Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anshari Akbar
"Pengembangan satelit saat ini mengarah pada pengembangan satelit kecil. Jumlah misi luar angkasa yang menggunakan satelit kecil dengan ukuran berbeda terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Saat ini LAPAN mengembangkan satelit mikro LAPAN-A4 dengan misi pengamatan bumi sumber daya alam, pemantauan maritim dan misi riset. Kapasitas data yang besar memerlukan sistem transmisi kecepatan tinggi untuk mengirimkan data hasil observasi ke stasiun bumi. Salah satu cara yg dapat dilakukan yaitu dengan peningkatan bandwidth. Dalam penelitian tesis ini antena didesain pada frekuensi 2220 MHz dengan metode DGS (defected ground structure). Metode ini mampu meningkatkan bandwidth antena dan memiliki efek miniaturisasi sehingga cocok untuk desain untuk aplikasi satelit. Antena dirancang dengan polarisasi melingkar untuk mengatasi loss polarisasi yang besar dalam mentransmisikan data payload satelit ke stasiun bumi.
Untuk meningkatkan bandwidth antena, digunakan metode DGS dengan pola dual slot yang berbentuk huruf X. Dimensi DGS seperti panjang slot (Ls), Lebar slot (Ws), dan jarak antar slot (d) DGS dioptimasi untuk mendapatkan bandwidth yang lebih lebar dengan melakukan simulasi pada software CST. Antena didesain pada dua jenis bahan yang berbeda yaitu bahan Roger 5880 dan Roger 4350 untuk mendapatkan efek miniaturisasi dan peningkatan beamwidth. Antena dipabrikasi menggunakan mesin CNC (computer numeric control).
Dari hasil pengukuran pada bahan Roger 4350 dengan permittifitas (r=3.4) diperoleh bandwidth antena sebesar 97 MHz atau sebesar 4.3% dengan rentang frekuensi antena diperoleh dari 2157 – 2254 MHz. Gain antena sebesar 3.63 dB pada frekuensi 2220 MHz dan beamwidth sebesar 90 derajat. Sementara hasil pengukuran menggunakan radom diperoleh bandwidth 107 MHz dari 2146 – 2253 MHz, dengan gain sebesar 3.28, dan beamwidth sebesar 80 derajat. Hasil pengukuran antena dengan bahan Roger 5880 dengan permitifitas (r=2.2) diperoleh bandwidth sebesar 92 MHz atau sebesar 4.1%. Rentang frekuensi dari 2171-2262 MHz. Gain antena diperoleh sebesar 5.85 dB pada frekuensi 2220 MHz dan beamwidth sebesar 85 derajat. Sedangkan pada antena menggunakan radom diperoleh bandwidth 105 MHz, dari 2160-2265 MHz, gain sebesar 4.94 dB dan beamwidth sebesar 75 derajat. Antena dengan bahan Roger 4350 memiliki efek miniaturisasi 35.3% terhadap bahan Roger 5880. Sedangkan dengan penggunaan DGS pada bahan Roger 4350 efek reduksi yang dihasilkan 4.8% dan bahan Roger 5880 efek reduksi sebesar 1.84%. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan metode DGS dengan pola dual slot berbentuk huruf X mampu meningkatkan bandwidth antena. Sedangkan efek miniaturisasi yang dihasilkan masih relatif kecil.

Currently satellite development has led to the development of small satellites. Number of space missions using small satellites of different sizes continues increase every year. Currently LAPAN is developing the LAPAN-A4 micro satellite with missions of earth observation of natural resources, maritime monitoring and research missions. Large data capacities require high speed transmission systems to transmit observational data to earth stations. One way that can be done is by increasing bandwidth. In this study, the antenna is designed at a frequency of 2220 MHz using the DGS method. This method is able to increase the antenna bandwidth and has a miniaturization effect making it suitable for the design of satellite applications. The antenna is designed with circular polarization to overcome polarization losses in transmitting satellite payload data to earth stations.
To increase the antenna bandwidth, the DGS (defected ground structure) method is used with X shape dual slot. DGS dimensions such as slot length (Ls), slot width (Ws), and distance between slots (d) DGS are optimized to obtain wider bandwidth by simulating in CST software. The antenna is designed on two different types of materials, namely Roger 5880 and Roger 4350 to obtain a miniaturization effect and an increase in beamwidth. The antenna is manufactured using a CNC (computer numeric control) machine.
From the antenna measurement results of Roger 4350 material with permittivity (r = 3.4) obtained 97 MHz bandwidth or 4.3% with frequency range from 2157 - 2254 MHz. The antenna gain is 3.63 dB at 2220 MHz frequency and 90 degrees beamwidth. The results of antenna measurements using radom obtained 107 MHz of bandwidth from 2146 to 2253 MHz, with 3.28 dB of gain, and 80 degrees of beamwidth. The result of antenna fabrication with Roger 5880 material and permitivity (r = 2.2) obtained bandwidth of 92 MHz or 4.1%. frequency range from 2171 to 2262 MHz. The antenna gain is 5.85 dB at2220 MHz frequency and 85 degrees of beamwidth. Meanwhile, when antenna using the radom, 105 MHz of bandwidth is obtained, from 2160 to 2265 MHz, gain 4.94 dB and beamwidth 75 degrees. The antenna with the Roger 4350 material has a miniaturization effect of 35.3% against the Roger 5880 material. Whereas with the use of DGS on the Roger 4350 material reduction effect obtained is 4.8% and the Roger 5880 material has 1.84% reduction effect. The results obtained indicate that the DGS method with a dual slot with X shape pattern is able to increase the antenna bandwidth. Meanwhile, the miniaturization effect obtained is relatively small.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Marlena
"Tulisan ini membahas mengenai rancang bangun Defected Ground Structure (DGS) berbentuk empat buah dumbbell pada antena mikrostrip 2 elemen tripleband WiMAX untuk menekan terjadinya gelombang permukaan sehingga diharapkan dapat memperbaiki karakteristik antena mikrostrip. Bentuk dari pola DGS yang dibangun dalam tulisan ini adalah empat buah dumb bell yang sederhana dan mudah untuk dibuat pada substrat mikrostrip yang ada.
Penelitian mengenai perancangan DGS ini dibuat pada antena mikrostrip 2 elemen yang beroperasi pada aplikasi WiMAX, yaitu pada frekuensi pada 2.3 Ghz, 3.3 Ghz dan 5.8 Ghz. Penerapan empat buah unit DGS berbentuk Dumbbell pada antena mikostrip 2 elemen tripleband WiMAX mengakibatkan adanya penekanan terhadap gelombang permukaan, hal ini terbukti dengan tercapainya penekanan nilai mutual coupling sampai dengan 14,7 dB, perbaikan nilai return loss sampai dengan 8,4 dB dan nilai VSWR yang semakin mendekati nilai 1.

This paper discusses about Dumbbell Shape Defected Ground Structure (DGS) on microstrip antenna design to reduce the effect of surface wave and to improve the characteristic of two element tripleband WiMAX microstrip antenna. The form of DGS discussed in this paper is simple and easy to be made on regular microstrip substrate.
Research about the design of this DGS is made on two element microstrip antenna for WiMAX application which operates at 2.3 GHz, 3.3 GHz and 5.8 GHz frequency. The usage of four dumbbell DGS on two element microstrip antenna for WiMAX application succeded to suppress the surface waves, and proved by a mutual coupling reduction until 14,7 dB, return loss improvement until 8,4 dB and VSWR of nearly I was achieved."
2008
T40920
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Hidayat Prasetyo
"Antena dengan banyak berkas pancar (multibeam) banyak dibutuhkan untuk berbagai keperluan seperti radar, pencitraan, sensor, komunikasi satelit, dan komunikasi 5G. Dalam rangka mewujudkan multibeam diperlukanlah jaringan pembentuk beam (beamforming network/ BFN). Salah satu BFN yang mempunyai banyak keunggulan adalah Rotman lens. Namun Rotman lens konvensional pada umumnya beukuran agak besar, salah satunya akibat ukuran kaki-kaki transisi antara cavity dan port transmission line yang cukup panjang. Pada penelitian ini dilakukan riset untuk mereduksi ukuran Rotman Lens pada frekuensi 2,4 GHz ISM Band dengan jumlah kaki beam port sebanyak 5 dan kaki array sebanyak 6. Ada dua metode yang diusulkan dalam penelitian ini. Metode tersebut adalah dengan menggunakan teknik Defected ground structure (DGS) dan slot dengan struktur yang sederhana dan ukuran yang sama/ seragam untuk semua port guna memangkas panjang kaki transisi Rotman lens dan meminimalkan jumlah iterasi. Hasil simulasi menunjukkan bahwa baik teknik DGS rectangular ganda maupun slot rectangular ganda berukuran sama di semua port mampu mereduksi ukuran Rotman lens. Ukuran Rotman lens dapat tereduksi menjadi 15.78 persen dibanding yang dibuat dengan metode konvensional tanpa penurunan kinerja yang berarti. Validasi dilakukan dengan memfabrikasi Rotman lens yang direduksi dengan teknik slot rectangular ganda yang terintegrasi dengan antenna array dengan elemen mikrostrip rectangular. Hasil pengukuran menunjukkan hasil yang cukup mirip dengan simulasi. Struktur yang dibuat mampu membentuk lima arah beam, yaitu main beam berada di arah ±33, ±18, dan 0 derajat dengan beda maksimal 3 derajat jika dibandingkan hasil simulasi dan maksimal 6 derajat jika dibandingkan perancangan. Bandwidth bisa mencapai lebih dari 800 MHz untuk sebagian besar port kecuali port yang paling tengah.

Antennas with multibeam capability are needed for various purposes such as radar, imaging, sensors, satellite communications, and 5G communications. In order to realize multibeam, a beamforming network (BFN) is needed. One of the BFN that has many advantages is the Rotman lens. However, conventional Rotman lenses are generally rather large in size, one of which is due to the length of the transition legs between the cavity and the transmission line port. In this study, research was conducted to reduce the size of the Rotman Lens at the 2,4 GHz ISM Band with 5 beam ports and 6 array ports. There are two methods proposed in this research. They are to use the Defected ground structure (DGS) technique and slots with a simple structure and the same size/uniform for all ports in order to reduce the length of the Rotman lens transition leg and to minimize iteration process. The simulation results show that both the same double rectangular DGS technique and the same double rectangular slots in all ports are able to reduce the size of the Rotman lens. The size of the Rotman lens can be reduced to 15.78 percent compared to those made by conventional methods without significant performance degradation. Validation is done by fabricating a reduced Rotman lens with a double rectangular slot technique which is integrated with array antennas whose elements are rectangular microstrips. The measurement results are quite similar to the simulations. The structure made is able to form five beam directions. The directions of the main beams are ±33, ±18, and 0 degrees with a maximum difference of 3 degrees when compared to the simulation results and a maximum of 6 degrees when compared to the design calculation. Bandwidths are more than 800 MHz for most ports except the middle port."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Wahyu Iqbal
"Perkembangan teknologi dari Wireless Local Area Network (WLAN) sangat pesat terutama selama masa pandemi, seperti penggunaan peralatan rumah tangga pintar, streaming video  dengan kualitas 8K, dan gawai dengan kemampuan virtual reality. Salah satu penunjang dari teknologi WLAN adalah antena. Salah satu dari antena yang sering digunakan adalah antena mikrostrip. Antena mikrostrip banyak digunakan dalam bidang telekomunikasi karena ukuran ringkas, mudah difabrikasi, dan murah. Tetapi, antena mikrostrip memiliki kekurangan, yaitu memiliki bandwidth sempit, keterbatasan gain, dan daya yang rendah. Salah satu cara untuk melebarkan bandwidth dengan menggunakan antena leaky wave. Penelitian ini merancang antena mikrostrip leaky wave dengan mengombinasikan multislot dan Defected Ground Structure (DGS). Penggunaan Multislot dan DGS untuk meningkatkan parameter bandwidth, dan gain, dan tetap memiliki ukuran yang kecil. Rancangan antena yang diusulkan saat simulasi memiliki frekuensi kerja 5,854-6,545 GHz, memiliki bandwidth 691 MHz dan gain 5,02 dBi pada saat 6 GHz. Dengan penambahan multislot dan DGS saat simulasi dapat meningkatkan performa dari parameter antena berupa bandwidth sebesar 411 MHz dan gain sebesar 0,66 dBi. Sedangkan, pengukuran antena memiliki frekuensi kerja 5,845-6,529 GHz, memiliki bandwidth 684 MHz dan memiliki gain 5,06 dBi pada saat 6 GHz. Penambahan multislot dan DGS pada antena mikrostrip leaky wave saat pengukuran dapat meningkatkan performa dari parameter antena berupa bandwidth sebesar 411 MHz atau sebesar 150,54% dan gain sebesar 0,53 dBi atau sebesar 11,7%.

Wireless local area network (WLAN) technology is rapidly evolving, especially during the pandemic, such as for smart home appliances, video streaming with 8K quality, and virtual reality devices. The antenna is one of the technological devices used to support WLAN. A microstrip is a type of antenna often used for WLAN technology. Microstrip antenna are widely used in telecommunications because they have a compact antenna dimension, are easy to fabricate, and are inexpensive. However, microstrip antenna have disadvantages, namely narrow bandwidth, gain limitations, and low power. One approach to widening the bandwidth parameter is using a leaky–wave antenna. This study designed a leaky wave microstrip antenna by combining multislot dan defected ground structure (DGS) to increase bandwidth and gain and still have a small size. The antenna design proposed during the simulation has an operating frequency from 5.854-6.545 GHz, a bandwidth of 691 MHz, and a gain at 6 GHz is 5.02 dBi. Meanwhile, measurement has an operating frequency from 5.845-6.529 GHz, a bandwidth of 684 MHz, and a gain of 5.06 dBi at 6 GHz. The addition of multislot and DGS during simulation increases the bandwidth by 411 MHz, and a gain of 0.66 dBi and the measurement results showed an increased bandwidth by 411 MHz or 150,54% and a gain of 0.53 dBi or 11,7%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Yuli Zulkifli
"Antena mikrostrip dewasa ini semakin banyak digunakan untuk perangkat komunikasi nirkabel, hal ini disebabkan banyaknya kelebihan antena ini seperti bentuknya yang kompak, kecil, dan dapat dengan mudah diintegrasikan dengan Microwave Integrated Circuits. Namun salah satu kelemahan dari antena mikrostrip adalah berkurangnya efisiensi radiasi akibat munculnya gelombang permukaan (surface wave) ketika substrat yang digunakan memiliki konstanta dielektrik lebih besar dari satu. Surface wave akan menyebabkan meningkatnya end-fire radiation dan efek mutual coupling antara elemen pada antena susun. Untuk mengatasi masalah gelombang permukaan ini dapat digunakan metode Defected Ground Structure (DGS).
Dalam penelitian ini telah dilakukan studi tentang pengembangan antena mikrostrip dengan teknik berupa Defected Ground Structure yang diharapkan mampu meningkatkan kinerja antena berupa peningkatan gain, penekanan efek mutual coupling pada antena susun dan perbaikan nilai return loss maupun VSWR. Penelitian ini menggunakan simulator Microsoft Office AWR dan pengukuran dilakukan di laboratorium anti gema di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Pada antena single band array konvensional telah diteliti empat macam bentuk DGS berupa segitiga sama kaki, hexagonal, trapesium dan dumbbell.
Hasil simulasi dan pengukuran menunjukkan antena dengan DGS mampu memperbaiki kinerja antena konvensionalnya berupa perbaikan nilai return loss dan VSWR sehingga lebih mendekati kondisi matching dan penekanan efek mutual coupling pada antena susunnya.Hasil pengukuran menunjukkan mutual coupling terjadi pada antena konvensional dengan nilai S12 sebesar -35,18 dB. Pada antena DGS bentuk hexagonal, trapesium dan dumbbell, nilai pengukuran S12 diperoleh sebesar -38,59 dB, 43,095 dB dan -54,314 dB sehingga terjadi penekanan mutual coupling sebesar 3,44 dB (9,77%), 7,915 dB (22,49%) dan 19,134 dB (35,22%). Penekanan ini sangat signifikan bagi perbaikan kinerja antena.
Pengukuran nilai return loss (RL) menghasilkan perbaikan dari RL antena konvensionalnya sebesar -30,188 dB menjadi -45,48 dB atau perbaikan sebesar 50,65% untuk antena DGS bentuk segitiga sama kaki. Pada antena dengan DGS bentuk hexagonal diperoleh nilai RL -40,899 dB dengan perbaikan 35,48%. Pada DGS bentuk trapesium diperoleh nilai RL ? 40,24 dB dengan perbaikan 33,29 % dan DGS bentuk dumbbell mempunyai nilai RL -40,081 dB dengan perbaikan sebesar 32,77%. Hasil pengukuran ini menunjukkan antena dengan DGS dalam kondisi yang lebih matching dibandingkan dengan antena tanpa DGS dan ini juga berarti efisiensi antena dapat ditingkatkan.
Di samping itu, hasil pengukuran juga menunjukkan peningkatan gain antara 0,2 hingga 1,3 dB setelah penerapan DGS. Peningkatan gain pada frekuensi kerja 2,66 GHz untuk semua antena DGS sekitar 0,5 dB hingga 1 dB. Peningkatan gain paling tinggi diperoleh pada antena DGS bentuk dumbbell pada frekuensi 2,67 GHz yaitu sebesar 1,3 dB.
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari penerapan DGS pada antena single band array, hasil simulasi dan pengukuran menunjukkan bahwa DGS bentuk dumbbell menghasilkan peningkatan kinerja terbaik dibandingkan dengan DGS bentuk lain yang sudah diteliti. Bentuk DGS dumbbell ini dipilih untuk diterapkan pada antena multiband array konvensional dan juga dimodelkan dengan metode rangkaian ekivalen sehingga diperoleh hasil desain secara teoritis. Antena multiband array konvensional yang telah di desain merupakan antena dengan bentuk kompak namun mampu menghasilkan multifrekuensi. Pada hasil simulasi, tidak semua band menunjukkan perbaikan karakteristik kinerja antena.
Adapun hasil pengukuran menunjukkan bahwa antena dengan DGS mampu memperbaiki karakteristik kinerja antena konvensional pada semua band frekuensinya. Hasil pengukuran menunjukkan peningkatkan gain antena 0,5 hingga 3 dB dan juga mampu menekan efek mutual coupling pada ketiga frekuensi kerja yang telah di rancang dari 2 hingga 5 dB. Pengukuran RL juga menunjukkan perbaikan nilai RL sebesar 21,46% pada frekuensi 2,386 GHz, 47,78% pada frekuensi 3,35 GHz dan 78,6% pada frekuensi 5,825 GHz.

Microstrip antenna (MSA) are used in many wireless communication equipment due to it?s many advantages such as: compact shape, low profile and easy to be integrated to Microwave Integrated Circuits. However, one common disadvantage of MSA is the reduction of radiation efficiency due to surface wave which occurs when the dielectric constant is greater than 1. Surface wave will increase end-fire radiation and mutual coupling effect between array elements. To overcome this problem, the method Defected Ground Structure (DGS) is used.
This research has conducted a study about the development of MSA using DGS to improve the antenna characteristics such as gain, return loss, VSWR and the suppression of mutual coupling effect from array antenna. The simulator used is Microsoft Office AWR and measurements are conducted in the laboratory anechoic chamber in Electrical Engineering Department, Faculty of Engineering, University of Indonesia. Four types of DGS shapes have been studied on the conventional single band array. They are triangle, hexagonal, trapezium and dumbbell shapes.
Simulation and measurement result shows that the antenna with DGS can improve the antenna characteristics of the conventional MSA. Measurement results show that the mutual coupling occurred from the conventional MSA is S12 = -35.18 dB. For DGS with hexagonal, trapezium and dumbbell shape, the measured S12 are -38.59 dB, 43.095 dB and -54.314 dB, respectively.
Therefore there is a mutual coupling reduction of 3.44 dB (9.77%), 7.915 dB (22.49%) and 19.134 dB (35.22%), respectively. This reduction is significant for the antenna improvement.Measured return loss shows that the conventional MSA has RL of -30,188 dB and the triangle shape DGS antenna of -45.48 dB or an improvement of 50.65%. For the hexagonal, trapezium and dumbbell shape DGS, the return losses are -40.899 dB, ? 40.24 dB and -40.081 dB with improvement of 35.48%, 33.29 % and 32.77%, respectively.
These measurement results demonstrated that the DGS antennas are more in a matching condition compared to the conventional DGS. This also means an increase of antenna efficiency. Moreover, measurement results show that the antenna gain is improved from 0.2 to 1.3 dB after using DGS. The gain improvement at resonant frequency 2.66 GHz for all DGS antennas are around 0.5 dB to 1 dB. The highest gain improvement is achieved from the dumbbell shape DGS of 1.3 dB.
From research studies of various shapes of DGS conducted on single band array MSA, both simulation and measurement results show that the dumbbell shape DGS has the best improvement, therefore this dumbbell shape is chosen to be implemented for the conventional multiband array MSA and also to be modeled using circuit equivalent. The conventional multiband array MSA is designed to have a compact shape with three resonant frequencies. Simulation results show at band 3.3 GHz and 5.8 GHz that there is an improvement of the antenna characteristics, however only at frequency 2.3 GHz shows that there is no improvement.
Measurement results of dumbbell shape DGS shows improvement for all bands of the antenna characteristics compared to its conventional MSA. The DGS antenna can increase the antenna gain from 0.5 to 3 dB and also able to reduce the mutual coupling effect from all three resonant frequencies from 2 to 5 dB. RL measurement shows that there is an improvement to 21.46% at frequency 2.386 GHz, 47.78% at frequency 3.35 GHz and 78.6% at frequency 5.825 GHz.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
D1206
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Pradana Putra
"Berbagai sistem modern tidak lagi langka kita jumpai di lingkungan sekitar, seperti misalnya sensor pintu otomatis, pendeteksi kedalaman air, dan hingga pendeteksi kebakaran yang ditangkap menggunakan drone. Teknologi yang bisa mendukung pekerjaan semacam ini biasanya menggunakan SAR (synthetic aperture radar). Gelombang elektromagnetik ditembakkan oleh SAR ke suatu objek yang ingin diamati, lalu gelombang pantul akan diterima dari arah objek tersebut dan menjadikannya sebuah citra.
CP-SAR (circular polarized synthetic aperture radar) memiliki karakteristik polarisasi sirkular ini bisa menjadi solusi dari permasalahan yang ada pada sistem SAR sebelumya, yaitu ketika gelombang melewati lapisan ionosfer maka akan rentan terhadap rotasi faraday, akibatnya karakteristik gelombang yang dipancarkan akan berubah. Pengembangan CP-SAR inipun bisa juga diaplikasikan dalam pengoperasian UAV atau pesawat nir-awak.
Pada buku skripsi ini, dilakukan sebuah perancangan antena mikrostrip array 4x2 yaitu berarti terdapat 8 elemen di bagian patch antena dengan target spesifikasi SAR UAV yaitu bekerja di frekuensi 1.27 GHz. Metode yang dipakai dalam perancangan yaitu ditahap memberikan slot diagonal pada setiap patch antena bertujuan untuk menghasilkan polarisasi sirkular pada antena.
Teknik diagonal slot (notch) yang disisipkan di patch membuat pengaruh pada hasil polarisasi menjadi sirkular. Simulasi yang dilakukan terhadap antena susun dengan elemen 4x2 menghasilkan return loss sebesar -14.09 dB dengan bandwidth dari frekuensi 1.256 GHz-1.320 GHz dan VSWR sebesar 1.49. Axial ratio yang terbaik diperoleh bernilai 5.31 dB namun belum memenuhi kriteria polarisasi melingkar, serta nilai gain sebesar 6.51 dBi. Adapun hasil yang teramati adalah surface current dari antena yang menjadi penunjuk bentuk polarisasi antena tersebut sudah mulai membentuk sirkular dengan pola left-hand circular polarized (LHCP). Hasil pengukuran yang diperoleh yaitu dengan melakukan pengukuran menghasilkan return loss dengan nilai impedance bandwidth sebesar 55 MHz dengan rentang dari 1.262 GHz-1.317 GHz.

Various modern systems are no longer a rare things that we find in our society. For example like automatic door sensor, water depth detector, and fire detector using drones. This kind of things are usually can be done by a technology called SAR that applicable for the benefits of military as well as non-military. Specific object will be illuminated by an electromagnetic waves of SAR and then an echo will formed from the object then SAR will turns it into some kind of visual information.
CP-SAR (circular polarized synthetic aperture radar) which has circular polarization characteristic can be a solution to the problems that existed in the previous SAR system, for example when the electromagnetic wave passes through the ionosphere layer it will be susceptible to faraday rotation. As a result, the characteristic of the emitted waves will change. The development of this CP-SAR can also be applied in UAV operations.
In this paper, a 4x2 microstrip array antenna is carried out, which means that there are 8 elements in the patch antenna with a target UAV SAR specification that works at a frequency of 1.27 GHz. In the first method of design the antenna, it was providing a diagonal slot on each patch antenna which aims to produce circular polarization on the antenna. Some treatment to find the most effective results is done by varying the length of the diagonal slot on the patch and the length of the rectangular DGS on the ground.
Diagonally slot technique that made in the patch of antenna can bring out a circularly polarized antenna. The measurements carried out resulted in a return loss of -14.09 dB with bandwidth from 1.256 GHz-1.320 GHz and VSWR of 1.49. the results of axial ratio are 5.31 dB, and gain for 6.51 dBi. The observed result is that the surface current of the antenna, which indicates the type of the polarization of the antenna, is circular with a left-hand circular polarized pattern. The measurement results obtained are by measuring VNA in the form of return loss results with a value of -14 dB with bandwidth 1.262 GHz-1.317 GHz.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Amirullah
"Antena mikrostrip banyak diaplikasikan dalam dunia telekomunikasi. Hal ini karena antena mikrostrip memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan dengan antena jenis lain, yaitu bentuknya yang tipis dan kecil, memiliki bobot yang ringan, mudah untuk difabrikasi, dan harga yang relatif murah. Akan tetapi antena mikrostrip ini juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu gain rendah, bandwidth rendah, efisiensi rendah, dan timbulnya gelombang permukaan.
Gelombang permukaan terjadi pada saat antena mikrostrip meradiasikan gelombang ke udara, namun ada gelombang yang terjebak di dalam substrat dan membentuk gelombang permukaan. Gelombang permukaan dapat mengurangi efisiensi dan gain, dan membatasi bandwidth. Salah satu cara untuk menekan gelombang permukaan adalah dengan menggunakan teknik Defected Ground Structure (DGS) dengan cara mencacatkan bidang ground dari antena.
Pada skripsi ini dilakukan perancangan antena mikrostrip dengan menggunakan teknik DGS berbentuk dumbbell square-head pada patch segitiga array linier untuk menekan gelombang permukaan pada antena mikrostrip sehingga performa antena dapat meningkat.
Pada hasil pengukuran antena referensi dengan penambahan slot DGS diperoleh nilai return loss optimum sebesar -40.081 dB pada frekuensi 2.66 GHz atau terjadi perbaikan return loss sebesar 32.12%, perbaikan gain sebesar 2.36005 dB dan penekanan mutual coupling sebesar 19.125 dB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40488
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library