Diarrhea remains the most prominent health problem in Special Area of Jakarta (DKI Jakarta) especially in West Jakarta Municipality. The proportion of hospitalized cases tend to increase, more than 50 % of there were children under 5 year old, many of them were hospitalized due to dehydration. Cost for their medical care in caned the burden of their family.
This study is intended to investigate the relation of the diarrhea cases. Under 5 year old managed at home with the severity of dehydration, and to study factors which influenced the existing relation.
Design at this study is case - control with the characteristics of children under 5 year old (age range from 7 days to 60 months) with severe dehydration as the dependent variable. Case management at home was the independent variable, while the characteristics of the family and the condition of diarrhea were designated as control variable. Case were children under 5 year old (age range from 7 days to 60 months) who were diagnosed at their admission as diarrhea with severe dehydration, and controls were are children under 5 year old who visited the health center (Puskesmas) with diarrhea without dehydration in West Jakarta Municipality who live in the same sub-district (kecamatan) with the cases, and matched to the age. Data and information were gathered with a standard questioner and collected for 189 children under 5 year old, consisting of 65 cases and 124 controls.
Analysis included control for another factors which may influenced. By employing stratified analysis and multivariate logistic regressions. For cases who get simple oral dehydration fluid, the risk to have severe dehydration was 4.3 times than there who get complete oral dehydration fluid therapy (CRT), with 95 % CI: 0.78 - 23.97. Cases who got ORT late in the process of disease had higher risk (7.9 times) than there who were given ORT immediately, (95% CI : ,2.01 - 31.00), Cases who were continuously but insufficiently fed during diarrhea tended to have the risk as high as 5.24 (95 % CI : 1.56 -17.67), than those who had sufficient food.
The study concluded that diarrhea children under 5 years old who were given simple or incomplete ORT, or delayed or insufficiently fed tends to have higher risk to become severe dehydration.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-1505
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manusita, Vembricha Nindya
"The Indonesia Regional Hydration Study THIRST tahun 2009 melaporkan tingginya prevalensi dehidrasi pada remaja di Indonesia yang mencapai 49 5 Studi tersebut juga menunjukkan rendahnya tingkat pengetahuan remaja mengenai asupan cairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan asupan cairan pada remaja usia 13 18 tahun. Dengan menggunakan desain penelitian cross sectional pengambilan data dilakukan di Yayasan Kasih Keluarga Pejaten Jakarta Selatan pada bulan Januari 2012. Subyek diberikan kuesioner berisi 10 pertanyaan dan lembar asupan cairan harian 2x24 jam untuk diisi selama hari Jumat dan Sabtu. Analisis statistik dilakukan melalui uji chi square pada SPSS versi 16 Dari 67 subyek 52 8 berjenis kelamin perempuan dan 62 7 merupakan pelajar SMK. Sebanyak 46 3 subyek memiliki tingkat pengetahuan cukup 25 4 memiliki tingkat pengetahuan baik dan 28 3 memiliki tingkat pengetahuan kurang. Nilai median jumlah asupan cairan harian subyek sebesar 2310 720 5 520 ml dan sebagian besar subyek 65 7 memiliki asupan cairan yang adekuat Sejumlah 82 4 subyek berpengetahuan baik dan 71 subyek berpengetahuan cukup memiliki jumlah asupan cairan yang adekuat. Pada kelompok tingkat pengetahuan rendah hanya 42 1 subyek yang memiliki asupan cairan yang adekuat Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan asupan cairan subyek p 0 028.

The Indonesia Regional Hydration Study THIRST in 2009 reported high prevalence 49 5 of dehydration among teenagers in Indonesia. The study also reported poor knowledge level about fluid intake among teenagers. The purpose of this research was to determine the relationship between fluid intake and knowledge level among teenagers 13 18 years old. By using cross sectional research design data collection was conducted in Yayasan Kasih Keluarga Pejaten Jakarta Selatan on January 2012. Subjects were given questionnaire consisted of 10 questions and daily fluid intake sheet 2x24 hours which had to be filled on Friday and Saturday. Statistical analysis was done using chi square test in SPSS version 16 Among 67 subjects 52 8 were female and 62 7 were vocational school students 46 3 subjects have moderate knowledge level 25 4 have good knowledge level and 28 3 have poor knowledge level. The median value of the daily fluid intake is 2310 720 5 520 ml and most of the subjects 65 7 have adequate fluid intake 82 4 subjects with good knowledge and 71 subjects with moderate knowledge have adequate fluid intake. Meanwhile from poor knowledge group only 42 1 subjects have adequate fluid intake There is significant association between fluid intake and knowledge level p 0 028."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Kemala Sari
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T58809
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zubaidah
"Tesis ini membahas efek modifikasi status hidrasi dengan memperhitungkan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada petugas ground handling di Bandara Soekarno Hatta. Yang sering terpajan panas dalam waktu lama, yang dapat menyebabkan dehidrasi dan kelelahan. Lestari (2016) dalam penelitiannya menyatakan iklim kerja yang panas dan melebihi NAB dapat meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi.  Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, 219 responden yang bekerja di dalam Gedung dan apron. Status hidrasi diukur menggunakan berat jenis urin, IMT diukur dengan berat badan dan tinggi badan, dan kelelahan diukur menggunakan kuisioner IFRC. Hasil penelitian 63,5% responden mengalami kelelahan berat dan 36,5% mengalami kelelahan ringan. 70,3% pekerja memiliki status hidrasi yang baik, sementara 29,7% mengalami dehidrasi. 58,9% responden obesitas dan sisanya 41,1% tidak obesitas. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara status hidrasi terhadap kelelahan kerja (p-value 0,340), ada hubungan signifikan antara IMT dengan kelelahan (p-value 0,014). Ada interaksi antara status hidrasi dengan IMT. Analisis multivariat menyatakan ada hubungan signifikan antara efek modifikasi status hidrasi dengan memperhitungakan IMT terhadap kelelahan (p-value 0,022 dan cOR 1,184). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh status hidrasi terhadap tingkat kelelahan kerja bergantung atau bervariasi menurut status IMT, sehingga diketahu nilai OR pada IMT obesitas (kode 1) adalah 1,46. Artinya responden yang obesitas dengan status dehidrasi berisiko 1,46 kali lebih tinggi pada responden yang mengalami kelelahan berat dibandingkan dengan status euhidrasi setelah dikontrol oleh faktor risiko terkait pekerjaan dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan.

This thesis discusses the effect of hydration status modification considering Body Mass Index (BMI) on ground handling workers at Soekarno Hatta airport. Those worker are often exposed to prolonged heat, which can cause dehydration and fatigue. Lestari (2016) stated that a hot working climate exceeding TLV can increase the risk of dehydratin. This cross-sectional study involved 219 respondents working inside buildings and the apron. Hydration status was measured using urin specific gravity; BMI was measured with weight and height; and fatigue was measured using the IFRC questionnaire. The result showed that 63,5% of respondents experienced severe fatigue and 36,5% experienced mild fatigue; 70,3% of workers had good hydration status, while 29,7% were dehydrated; 58,9% of respondents were obese and the remaining 41,1% were not obese. Statistical analysis results showed no significant relationship between hydration status and work fatigue (p-value 0,340), but there was a significant relationship between BMI and fatigue (p-value 0,014). There was an interaction between hydration status and BMI. There was also a significant relationship between the effect of hydration status modification considering BMI on fatigue (p-value 0,022 amd cOR 1,184). This shows that the impact of hydration status on the level of work fatigue varies depending on BMI status. The OR value for obese BMI (code 1)was 1,46; meaning that obese respondents with dehydration were 1,46 times more likely to experience severe fatigur compared to respondents with good hydration status, after controlling for work-related and non-work-related risk factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabarinah Prasetyo
"ABSTRAK
Penduduk berusia lanjut (usila) di Indonesia diproyeksikan bertambah jumlahnya di masa mendatang, karena meningkatnya umur harapan hidup. Masalah yang sering dijumpai pada populasi usila tersebut adalah dehidrasi, yaitu tubuh kekurangan cairan dan elektrolit tertentu. Namun keadaan dehidrasi khusus pada usila ini sulit dideteksi, karena tanda dan gejala klinis sering tidak jelas, sehingga dapat berakibal fatal sampai dengan kematian. Dengan beranjak pada prinsip add lifes to years, yang berharap turunnya angka morbiditas pada penduduk usila, termasuk keadaan dehidrasi dan akibatnya, maka dirasakan perlu membuat model matematis yang praktis yang dapat digunakan untuk mendeteksi dini dehidrasi pada pasien usia lanjut berdasarkan variabel pemeriksaan klinis.
Model menggunakan acuan baku (gold standard) pemeriksaan laboratorium tertentu, dengan prediktor adalah tanda dan gejala klinis yang relatif lebih mudah dan murah. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit C:ipto Mangunkusumo Jakarta, dengan pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh Sub-bagian Geriatri Bagian Penyakit Dalam, serta laboratorium Prodia dan Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta. Dengan berbagai kendala, akhirnya sebagian pasien yang memenuhi kriteria lelah dikumpulkan datanya, dan dianalisis. Pcrsamaan regresi linier menunjukkan bahwa beberapa tanda dan gejala klinis patut diperhitungkan dalam mendeteksi dehidrasi pada usia lanjut.

ABSTRACT
The number of elderly people in Indonesia is projected to be bigger since life expectancy increases. The most frequent problem faced among them is dehydration, which is a condition that the body is sulicred from the lack of water and certain clectrolite. This condition is difficult to be detected because the unobvious clinical sign and symptoms, so it could entail in fatal stage or death'. Based on the principal terms "add lire to years", we do hope that the morbidity in elderly people and its outcome are able to be lowered. Therefore a kind of tool used to detect dehydration as early as possible is needed, especially in clinics in remote areas. This tool is expected to be easy and cheap to be applied, since it is based on the anamneses and physical examination.
The development of mathematical model is relied on the gold standard on laboratory examination, which is predicted by clinical sign and symptom. The study was conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta (RSCM). The laboratory exam was done by Sub Department of Geriatry, Internal Department, RSCM, and helped also come from Prodia and Harapan Kita Hospital Jakarta. Constraint during data collection were happened, but part of the patient's data finally were able to be gathered and analyzed. Linear regression analysis revealed that some clinical sign and symptom should be considered in diagnosing dehydration among elderly people.
"
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Desharty Eka Putri
"ABSTRAK
Dehidrasi alkohol melalui katalis pasangan asam basa kuat sudah banyak dilakukan. Salah satunya adalah dengan penggunaan katalis alumina, 7-AI2O3. y-AbOa sering dipilih sebagai katalis karena mempunyal sifat-slfat seperti titik leleh yang tlnggl, konduktlvltas llstrik yang rendah dan tahan terhadap suhu yang tlnggl. Pada penelltlan Inl, digunakan dua katalis yaitu y-AbOs dan y-AbOa-TlOa- Penelltlan Inl bertujuan melakukan reaksl dehidrasi alkohol dengan katalis y-AbOs dan y-AbOs-TiPa menggunakan kromatografl gas on-line. Pembuatan katalis y-AbOs dislntesis darl gel boehmlte yang dihasllkan darl penambahan Ab(S04)3 dengan larutan NH4OH. Untuk katalis y-Ab03-TI02, mencampurkan larutan Ab(S04)3 dengan 3 gram TIO2 sampal terbentuk sol lalu ditambahkan larutan NH4OH. Produk reaksl dehidrasi alkohol dianallsa menggunakan kromatografl gas on-line. Kromatografl gas on-line merupakan modiflkasi darl kromatografl gas yang dipasang seperangkat reaktor. Kedua katalis tersebut dianallsa dengan difraksl sInar-X, spektrofotometri FT-IR dan anallsa luas permukaan dengan metode BET. Reaksl dehidrasi alkohol dilakukan pada varlasi suhu 200°,225°, 250°, 275°, 300°, 325°, 350°, 375° dan 400°C. Produk darl konversi metanol menggunakan kedua katalis berupa dimetll eter, sedangkan produk darl konversi etanol berupa dietll eter dan etilen. Pada ujl katalrtik kedua katalis menggunakan metanol didapatkan hasll konversi berupa dimetll eter sebesar 100 % untuk katalis Y-AI2O3 dan katalis y-Al203-Ti02. Pada uji katalitik kedua katalis menggunakan etanol didapatkan has!! konversi berupa dietil eter sebesar 35,24 % dan etilen sebesar 19,27 % untuk katalis Y-AI2O3 sedangkan pada katalis Y-Al203-Ti02 didapatkan basil konversi berupa dietil eter sebesar 42,84 % dan etilen sebesar 11,12 %."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Pratiwi Rahayu
"Pabrik pengolahan gas X merupakan pabrik pengolahan gas bumi menjadi gas kering yang siap dijual (sales gas) dengan kadar air maksimal 9 lb/MMscf dari proses dehidrasi menggunakan Triethylene Glycol (TEG). Proses regenerasi rich TEG pada pabrik ini hanya mampu menghasilkan lean TEG dengan kemurnian 91,7%. Sehingga pabrik pengolahan gas X hanya mampu mengolah umpan gas sebesar 175 MMscfd. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan kemurnian TEG dengan bantuan stripping gas agar kapasitas pabrik dapat ditingkatkan sehingga memberikan nilai keekonomian yang lebih tinggi. Pada laju alir TEG yang tetap, laju alir stripping gas (N2) yang digunakan berada pada kisaran 0 - 2 m3/h. Kapasitas yang memberikan keuntungan per satuan produk yang lebih tinggi dari pada desain awal pabrik adalah 225 MMscfd sebesar 3,9654 USD/MMBtu dengan penggunaan stripping gas sebanyak 0,006 m3/h, sedangkan yang memberikan NPV tertinggi adalah pada kapasitas 585 MMscfd yaitu sebesar 723.800.123 USD.

X gas processing plant is natural gas processing plant that produces dry gas that is ready to be sold (sales gas) with a maximum water content of 9 lb/ MMscf which is obtained from dehydration process using Triethylene Glycol (TEG). The initial design of the rich TEG regeneration process only able to produce lean TEG with a purity of 91,7%. Therefore, this processing plant only able to process the feed gas by 175 MMscfd. Thus, a study can be conducted to determine the effect of stripping gas (N2) on TEG purity so that the plant?s capacity can be increased which also increase the plant?s profits. The results show that when the TEG flow rate is fixed, flow rate of the stripping gas (N2) which can be used in the regeneration process ranges from 0 to 2 m3/h. The only capacity of modification plant which provides more profits per capacity than that obtained from the initial design of the plant is 225 MMscfd worth 3,9654 USD/MMBtu. The amount of stripping gas required in this capacity is as much as 0,006 m3/h. Meanwhile, total profit obtained by comparing NPV shows that the capacity of 585 MMscfd give the highest NPV worth 723.800.123 USD.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>