Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Albertus Yogo Dwi Sancoko
Abstrak :
ABSTRAK
Sub DAS Komering termasuk salah satu dari Sub DAS prioritas dari 9 Sub DAS Musi dengan luas mencapai 8060 km2. Pembangunan yang terjadi di kawasan ini harus dapat menjamin daya dukung tanah yang berkelanjutan, namun fakta yang terjadi adalah hutan, yang memiliki peran utama dalam menjaga keberlanjutan lingkungan, semakin menurun luasannya. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi perubahan penggunaan tanah dengan pendekatan model spasial dinamik. Metode yang digunakan untuk memprediksi perubahan penggunaan tanah adalah dengan pemodelan Markov ndash; Cellular Automata, selain itu, untuk mengevaluasi kesesuaian penggunaan tanah terhadap RTRW didapatkan dari hasil analisis tumpang tindih overlay . Parameter yang digunakan dalam penelitian ini antara lain lereng, elevasi, jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari ibukota kecamatan, dan jarak dari permukiman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tanah di DAS Komering didominasi oleh hutan, perkebunan dan sawah. Selama rentang waktu tahun 1990-2016 DAS Komering mengalami penurunan luasan hutan yang cukup drastis yaitu seluas 157.514 hektar 19,54 dan peningkatan luasan perkebunan seluas 238.377 hektar 29,58 . Hasil prediksi penggunaan tanah tahun 2030 kembali menunjukkan penurunan luasan hutan seluas 50.047 hektar 6,21 dari luasan tahun 2016. Berdasarkan hasil prediksi persentase ketidaksesuaian penggunaan tanah terhadap RTRW sebesar 20,35 . Arahan pengendalian penggunaan tanah dengan skenario, dimana hutan yang berada di kawasan lindung dan penggunaan tanah sawah dipertahankan keberadaannya merupakan skenario yang efektif karena dapat menghambat penurunan luas perubahan penggunaan tanah hutan dan penurunan luas perubahan penggunaan tanah sawah serta menurunkan nilai ketidaksesuaian terhadap RTRW menjadi 14,79
ABSTRACT
The Komering watershed is one of nine sub Musi river basin and is located in the southern part of Sumatra island that has an area of 8060,62 km2. The development that occurred in the region should be able to guarantee the sustainable carrying capacity of the land. However, the fact is happening is forest, which has a major role in maintaining environmental sustainability, decreasing its range. This study aims to predict land use changes with a dynamic approach to spatial models. The method used to predict land use changes are the Markov Cellular Automata, in addition, to evaluate the appropriateness of using the land to the RTRW with overlay analysis. The parameters used in this study include slope, elevation, distance from the road, distance from the river, the distance from the capital district, and distance from settlements. The results showed that the land use in the Komering watershed dominated by forests, plantations and rice fields. Over the years 1990 2016 Komering Watershed experience drastic decrease in forest land use up to 157.514 ha 19,54 and an increase in plantation area up to 238.377 ha 29,58 . Land use predictive result in 2030 also shows decrease of forest acreage up to 50.047 ha 6,21 of the area in 2016. Based on the prediction existing land use unconformity percentage to RTRW in Komering watershed is 20,35 . Directive of scenario , where forest in protected areas and paddy fields areas are maintained is effective because it can inhibit a broad decline the change of use of forest and paddy fields, as well as lowering the value of land use unconformity percentage to RTRW be 14,79 .
2017
T47019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Salsabilla
Abstrak :
ABSTRAK
Perubahan penggunaan lahan di Daerah Aliran Sungai DAS memicu terjadinya degradasi lingkungan. Perhitungan nilai erosi masih sulit dilakukan karena beberapa faktor seperti iklim, topografi, penggunaan lahan, dan aktivitas manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menilai tingkat erosi serta produksi sedimen di DAS Komering 806.001 Ha , Sumatera Selatan menggunakan model hidrologi SWAT Soil and Water Assesment Tools . Model SWAT dipilih karena model ini dapat mensimulasikan model dengan data yang terbatas. Terdapat dua faktor intervensi dalam penelitian ini, yaitu: 1 Lahan dengan pertanian sawah, dan 2 Lahan dengan ladang dan kebun. Kedua faktor ini dipilih berdasarkan kebijakan yang ada di dalam wilayah penelitian. Penggunaan model SWAT menunjukan bahwa model ini dapat digunakan untuk memprediksi nilai limpasan, erosi, dan produksi sedimen. HRU yang dominan di DAS Komering yaitu HRU kebun yang menyebar di setiap Sub-DAS di DAS Komering. Hasil proses SWAT membentuk 742 karakteristik HRU. Erosi tertinggi terjadi di Sub-DAS 53 dimana pada daerah ini HRU dominan kebun/3856/>45. HRU yang kompleks tidak berpengaruh terhadap bahaya erosi.
ABSTRACT
Changes in land use watershed led to environmental degradation. Estimation of soil erosion loss is often difficult due to the some factors such as climate, topography, land use, and human activities. This study aimed to predict soil erosion hazard and sediment yield using the Soil and Water Assesment Tools SWAT hydrological model. The SWAT was chosen because it can simulate model with limited data. The study area is Komering watershed 806.001 Ha in South Sumatera Province. There are two factors land management intervention 1 land with agriculture, and 2 land with cultivation. These factors selected in accordance with the regulations of spatial plan area. Application of the SWAT demonstrated that the model can predict surface runoff, soil erosion loss and sediment yield. The erosion risk for each watersheds can be classified and predicted its changes based on the scenarios which arranged. The dominant HRU is HRU with land cultivation. This HRU are spread throughout Komering watershed. There are 743 HRU in 56 sub basin. The highest erosion in sub basin 53 with code landcultivation 3856 45. There isn rsquo t correlation between complex HRU and erosion.
2017
T47004
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library