Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kamrus Angkuna
"Perubahan pemanfaatan lahan di perkotaan yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya lahan-lahan yang digunakan untuk kegiatan perindustrian dan permukiman telah membawa dampak terhadap perubahan rona lingkungan yang mengarah pada degradasi iingkungan. Salah satu tujuan penataan ruang (UU No. 24 /1992 tentang Penataan Ruang) adalah mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Kota Sungai Raya merupakan ibukota Kecamaian Sungai Raya Kabupaten Pontianak, secara administratif terdiri dari 3 (tiga) desa, yaitu: Desa Sungai Raya, Desa Arang Limbung dan Desa Kuala Dua. Luas Kota Sungai Raya sekitar 7.011,7 Ha. Kota Sungai Raya perbatasan langsung dengan Kota Pontianak (ibukota Propinsi Kalimantan Barat). Sepanjang Kota Sungai Raya dibatasi oleh Sungai Kapuas. Kota Sungai Raya merupakan kota industri. Industri dan permukiman penduduk lebih banyak terdapat di sepanjang Sungai Kapuas ruas Kota Sungai Raya.

Land use change in the city, which shows more increasing for area that functions as industrial and housing uses that, already occupy and give impact on the environmental quality. This means environmental degradation ocurred. One of the purposes for spatial planning, is staled law number 24/1992 concerning spatial management in realizing the spatial functions and avoid the adverse effect to environment.
Sungai Raya City as the capital Sungai Raya District, Pontlanak Regency, administratively consists of three villages, namely: Sungai Raya Village, Arang Limbung village and Kuala Dua Village. The area Sungai Raya City is about 7011,7 hectares. Sungai Raya City ls directly neighbourhood or near by Pontianak City (the capital of West Kallmantan Province). Sungai Raya City along Kapuas river. Sungai Raya City ls an industrial city. Industries and housing areas are located along Kapuas river as a part of Sungai Raya City."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T10850
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mendra Roberto
"While Southeast Asia has enjoyed tremendous economic growth in recent decades, the region faces formidable challenges in addressing growing economic inequality and environmental degradation. This study examines the inequality-environment relationship in the context of Southeast Asia, particularly the ASEAN-5 during the 1990-2013 period using a very balanced panel estimation technique and fixed-effects. Using the Gini ratio to estimate economic inequality and carbon emissions to represent environmental degradation, we find an inverse U-curve relationship between income inequality and carbon emissions. We argue that this reversal occurs when wealth generates income from sectors that benefit from climate-enhancing policies. Through literature studies that use a political economy perspective, we also observe that income inequality and environmental degradation are related in various ways, either directly or indirectly through economic and socio-political factors, such as institutional quality. Our regression results confirm this because they show that increasing levels of democracy are expected to reduce carbon emissions.

Meskipun Asia Tenggara telah menikmati pertumbuhan ekonomi yang luar biasa dalam beberapa dekade terakhir, kawasan ini menghadapi tantangan yang berat dalam mengatasi ketidaksetaraan ekonomi dan degradasi lingkungan yang semakin meningkat. Studi ini mengkaji hubungan ketimpangan-lingkungan dalam konteks Asia Tenggara, khususnya ASEAN-5 selama periode 1990-2013 dengan menggunakan teknik estimasi panel yang sangat berimbang dan fixed-effect. Dengan menggunakan rasio Gini untuk memperkirakan ketidaksetaraan ekonomi dan emisi karbon untuk merepresentasikan degradasi lingkungan, kami menemukan hubungan kurva U terbalik antara ketimpangan pendapatan dan emisi karbon. Kami berpendapat bahwa pembalikan ini terjadi ketika kekayaan menghasilkan pendapatan dari sektor-sektor yang mendapat manfaat dari kebijakan peningkatan iklim. Melalui studi literatur yang menggunakan perspektif ekonomi politik, kami juga mengamati bahwa ketimpangan pendapatan dan degradasi lingkungan terkait dalam berbagai hal, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui faktor ekonomi dan sosial politik, seperti kualitas kelembagaan. Hasil regresi kami mengkonfirmasi hal ini karena menunjukkan bahwa peningkatan demokrasi diharapkan dapat mengurangi emisi karbon."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kebutuhan energi diperoleh dengan memanfaatkan sumber energi yang terdapat dialam, terutama dari bahan bakar fosil seperti batubara, minyak bumi, dan gas. Dalam lingkungan global, dunia mengalami krisis multidimensional: perubahan iklim (climate change)..."
DIPLU 1 (1-3) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Graha Kartika
"Tesis mengenai pembingkaian degradasi lingkungan dalam cerita bersambung “Pencarian Vesivatoa” di platform Paberland.com. Cerita bersambung ini terdiri dari 24 bagian. Berlatarbelakang beberapa macam kondisi lingkungan terdegradasi menyebabkan cerita menarik untuk diteliti. Kondisi lingkungan terdegradasi bisa jadi berada di luar bayangan anak-anak pra-remaja masa kini. Kondisi lingkungan terdegradasi yang terjadi saat ini, masih terjadi dalam skala kecil, bila dibandingkan yang terjadi dalam cerita. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami pembingkaian degradasi lingkungan bagi pra-remaja yang terdapat dalam cerita bersambung “Pencarian Vesivatoa” (2023) pada media digital platform Paberland.com. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis teks dan wawancara. Adapun metode analisis teks yang digunakan adalah metode pembingkaian dari Robert Entman. Melalui tujuh sampel bagian cerita, lima sampel menunjukkan lingkungan terdegradasi dengan sangat jelas. Kondisi tersebut adalah udara penuh debu, lautan tertutup sampah-sampah, hilangnya keanekaragaman hayati, tingginya harga air, krisis air, hujan asam, dan hamparan bijih plastik hitam. Sampel selanjutnya membingkai empati yang terbangun dengan banyaknya permasalahan lingkungan. Sampel terakhir membingkai semangat dalam melaksanakan penyelamatan lingkungan. Studi ini menyimpulkan bahwa pembingkaian degradasi lingkungan yang ada dalam cerita bersambung “Pencarian Vesivatoa” di platform Paberland.com untuk membentuk empati dan antusiasme menjaga lingkungan.

Thesis regarding the framing of environmental degradation in the serial story "Pencarian Vesivatoa" on the Paberland.com. This serial story consists of 24 parts. Various degraded environmental conditions make this series an interesting subject to study. Degraded environmental conditions may be beyond the imagination of today's pre-teen children. Environmental degradation depicted in the serial story far exceeds current real-world instances. The aim of this research is to examine the framing of environmental degradation in pre-adolescents contained framed in the serial story "Pencarian Vesivatoa" (2023) on the Paberland.com platform. This thesis employs a qualitative approach utilizing textual scrutiny and interviews. This research applies Robert Entman's framing technique. Through seven sample parts of the story, five samples show the degraded environment very clearly. These conditions include air full of dust, oceans covered with garbages, loss of biodiversity, high water prices, water crisis, acid rain and fields of black plastic ore. The next sample frames the empathy that is built with various environmental problem Last sample frames the enthusiasm for carrying out environmental preservation. This research concludes that the framing of environmental degradation in the serial story "Pencarian Vesivatoa" on the Paberland.com platform forms empathy and enthusiasm for protecting the environment."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Dewi Partini
"Penelitian ini menganalisis dampak dinamis dari pertumbuhan ekonomi, penggunaan energi terbarukan dan tingkat pendidikan terhadap jejak ekologis di Negara G20. Jejak ekologis digunakan sebagai ukuran yang lebih komperhensif yang dapat melihat tekanan terhadap lingkungan yang berasal dari aktifitas manusia. Dengan menggunakan metode analisis PMG-ARDL untuk melihat hubungan dinamis antar variabel dan memungkinkan untuk melihat hubungan kointegrasi atau hubungan jangka Panjang. Hasil estimasi menunjukkan bahwa dalam jangka panjang peningkatan pendapatan perkapita akan mengikuti hipotesis EKC. Akan tetapi, tingkat pendidikan dari peningkatan rata-rata lama sekolah dari negara G-20 tidak mengikuti hipotesis EKC dan belum dapat menurunkan jejak ekologis secara langsung.

This study analyses the dynamic impact of economic growth, renewable energy, and education on the G20's ecological footprint. The ecological footprint is used as a more comprehensive measure that can see the pressure on environment comes from human activities. By applying PMG-ARDL analysis, cointegration or long-term relationships can be seen. The estimation results show that in the long run an increase in per capita income will follow the EKC hypothesis. However, the educational attainment of the increase in the average length of schooling of the G-20 countries does not follow the EKC hypothesis and cannot directly reduce the ecological footprint"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hasroel Thayib
"ABSTRAK
Teknologi yang diterapkan di Indonesia dalam pembangunan, khususnya berkaitan upaya pertanian, seyogianya perlu ditinjau kembali, karena kurang memberikan hasil yang diharapkan. Penurunan kualitas, bahkan degradasi lingkungan sebagai dampaknya berlangsung semakin intensif dan ekstensif. Upaya penanggulangan seringkali memunculkan dampak lingkungan dan masalah baru. Yang diterapkan di waktu ini kebanyakan adalah teknologi mencontoh yang dikembangkan di bagian bumi bertipologi lingkungan berbeda dari Nusantara Indonesia yang teramat khas di muka bumi ini. Selayaknya mestilah didasarkan atas pertimbangan kesesuaian pada tipologi lingkungan/ekosistem Nusantara Indonesia. Kearifan masyarakat tradisional "primitif" berdasarkan pengalaman ratusan bahkan ribuan tahun patut dipertimbangkan oleh masyarakat "modern" guna dijadikan dasar pengembangan teknologi, tentunya dengan kemasan modern. Indonesia yang berupa nusantara dengan ribuan pulau besar kecil, terletak di daerah tropika katulistiwa, di antara dua benua dan di dua samudera serta di pusat kegiatan geologik aktif, vulkanik maupun tektonik, terhampar di empat daerah biogeografi, atau lebih detailnya 72 daerah bio-eko-geografi sebenarnya adalah daerah yang memiliki segalanya, baik sumberdaya alam maupun kondisi lingkungan guna menopang kehidupan yang keunggulan mutlak (absolute advantage), bukan sekedar keunggulan kompetitif atau relatif (competitive relative advantage). Tumbuhan semusim (annual) andalan untuk produksi pangan dan pakan yang memiliki tipe fotosintesis C-4, pada dasarnya kurang menguntungkan dibudidayakan secara monokultur di Nusantara katulistiwa yang bioma alaminya berupa hutan hujan katulistiwa karena melawan alam dan mengabaikan kaidah ekologik sebagaimana juga dianut kearifan masyarakat tradisional. Seharusnya dikembangkan teknologi budidaya tanaman dengan ekosistem hutan hujan katulistiwa guna menghasilkan pangan, pakan dan energi. Juga melalui riset yang komprehensif harus dikembangkan teknologi yang diseuaikan dengan selera dan perilaku masyarakat, karena perilaku makan, pola hidup dan kebiasaan tidak mudah untuk segera diubah. Teknologi harus menyesuaikan agar produk segera diterima masyarakat luas Indonesia yang beranekaragam."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 41 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library