Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Seshiana Sebti Pramesti
Abstrak :
Transetosom merupakan vesikel yang dapat meningkatkan penetrasi obat ke dalam kulit, contohnya adalah ekstrak bahan alam. Teh hijau (Camellia sinensis L. Kuntze) merupakan bahan alam yang mengandung katekin sebagai senyawa antioksidan. Transetosom dapat menjerap dan membantu penetrasi senyawa ekstrak daun teh hijau ke dalam kulit. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan formula gel transetosom yang dapat meningkatkan penetrasi ekstrak daun teh hijau ke dalam kulit. Gel yang hanya mengandung ekstrak daun teh hijau juga dibuat sebagai kontrol. Uji penetrasi sediaan secara in vitro dilakukan menggunakan sel difusi Franz dengan kulit tikus betina galur Sprague Dawley. Epigalokatekin galat (EGCG) digunakan sebagai penanda analisis. Transetosom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis dalam tiga formula yaitu dengan konsentrasi ekstrak daun teh hijau setara dengan EGCG 1% (F1), 1,5% (F2), dan 2% (F3). Hasil menunjukkan transetosom F1 memiliki karakteristik terbaik yaitu berbentuk sferis, Dmean volume 112,14 ± 2,19 nm, indeks polidispersitas 0,163 ± 0,03, potensial zeta -52,05 ± 1,34 mV, dan efisiensi penjerapan 58,06 ± 0,08%. Gel transetosom dan gel kontrol secara berturut-turut memiliki fluks sebesar 61,468 ± 1,66 μg.cm-2.jam-1 dan 31,694 ± 1,02 μg.cm-2.jam-1. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa transetosom dapat meningkatkan penetrasi ekstrak daun teh hijau ke dalam kulit. ......Transethosome is a vesicle that can enhance drug?s penetration into the skin, for example are extracts of natural ingredient. Green tea (Camellia sinensis L. Kuntze) is a natural ingredient that contains catechins as an antioxidant. Transethosome is used to entrap the chemical compounds of green tea leaves extract and help their penetration into the skin. The aims of this study are to produce transethosome gel formula that can increase the penetration of green tea leaves extract into the skin. Gel containing only green tea leaves extract was also made as a control. Penetration test of gels performed using in vitro Franz diffusion cell with the skin of female Sprague Dawley rats. Epigallocatechin gallate (EGCG) is used as a marker analysis. Transethosome were made by using thin layer hydration method in three formulas with different concentration of green tea leaves extract which were equivalent to 1% (F1), 1.5% (F2), and 2% (F3) EGCG. The results showed transethosome F1 had the best characteristics, which had a spherical shape, Dmean volume 112,14 ± 2,19 nm, polydispersity index 0,166 ± 0,03, zeta potential -52,05 ± 1,34 mV, and entrapment efficiency 58,06 ± 0,08%. Transethosome gel and control gel had a flux of 61,468 ± 1,66 μg.cm-2.hour-1 and 31,694 ± 1,02 μg.cm-2.hour-1. It can be concluded that transethosome can increase green tea leaves extract penetration into the skin.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Intansari Rozmiramadhani Putri
Abstrak :
Ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis L. Kuntze) mengandung epigalokatekin galat (EGCG) yang memiliki aktivitas antioksidan sangat poten. EGCG bersifat hidrofilik dan memiliki massa molekul yang besar sehingga sulit berpenetrasi ke dalam kulit. Untuk meningkatkan penetrasi EGCG, digunakan solid lipid nanopartikel sebagai sistem pembawa. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh karakteristik SLN yang dapat meningkatkan penetrasi ekstrak daun teh hijau ke dalam kulit dengan diformulasikan ke dalam sediaan gel. Gel ekstrak daun teh hijau tanpa SLN dibuat sebagai kontrol. Pada kedua sediaan gel tersebut dilakukan uji penetrasi secara in vitro menggunakan sel difusi Franz dengan kulit tikus betina galur Sprague Dawley. SLN dibuat menggunakan metode emulsifikasi pelarut. Hasil menunjukkan formula F3 merupakan formulasi dengan karakterisasi terbaik yaitu Dmean volume 150,24±12,71 nm, nilai indeks polidispersitas 0,184±0,017; zeta potensial -41,0±0,35 mV; efisiensi penjerapan tertinggi (57,18±0,61 %) dan berbentuk sferis sehingga digunakan pada formulasi gel. Hasil uji penetrasi in vitro menunjukan jumlah kumulatif EGCG terpenetrasi dari gel SLN dan gel kontrol berturut-turut adalah 1327,69±29,58 μg/cm2 dan 438,70±22,82 μg/cm2, persentase total EGCG terpenetrasi 56,32±1,26 % dan 18,61±0,97 %, serta nilai fluks 58,35±0,94 µg/cm2jam dan 55,59±2.92 µg/cm2jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan gel SLN dapat meningkatkan penetrasi EGCG melalui kulit.
Green tea (Camellia sinensis L. Kuntze) leaves extract contain epigallocatechin gallate (EGCG) with potent antioxidant activity. EGCG is hydrophilic with high molecular mass, making it difficult to penetrate through the skin. To increase its penetration, solid lipid nanoparticles (SLN) carrier system was used. This research aimed to determine characteristics of SLN that can increase skin penetration of green tea leaves extract which then formulated to gel formulation. Green tea extract gel without SLN was used as control. Both gels underwent in vitro penetration test employing Franz diffusion cells to the skin of Sprague Dawley female rats. SLN was prepared by emulsion-solvent evaporation method. Result showed F3 formulation was the best with Dmean volume 150.24±12.71 nm, polydispersity index 0.184±0.017, zeta potential -41.0±0.35 mV, with the highest entrapment efficiency (57.18±0.61%) and in spherical shape, enabling gel formulation. The in vitro penetration test showed the cumulative amount of EGCG penetrated from SLN gel and control gel respectively were 1327.69±29.58 μg/cm2 and 438.70±22.82 μg/cm2, total percentage of EGCG penetrated 56.32±1.26 % and 18.61±0.97 %, with flux 58.35±0.94 µg/cm2.hour and 55.59±2.92 µg/cm2.hour. In conclusion, SLN can increase the skin penetration of EGCG.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Tiarani
Abstrak :
Daun teh hijau Camellia sinensis L. mengandung senyawa polifenol katekin, dengan epigalokatekin galat EGCG sebagai katekin utama. Selain berfungsi sebagai antioksidan, EGCG juga merupakan penghambat tirosinase pada proses melanogenesis. EGCG bersifat hidrofil sehingga memiliki bioavailabilitas dan daya penetrasi kulit yang rendah. Pembawa berupa vesikel fitosom digunakan untuk meningkatkan penetrasi EGCG ke dalam kulit. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh formula fitosom ekstrak daun teh hijau yang optimum untuk meningkatkan jumlah EGCG terpenetrasi, serta membandingkan uji iritasi dan uji efikasi pencerah kulit antara krim fitosom dan non fitosom mengandung ekstrak daun teh hijau. Empat formula fitosom ekstrak daun teh hijau dengan variasi perbandingan konsentrasi EGCG dan rasio mol ekstrak-fosfolipid dilakukan untuk mendapatkan kandungan EGCG optimal dalam fitosom. Analisis jumlah kumulatif EGCG terpenetrasi ke dalam kulit dilakukan dengan metode in vitro menggunakan sel difusi Franz. Uji iritasi kulit dilakukan dengan metode uji tempel tertutup tunggal selama 24 jam, sementara uji efikasi dilakukan pada 28 orang wanita yang memakai krim fitosom dan krim non fitosom ekstrak daun teh hijau selama 28 hari. Fitosom dengan kandungan EGCG 1 dan rasio mol ekstrak:fosfolipid 1:2 menunjukkan formula fitosom optimal dengan ukuran partikel sebesar 383,76 83,83 nm dmean volume, PDI sebesar 0,265 0,01, potensial zeta sebesar -48,933 1,002 mV, dan efisiensi penjerapan sebesar 72,32 0,20. Uji penetrasi in vitro dengan sel difusi Franz menunjukkan jumlah kumulatif EGCG terpenetrasi dari krim fitosom yang lebih besar dibandingkan krim non fitosom, masing-masing berturut-turut sebesar 5,58 0,078 g/cm2 dan 3,92 0,003 g/cm2. Hasil uji iritasi kulit memperlihatkan bahwa krim fitosom ekstrak daun teh hijau tidak menimbulkan iritasi. Hasil uji efikasi menggunakan uji-t menunjukkan penurunan indeks melanin kulit yang signifikan secara statistik p = 0,00, dimulai saat 14 hari pemakaian krim fitosom dan krim non fitosom ekstrak daun teh hijau. Tidak ada perbedaan bermakna dalam penurunan indeks melanin kulit yang ditemukan antara krim fitosom maupun krim non fitosom ekstrak daun teh hijau p > 0,05. Ekstrak daun teh hijau yang mengandung EGCG bermanfaat untuk mencerahkan kulit dan pembawa vesikel fitosom dapat meningkatkan kandungan EGCG yang terpenetrasi ke kulit.
Green tea leaves Camellia sinensis L. mainly contains catechin flavonoid, with epigallocatechin gallate as the major catechin compound. In addition to acting as an antioxidant, EGCG also inhibits tyrosinase in melanogenesis. EGCG has a hydrophilic characteristic that leads to low skin penetration and bioavailability. Carrier like phytosomal vesicle could be used for enhancing skin penetration of EGCG. The aim of this study was to achieve an optimal formula of green tea leaves extract loaded phytosome in order to increase the amount of entrapped EGCG in the phytosomal vehicle, as well as comparison of the skin irritation and skin lightening efficacy between two cream preparations containing unmodified green tea leaves rsquo extract and green tea leaves rsquo extract incorporated in phytosome GTE PC. Four formulas of phytosome were investigated based on variation in the content of EGCG and molar ratio of extract phospholipid to obtain the optimum content of loaded EGCG. The analysis of cumulative amount of EGCG penetrated into the skin was conducted by in vitro method using Franz diffusion cell. The skin irritation test was carried out by single application closed patch method for 24 hours, while the efficacy test was performed on 28 women, applying phytosome cream of green tea leaves rsquo extract for 28 days, and then compared to cream of green tea leaves rsquo extract. Phytosome containing 1 of EGCG content and molar ratio of extract phospholipid 1 2 was found to be the most favorable formula with the finest characteristic amongst other on particle size 383.76 83.83 nm dmean volume, poly dispersity index 0.265 0.01, zeta potential 48.933 1.002 mV, and entrapment efficiency 72.32 0.20. The in vitro analysis by Franz diffusion cell of phytosome cream and unmodified cream of green tea leaves rsquo extract showed higher cumulative amount of penetrated EGCG in phytosome cream than unmodified cream, 5.58 0.078 g cm2 to 3.92 0,003 g cm2, respectively. The skin irritation result using closed patch method demonstrated that phytosome cream did not induce any skin irritation. The efficacy result using a t test analysis indicated a statistically significant reduction of skin melanin index p 0.00, which began to appear after 14 days of use. No statistically significant difference on skin melanin index decrease found between phytosome cream and the conventional one p 0.05. Thus, green tea leaves rsquo extract contained EGCG has a benefit as skin lightening compound and a phytosomal vesicle carrier could enhance the penetrated extent of EGCG into the skin.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T49388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goldie Aisha Wirarti
Abstrak :
ABSTRAK
Sediaan nanovesikel transdermal telah banyak digunakan untuk penghantaran obat dari bahan alam. Salah satu bahan alam yang memiliki banyak manfaat adalah daun teh hijau. Manfaat daun teh hijau dapat digunakan untuk menjaga kesehatan dan kosmetik. Epigalokatekin galat (EGCG) yang merupakan kandungan terbesar daun teh hijau bersifat hidrofilik. Oleh sebab itu, perlu ditingkatkan penetrasinya menggunakan nanovesikel lipid, yaitu etosom. Selain itu, etosom juga dapat meningkatkan stabilitas dari EGCG. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula etosom dengan karakteristik terbaik. Etosom diformulasikan dengan konsentrasi zat aktif yang berbeda; yaitu setara dengan EGCG 1% (F1), 1,5% (F2), dan 2% (F3). Berdasarkan hasil karakterisasi dipilih F1 yang memiliki hasil karakterisasi terbaik dengan morfologi yang sferis, nilai Dmean volume 90,53 ± 0,32 nm, indeks polidispersitas 0,05 ± 0,00, potensial zeta -62,6 ± 5,05 mV, dan persentase obat terjerap paling tinggi (54,39 ± 0,03 %). Kemudian F1 tersebut dibuat menjadi gel etosom dan gel ekstrak tanpa dibuat etosom sebagai kontrol untuk dilakukan uji penetrasi menggunakan sel difusi Franz. Jumlah kumulatif EGCG yang terpenetrasi dari sediaan gel etosom dan gel ekstrak adalah 1364,28 ± 56,32 μg/ cm2 dan 490,17 ± 2,60 μg/ cm2. Dengan nilai fluks dari gel etosom dan gel ekstrak adalah 61,68 ± 2,13 μg.cm-2.jam-1 dan 55,18 ± 0,50 μg.cm-2.jam-1. Waktu tunggu yang dibutuhkan sediaan gel etosom dan gel ekstrak untuk berpenetrasi adalah 1,71± 0,05 dan 14,25 ± 0,03 jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gel etosom yang dibuat dari F1 dapat meningkatkan jumlah EGCG yang terpenetrasi.
ABSTRACT
Transdermal nanovesicles dosage forms have been widely used for natural products delivery. One of the natural products that has many benefits is green tea leaves. Benefits of green tea leaves can be used to maintain health and cosmetics. Epigallocatechin gallat (EGCG) which is the largest content of green tea leaves is hydrophilic. Therefore, the need to improve its penetration using lipid nanovesicle, namely ethosome is needed. In addition, ethosome can also improve the stability of EGCG. This study aims to get the formula of etosom with the best characteristic. Etosom were formulated with different concentrations, equal to 1% (F1), 1.5% (F2), and 2% (F3) of EGCG. Based on the results, F1 has the best characterization results with spherical morphology, Dmean volume value at 90,53 ± 0,32 nm, 0,05 ± 0,00 of polydispersity index, zeta potential at -62.6 ± 5, 05 mV, and the highest percentage of drug entrapped (54.39 ± 0.03 %). Then the F1 is made into a gel etosom and extract gel that is made without etosom as control to do a penetration test using Franz diffusion cells. The cumulative amount of EGCG penetrated for ethosomal gel and and extract gel were 1364,28 ± 56,32 μg/ cm2 and 490,17 ± 2,60 μg/ cm2, respectively. With a flux value of ethosomal gel and extract gel were 61,68 ± 2,13 μg.cm-2.hour-1 and 55,18 ± 0,50 μg.cm-2.hour-1, respectively. The lag time required for etosom gel preparation and gel extracts to penetrate was 1.71 ± 0.05 and 14.25 ± 0.03 hours. Based on these results it can be concluded that the ethosomal gel made from F1 can increase the amount of EGCG that was penetrated.
2016
S65740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanetha Inees Merdekawati
Abstrak :
Daun teh hijau Camellia sinensis L. Kuntze merupakan salah satu bahan alam yang mudah ditemukan dan memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. EGCG epigalokatekingalat merupakan senyawa dengan kandungan terbesar dari daun teh hijau yang memiliki aktifitas antioksidan yang sangat poten untuk tubuh, namun memiliki kemampuan penetrasi ke dalam kulit yang rendah karena sifatnya yang sangat hidrofilik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan penetrasi EGCG dalam ekstrak daun teh hijau dengan memformulasikannya kedalam sebuah sistem pembawa obat etosom yang selanjutnya dimasukkan kedalam formulasi sediaan krim. Etosom di formulasikan dengan konsentrasi etanol yang berbeda yaitu dengan kadar 25 F1 ; 30 F2 ; dan 35 F3 . Selanjutnya, formula etosom dengan karakterisasi terbaik diformulasikan ke dalam sediaan krim. Krim ekstrak daun teh hijau tanpa etosom dibuat sebagai kontrol. Setelah itu, dilakukan uji penetrasi krim etosom dan krim ekstrak tanpa etosom menggunakan sel difusi Franz untuk melihat profil penetrasi dari sediaan tersebut. Berdasarkan hasil karakterisasi yang didapatkan, F3 memiliki karakteristik terbaik dengan morfologi yang sferis, nilai Z-Average 73,01 nm; indeks polidispersitas 0,255; potensial zeta -47,77 3,93 mV, dan efisiensi penjerapan obat yang paling tinggi 49,46 0,62 . Krim etosom yang dihasilkan memiliki jumlah kumulatif EGCG terpenetrasi sebesar 905,75 49,47 g/cm2 dan fluks pada fase 1 0 ndash; 10 jam sebesar 25,22 12,68 g.cm-2/jam serta pada fase 2 10 ndash; 24 jam sebesar 40,96 5,56 g.cm-2/jam sedangkan krim ekstrak tanpa etosom memiliki jumlah kumulatif EGCG terpenetrasi sebesar 413,92 52,83 g/cm2 dan fluks pada fase 1 0 ndash; 12 jam sebesar 19,05 1,57 g.cm-2/jam serta pada fase 2 12 ndash; 24 jam sebesar 12,66 1,45 g.cm-2/jam. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan krim etosom mempunyai penetrasi yang lebih baik dibandingkan dengan krim ekstrak biasa dan etosom dapat meningkatkan kemampuan penetrasi EGCG dalam ekstrak daun teh hijau. ......Green tea leaves Camellia sinensis L. Kuntze is one of the natural ingredients that are easy to find and have many benefits for health. EGCG epigallocathechin gallat is the largest content of green tea leaves that have a potent antioxidant activity for the body, but has a low penetration capability in the skin due to its very hydrophilic characteristic. This study aimed to increase the skin penetration of EGCG in greentea leaves extract by incorporate it into ethosomal system as vehicle and generally applied into cream preparations. Ethosomes were formulated with different ethanol concentration that are 25 F1 30 F2 And 35 F3 . After that, ethosom with the best characteristic is formulated into cream preparations. Extract cream non ethosom was made as control. Thereafter, penetration test was performed using Franz diffusion cells to see the penetration profile of ethosomal cream and extract cream non ethosom. Based on the result, F3 had the best characteristic with spherical morphology, Z Average value at 73.01 nm polydispersity index at 0,255 zeta potential at 47.77 3.93 mV, and the highest percentage of drug entrapped efficiency 49.46 0.62 . Total cumulative amount of EGCG penetrated from ethosomal cream was 905.75 49.47 g cm2 with flux value on 1st phase 0 10 hours was 25,22 12,68 g.cm 2 hour and 2nd phase 10 24 hours was 40,96 5,56 g.cm 2 hours while total cumulative amount of EGCG penetrated from extract cream was 413.92 52,83 g cm2 with flux value on 1st phase 0 12 hours was 19,05 1,57 g.cm 2 hour and 2nd phase 12 24 hours was 12,66 1,45 g.cm 2 hours. Based on these result, can be concluded that the ethosomal cream had better penetration compared with the extract cream and ethosomal system could increase the skin penetration capability of EGCG in greentea leaf extract.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Desviyanti Ardi
Abstrak :
Transetosom merupakan salah satu sistem vesikular lipid yang dapat memudahkan penetrasi obat melalui kulit. Penggunaan transetosom dapat diformulakan untuk menjerap zat aktif kimia maupun herbal, salah satunya yaitu katekin pada ekstrak daun teh hijau Camellia sinensis L. Kuntze . Pada penelitian ini, epigalokatekin galat EGCG digunakan sebagai penanda analisis karena merupakan komponen utama dari katekin yang memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi serta diketahui memiliki penetrasi dan absorbsi yang rendah melalui kulit. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghasilkan formula krim transetosom yang mampu meningkatkan penetrasi zat aktif dari ekstrak daun teh hijau ke dalam kulit. Pada pembuatan transetosom, digunakan metode hidrasi lapis tipis dalam tiga formula dengan variasi konsentrasi Span 80 dan etanol yang digunakan. Transetosom selajutnya dikarakterisasi morfologinya menggunakan Transmission Electron Microscopy TEM , ukuran partikel, indeks polidispersitas dan potensial zeta menggunakan Particle Size Analizer PSA , dan dilakukan pengujian efisiensi penjerapan. Hasil menunjukkan transetosom F2 yang mengandung ekstrak daun teh hijau setara 3 EGCG, Lipoid P30 4 , Span 80 0,75 dan etanol 95 30 memiliki karakteristik terbaik yaitu berbentuk sferis, ukuran partikel 35,35 nm, indeks polidispersitas 0,319, potensial zeta -29,97 3,05 dan efisiensi penjerapan 45,26 8,15 . Uji penetrasi sediaan secara in vitro dilakukan menggunakan sel difusi Franz dengan kulit tikus betina galur Sprague Dawley sebagai membran. Krim transetosom memiliki fluks sebesar 60,56 4,52 g.cm-2.jam-1 pada fase 1 dan 23,13 1,38 g.cm-2.jam-1 pada fase 2. Krim non transetosom memiliki laju penetrasi sebesar 25,69 0,83 g.cm-2.jam-1 pada fase 1 dan 7,36 1,59 g.cm-2.jam-1 pada fase 2. Kesimpulan dari penelitian ini adalah transetosom dapat meningkatkan penetrasi ekstrak daun teh hijau ke dalam kulit. ......Transethosome is a lipid vesicle system that can enhance drug rsquo s penetration through the skin. Transethosome can be used to entrap the chemical compound or natural ingredients, one of the natural ingredients is catechin from green tea leaves extract Camellia sinensis L. Kuntze . In this study, epigallocatechin gallate EGCG used as a marker analysis because EGCG is one of the most dominant catechin compounds that has potent antioxidant activity and also has a weak penetration and absorption through the skin. The aim of this study were to formulate transethosome cream that can increase the penetration of green tea leaves extract through the skin. Transethosome were made by using thin layer hydration method in three formulation with variation concentration of Span 80 and ethanol. Transethosome characterized by morphology using Transmission Electron Microscopy TEM , particle size, polidispersity index and zeta potential by Particle Size Analizer PSA , and entrapment efficiency. The result showed transethosome F2 that contains green tea extract equal to 3 of EGCG, Lipoid P30 4 , Span 80 0,75 and ethanol 95 30 had the best characteristic, which had a spherical shape, particle size 35,35 nm, polidispersity index 0,319, zeta potential 29,97 3,05 mV and entrapment efficiency 45,26 8,15 . Penetration test of creams performed using in vitro Franz diffusion cell with the skin of female Sprague Dawley rats as a membrane. Transethosome cream had a flux of 60,56 4,52 g.cm 2.hour 1 at the first phase and 23,13 1,38 g.cm 2.hour 1 at the second phase. Non transethosome cream had a flux of 25,69 0,83 g.cm 2.hour 1 at the first phase and 7,36 1,59 g.cm 2.hour 1 at the second phase. The conclusion is transethosome can increase green tea leaves extract penetration through the skin.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68922
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsha Harme
Abstrak :
Transfersom telah banyak digunakan untuk meningkatkan penetrasi obat terutama yang berasal dari bahan alam. Salah satu bahan alam yang berkhasiat bagi kesehatan dan kosmetik adalah ekstrak daun teh hijau Camellia sinensis L. Kuntze yang mengandung katekin sebagai senyawa antioksidan yang kuat. Epigalokatekin galat EGCG sebagai salah satu senyawa katekin paling dominan digunakan sebagai penanda analisis. Namun, EGCG memiliki berat molekul yang besar dan bersifat hidrofilik sehingga sulit untuk berpenetrasi melewati kulit. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan krim transfersom dengan karakteristik yang baik sehingga dapat meningkatkan penetrasi EGCG melalui kulit. Transfersom diformulasikan dengan varian konsentrasi dari fosfolipid dan surfaktan. Perbandingan antara fosfolipid dan surfaktan yang digunakan yaitu 95 :5 F1 ; 90 :10 F2 ; dan 85 :15 F3 , sementara konsentrasi EGCG yang digunakan tetap yaitu 3. Pembuatan transfersom dilakukan dengan menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Karakterisasi transfersom meliputi morfologi bentuk vesikel menggunakan Transmission Electron Microscopy TEM, distribusi ukuran partikel, indeks polidispersitas dan potensial zeta menggunakan Particle Size Analyzer PSA, dan efisiensi penjerapan. Hasil menunjukkan bahwa F1 merupakan formula terbaik karena memiliki bentuk yang sferis, ukuran partikel 80,6 nm, indeks polidispersitas 0,214, potensial zeta -41,1 7,06 mV, dan efisiensi penjerapan 49,36 4,03. Selanjutnya, transfersom F1 diformulasikan ke dalam sediaan krim dan dibuat krim tanpa transfersom sebagai kontrol. Kedua sediaan dievaluasi dan dilakukan uji penetrasi secara in vitro menggunakan sel difusi Franz pada kulit tikus galur Sprague Dawley. Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan jumlah kumulatif EGCG yang terpenetrasi pada krim transfersom sebesar 1003,61 157,93 ?g/cm2 dengan fluks fase 1 sebesar 48,57 12,65 ?g/cm2.jam dan fase 2 sebesar 27,76 1,87 ?g/cm2.jam sedangkan jumlah kumulatif EGCG pada krim non transfersom yaitu sebesar 400,09 47,53 ?g/cm2 dengan fluks fase 1 sebesar 22,89 1,76 ?g/cm2.jam dan fluks fase 2 sebesar 8,37 0,78 ?g/cm2.jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan krim transfersom ekstrak daun teh hijau dapat meningkatkan penetrasi EGCG ke dalam kulit. ......Transfersome has been widely used to increase the penetration of drugs derived from natural ingredients. One of the natural ingredients for health and cosmetics is green tea leaves extract Camellia sinesis L Kuntze that contained catechin as a potential antioxidant. Epigallocatechin gallate EGCG as one of the most dominant catechin compounds used as a marker analysis. However, EGCG has a large molecular weight and hydrophilicity so that it is difficult to penetrate through the skin. The aims of this study was to produce transfersomal cream with good characteristics that increases penetration through the skin. In this research, transfersome were formulated with different concentrations of phospholipid and surfactant. The concentration used between phospholipid and surfactant were 95 5 F1 90 10 F2 dan 85 15 F3, while the EGCG concentration used was constant at 3. The Transfersome were made by thin layer hydration method. Transfersome characterized by morphology using Transmission Electron Microscopy TEM, particle size, polidispersity index and zeta potential using Particle Size Analyzer PSA, and entrapment efficiency. The result showed that F1 had the best formula with spherical shape, particle size 80.6 nm, polidispersity index 0.214, zeta potential 41.1 7.06 mV, and entrapment efficiency 49.36 4.03 . Furthermore, transfersome were formulated into a cream and a cream without transfersome as a control. Both creams were evaluated and in vitro penetration tested using Franz diffusion cell with the skin of female Sprague Dawley rats. Total cumulative amount of penetrated EGCG from transfersom cream was 1003.61 157.93 g cm2 and fluxs at the first phase was 48,57 12,65 g cm2.hour and at the second phase was 27,76 1,87 g cm2.hour. Total cumulative amount of penetrated EGCG from non transfersom cream was 22,89 1,76 g cm2 and fluxs at the first phase was 16.84 1.79 g cm2.hour and at the second phase was 8,37 0,78 g cm2.hour. Based on these result it can be concluded that transfersome green tea leaves extract cream can increase penetration EGCG through the skin.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Amalia Handayani
Abstrak :
Transfersom merupakan suatu nano vesikel yang bersifat sangat elastis, sehingga ia dapat menembus membran tidak hanya karena sifatnya yang ampifilik namun juga karena ia dapat berubah bentuk. Namun, transfersom memiliki kekurangan, yaitu mudah mengalami degradasi oksidatif. Oleh karena itu, transfersom yang sudah jadi dilindungi di dalam suatu sistem mikrosfer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan mikrosfer transfersom dengan karakteristik yang baik dan stabil secara fisikokimia. Pada penelitian ini, transfersom dibuat menggunakan metode hidrasi lapis tipis dengan variasi perbandingan antara fosfolipid dan Span 80, yaitu 95:5, 90:10, dan 85:15. Dari ketiga formulasi, formula pertama terpilih untuk dijadikan mikrosfer menggunakan metode semprot kering, dengan bentuk yang sferis, berukuran 78,75 nm, indeks polidispersitas sebesar 0,187, zeta potensial sebesar -37,5 mV dan efisiensi penjerapan sebesar 47,96 5,81. Kemudian, mikrosfer yang dihasilkan berbentuk tidak sferis dan berkerut, memiliki ukuran partikel 2058,44 nm dengan indeks polidispersitas 0,545, efisiensi penjerapan sebesar 59,27 0,59 , kadar air 5,21 dan indeks mengembang sebesar 289,36 setelah 4 jam. Setelah dilakukan uji disolusi, jumlah EGCG kumulatif yang diperoleh adalah 69,15 7,66 . Dari hasil tersebut diketahui bahwa, stabilitas mikrosfer transfersom dan serbuk transfersom tidak memiliki perbedaan yang siginifikan. ......Transfersome is an elastic nano vesicle. It can go through a membrane because it is an amphiphilic and ultradeformable particle. However, transfersome has a weakness, it can go through oxidative degradation. Therefore, transfersome needs to be protected in a microsphere system. The aim of this study was to prepare transfersome loaded microsphere which has good characteristic and physicochemical stability. In this research, transfersome was made using thin layer hydration method. Green tea leaves extract transfersomes were formulated in the ratio of 95 5, 90 10, and 85 15 based on the amount of phospholipid and Span 80. The best formula was formula 1 F1 that had spherical shape, its size was 78.75 nm, polydispersity index 0.187, zeta potential 37.5 mV and entrapment efficiency 47.96 5.81. After that, transfersome was loaded into microsphere using spray dry method. It had non spherical and wrinkled shape, its size was 2058,44 nm, polydispersity index 0.545, entrapment efficiency 59.27 0.59, moisture content 5.21, and swelling index 289.36 after 4 hours. Total cumulative amount of EGCG after dissolution test was 69.15 7.66. The conclusion is that transfersome loaded microsphere has no significant difference with transfersome powder in physicochemical stability.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69569
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Ramadhanty Valensya Sherman
Abstrak :
ABSTRAK
Epigalokatekin galat EGCG dapat menghambat absorpsi glukosa ke dalam darah dengan cara menghambat enzim ? ? ? ? ? ? ? ? -glukosidase yang terdapat di usus halus. EGCG diketahui tidak stabil dalam cairan lambung karena dapat terdegradasi. Formulasi EGCG ke dalam sediaan enterik diharapkan dapat mencegah degradasi EGCG dalam cairan lambung sehingga meningkatkan aktivitasnya sebagai inhibitor enzim ? ? ? ? ? ? ? ? -glukosidase. Granul dibuat dengan metode granulasi basah dan diformulasikan menjadi 3 formula dengan menggunakan polimer PVP-Eudragit L100-55 = 5:1 F1, PVP-Eudragit L100-55 = 1:1 F2, dan Eudragit L100-55 F3 masing-masing sebesar 30 b/b sebagai matriks. Selanjutnya sediaan dievaluasi yakni uji organoleptis, sifat alir, distribusi ukuran partikel, kandungan zat aktif, dan uji disolusi pada pH 1,2 dan 6,8. Hasil uji organoleptis granul berupa padatan besar tunggal yang merata berwarna oranye kecoklatan, beraroma teh hijau dengan rasa sedikit pahit. Ketiga formula memiliki sifat alir yang baik berdasarkan uji laju alir, sudut istirahat, indeks kompresibilitas dan rasio Hausner. Distribusi ukuran terbanyak pada ketiga formula terletak antara 710 ndash; 1180 m. Kandungan EGCG dalam ketiga formula secara berturut-turut sebesar 24,05 0,15 ; 24,78 0,14 dan 24,96 0,28. Hasil uji disolusi menunjukkan F1 dan F2 melepaskan EGCG sebesar 50,53 0,04 dan 17,80 0,55 dalam medium HCl pH 1,2 setelah 2 jam pengujian. Jumlah kumulatif pelepasan obat pada F1 dan F2 setelah pengujian dalam medium HCl pH 1,2 dan dapar fosfat pH 6,8 masing-masing sebesar 94,40 1,58 dan 93,70 1,08. Formula 3 dengan 30 b/b Eudragit L100-55 merupakan formula terbaik karena dapat menahan pelepasan obat dalam medium HCl pH 1,2 selama 2 jam kurang dari 10, yakni 7,03 0,22 dan memiliki jumlah kumulatif pelepasan obat dalam medium HCl pH 1,2 dan dapar fosfat pH 6,8 > 80, yakni 86,13 0,20.
ABSTRACT
Epigallocatechin gallate EGCG can inhibit the absorption of glucose into the blood by the mechanism of inhibiting an glucosidase enzyme found in the small intestine. EGCG is unstable in gastric fluid because it can be degraded. EGCG formulation into the enteric preparations is expected to prevent the degradation of EGCG in gastric fluid thus increasing activity as an glucosidase inhibitor. Granules were prepared by wet granulation method and formulated into 3 formulas using PVP Eudragit L100 55 5 1 F1 , PVP Eudragit L100 55 1 1 F2, and Eudragit L100 55 F3 respectively 30 w w as a matrix. Furthermore, the granules were evaluated i.e organoleptic test, flow properties, particle size distribution, EGCG levels, and dissolution test at pH 1.2 and 6.8. The results of an organoleptic test of granules in the form of a single large solid that is evenly brownish orange with the scent of green tea and a bit bitter. All three formulas have a good flow properties and the particle size distribution lies between 710 1180 m. EGCG levels in the three formulas are 24,05 0,15 24,78 0,14 and 24,96 0,28. The dissolution test showed that F1 and F2 releases EGCG of 50.53 0.04 and 17.80 0.55 respectively after 2 hours of testing in HCl medium pH 1.2. The cumulative amount of drug release on F1 and F2 after 2 hours of testing in HCl pH 1.2 and 1 hour of testing in phosphate buffer pH 6.8 were 94.40 1.58 and 93.70 1.08. Granules with 30 w w Eudragit L100 55 as a matrix F3 is the best formula because it can withstand drug release less than 10 i.e 7.03 0.22 at HCl medium pH 1.2 for 2 hours and has a cumulative amount of drug release in HCl medium pH 1.2 and phosphate buffer pH 6.8 80, i.e 86.13 0.20.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harianja, Rindo Widia
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S27847
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>