Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulidar
"Latar Belakang: Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) atau Prevention of Mother Child Transmission (PMTCT) telah terbukti sebagai intervensi yang sangat efektif untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak, meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian ibu. Untuk mencapai kesehatan ibu yang baik diperlukan kontinuitas dalam menjalankan PPIA. Retention in care telah terbukti penting untuk mencapai keberhasilan pengobatan HIV.
Tujuan: Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan retention in care satu tahun pasca persalinan pada pasien yang menjalani PPIA di UPT HIV RSCM.
Metode: Studi kohort retrospektif dilakukan pada 253 pasien HIV pasca persalinan yang mendapat PPIA dan berobat jalan di UPT HIV RSCM dalam kurun waktu Januari 2004 sampai Mei 2014. Penilaian retention in care satu tahun pasca PPIA dilakukan dengan melihat rekam medik. Data yang dikumpulkan berupa usia, kadar CD4 awal, toksisitas obat, pasien pengguna napza suntik [penasun/injecting drug user/(IDU)], lama mendapat ARV sebelum melahirkan, memiliki anak dengan status HIV positif, memiliki pasangan dengan status HIV positif, jarak rumah pasien ke RSCM, dan indikasi ARV. Dilakukan analisis bivariat dengan uji Chi Square dan Mann Whitney serta analisa multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Sebanyak 253 subjek diikutsertakan pada penelitian ini. Angka retention in care satu tahun pasca persalinan sebesar 55,3%. Analisis multivariat didapatkan faktor-faktor yang berhubungan dengan retention in care satu tahun pasca persalinan dengan kekuatan hubungan dari yang paling besar adalah indikasi ARV untuk terapi (OR= 3,812[IK 95%:1,825-7,966]), bukan penasun (OR=3,055 [IK 95%:1,382-6,752]), lama mendapat ARV sebelum melahirkan >6 bulan (OR= 2,657[IK 95%:1,328-5,316]), dan kadar CD4 awal <200 (OR= 2,033 [IK 95%:1,061-3,894]).
Simpulan: Faktor yang berhubungan retention in care satu tahun pasca persalinan adalah indikasi ARV untuk terapi, lama mendapat ARV sebelum melahirkan > 6 bulan, bukan penasun, dan kadar CD4 < 200 /mm3.

Background: Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT) has been proven to prevent maternal to child HIV transmission effectively, increase maternal health quality and decrease maternal mortality. Continuity in implementing PMTCT, in this case antiretroviral treatment, is important to improve maternal health. Retention in care is proven to be important for the successfulness of HIV treatment.
Aim : This research was intended to analyze factors that associated with one year after delivery retention in care in patient underwent PMTCT in integrated HIV Clinic RSCM.
Methods:This study was a retrospective cohort study among 253 post partum HIV patients who were given ARV for PMTCT in integrated HIV Clinic RSCM during January 2004 until May 2014. Evaluation on one year retention in care after PMTCT was performed by observing medical records of the patient. The collected data were factors thought to influence year after delivery retention in care which were age of the patient, level of initial CD4, ARV toxicity, injecting drug user, duration of ARV before delivery, having child with positive HIV status, having spouse with positive HIV status, distance from the residence to the hospital, and indication of ARV initiation. Bivariate analysis was performed by Chi Square and Mann Whitney test. Factors associated with retention in care were assessed using logistic regression.
Results: 253 subjects met the inclusion criteria.One year after delivery retention in care rate was 55,3%. Multivariate analysis found that factors significantly associated with one year retention in care were indication of ARV initiation for therapy (OR =3,812 [95% CI: 1,825-7,966]), non-IDU patients (OR=3,055 [95% CI: 1,382-6,752]),duration of ARV before delivery for more than 6 months (OR = 2,657 [95% CI: 1,328-5,316]), and level of initial CD4 more than 200/mm3 (OR = 2,033 [95% CI: 1,061-3,894]).
Conclusion: Factors significantly associated with one year after delivery retention in care were indication of ARV initiation for therapy, non-IDU patients,duration of ARV before delivery for more than 6 months, and level of initial CD4 more than 200/mm3."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummu Maratul Udzma
"Penyebab bayi dengan HIV sebagian besar terjadi karena penularan dari ibunya. Ibu hamil dengan HIV dapat menularkan virus kepada bayinya selama proses kehamilan, persalinan atau saat menyusui. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) merupakan intervensi yang sangat efektif untuk mencegah penularan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memahami implementasi program pencegahan penularan penyakit HIV dari ibu ke anak (PPIA) di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih dan Puskesmas Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat tahun 2020. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara wawancara dan telaahan dokumen. Hasil dari penelitian ini yaitu perlu adanya komitmen dalam menanggulangi masalah HIV dalam pelaksanaan program pencegahan penularan penyakit HIV dari ibu ke anak dengan meningkatkan sosialisasi kepada sasaran program yakni ibu hamil, pelatihan untuk SDM pelaksana program, peningkatan kualitas kegiatan konseling pra-tes dan pasca tes tentang HIV/AIDS, pengintegrasian pencatatan dan pelaporan serta penjadwalan monitoring dan evalusi yang lebih jelas. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu komunikasi, dana, standar operasional prosedur, sumber daya manusia, dan fasilitas mempengaruhi pelaksanaan proses pelayanan PPIA yang meliputi kegiatan konseling pra-tes dan pasca tes tentang HIV/AIDS, skrining HIV pada Ibu hamil, mekanisme rujukan, pencatatan dan pelaporan, serta kegiatan monitoring dan evaluasi. Seluruh proses tersebut memberikan pengaruh terhadap ketercapaian cakupan tes HIV kepada semua Ibu hamil.

The cause of babies with HIV is mostly due to transmission from their mother. Pregnant women with HIV can pass the virus to their babies during pregnancy, childbirth or while breastfeeding. Prevention of mother-to-child transmission of HIV (PMTCT) is a very effective intervention to prevent such transmission. This study aims to understand the implementation of the prevention program of mother-to-child transmission (PMTCT) of HIV in Puskesmas Cempaka Putih and Puskesmas Johar Baru Central Jakarta 2020. This study uses a qualitative approach by interviewing and reviewing documents. The results of this study are that there needs to be a commitment to tackling the problem of HIV in the implementation of prevention programs for HIV transmission from mother to child by increasing socialization to program targets, namely pregnant women, training for program implementing human resources, improving the quality of pre-test and post-test counseling activities about HIV/AIDS, the integration of recording and reporting as well as a clearer scheduling of monitoring and evaluation. The conclusion of this study is that communication, funds, standard operating procedures, human resources, and facilities affect the implementation of the PMTCT service process which includes pre-test and post-test counseling activities about HIV/AIDS, HIV screening for pregnant women, referral mechanisms, recording and reporting, as well as monitoring and evaluation activities. The entire process has an impact on the achievement of HIV testing coverage for all pregnant women."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhini Dwirespati
"

Infeksi human Immunodeficiency virus (HIV) yang berkembang menjadi acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dapat menurunkan angka harapan hidup. Setiap harinya sekitar 850 anak terinfeksi HIV dan 301 di antaranya meninggal karena AIDS. Secara global, penularan dari ibu ke anak menyumbang 90% kasus HIV baru pada anak. Meskipun intervensi untuk mencegah penularan dari ibu ke anak telah berhasil menurunkan tingkat penularan menjadi di bawah 1% di negara maju, namun penularan di negara berkembang masih tinggi, yaitu sebesar 8,9%. Kurangnya pengetahuan dan ketidakpatuhan terhadap rekomendasi yang ada pada program PPIA dapat menjadi penyebab PPIA di indonesia belum terlaksana dengan baik. Studi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dokter spesialis anak dan dokter spesialis obstetri/ginekologi (obsgin) di Jakarta mengenai PPIA HIV. Studi potong lintang ini melakukan survei pada 106 dokter spesialis anak dan 104 dokter spesialis obstetri/ginekologi di Jakarta menggunakan kuesioner online yang dibagikan melalui aplikasi WhatsApp©. Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang baru pertama kali dibuat dan belum pernah ada sebelumnya. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan, termasuk analisis statistik deskriptif untuk secara akurat menilai dan menginterpretasikan data tentang pemahaman dokter dan identifikasi faktor yang mempengaruhinya. Tingkat pengetahuan tentang PPIA HIV pada dokter spesialis anak di Jakarta mayoritas berada pada kategori sedang, dengan sebanyak 14% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah, 58% sedang, dan 27% tinggi. Aspek pengetahuan tentang profilaksis merupakan yang terendah pada dokter spesialis anak (sebanyak 41,5% mendapat nilai rendah). Sebaliknya, dokter spesialis obstetri/ginekologi menunjukkan pemahaman yang lebih baik tentang PPIA, dengan 80,8% responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan tidak ada yang berada pada kategori rendah. Secara keseluruhan, aspek pengetahuan tentang perawatan pasca-persalinan merupakan yang terendah pada dokter spesialis obsgin. Tidak ditemukan korelasi signifikan antara tingkat pengetahuan dengan variabel demografis atau pengalaman profesional di antara para spesialis.


Human immunodeficiency virus (HIV) infection progressing to acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) can significantly diminish life expectancy. Each day, around 850 children are infected with HIV, and among them, 301 succumb to AIDS. Globally, mother-to-child transmission accounts for 90% of new HIV cases in children. While interventions to prevent mother-to-child transmission have successfully reduced transmission rates to below 1% in developed countries, transmission in developing countries remains high, at 8.9%. Lack of knowledge and non-compliance with the recommendations in the PPIA program could potentially be reasons why the PPIA has not been effectively implemented in Indonesia. This study aims to assess the knowledge of pediatricians and obstetrician/gynecologist in Jakarta regarding prevention of mother-to-child HIV transmission and evaluate several factors that may influence it. This cross-sectional study surveyed 106 pediatricians and 104 obstetricians/gynecologists in Jakarta using a newly developed online questionnaire distributed via WhatsApp©. The questionnaire, specifically crafted and designed to measure knowledge about prevention of mother-to-child HIV transmission. Validity and reliability testing were conducted, including descriptive statistical analysis to accurately assess and interpret data regarding physicians' understanding about PMTCT-HIV.Pediatricians in Jakarta have a moderate understanding of PMTCT, with 14% having little awareness, 58% possessing intermediate knowledge, and 27% having excellent comprehension. The majority of pediatricians (41.5%) demonstrated poor understanding of transmission prophylaxis. On the other hand, obstetricians/gynecologists (obsgyn) demonstrated a greater understanding of PMTCT, with 80.8% indicating an excellent level of knowledge. Proficiency in post-natal care among obstetricians/gynecologists was found to be the lowest. There was no significant relationship between level of expertise and demographic variables or professional experience among medical specialists."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library