Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eunike Princella
Abstrak :
ABSTRACT
Setiap suku di Indonesia memiliki nilai dasar yang dijadikan pedoman dalam hidup. Pada masyarakat Batak, Dalihan Na Tolu merupakan budaya dalam bentuk sistem kekerabatan yang dijunjung tinggi pada masyarakat Batak untuk mendapatkan tiga berkat hidup, yakni hamoraon kekayaan, hagabeon keturunan, dan hasangapon kehormatan. Studi-studi sebelumnya menjelaskan perubahan Dalihan Na Tolu pada masyarakat Batak perkotaan namun tidak membahas bagaimana upaya mempertahankan nilai Dalihan Na Tolu tersebut dalam lingkup keluarga. Penelitian ini ingin membahas bagaimana sosialisasi yang dilakukan pada keluarga etnis Batak Toba dalam menghadapi perubahan sosial di perkotaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dalihan Na Tolu dan 3 tiga berkat hidup orang Batak masih dipertahankan di masyarakat Batak perkotaan. Pola sosialisasi yang efektif digunakan keluarga khususnya orang tua dalam menurunkan nilai Dalihan Na Tolu dan 3 tiga berkat hidup adalah dengan pola sosialisasi demokratis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam pada keluarga Batak Toba yang masing-masing keluarga terdiri dari satu ayah, satu ibu, dan dua anak yang berjemaat di HKBP di DKI Jakarta.
ABSTRACT
Each ethnics in Indonesia has a basic value that is used as a guide in life. In Batak community, Dalihan Na Tolu is a culture in the form of a kinship system that is upheld in the Batak community to get three blessings of life, namely hamoraon wealth, hagabeon generation, and hasangapon honor. Previous studies have explained Dalihan Na Tolu 39 s change to the Batak community in urban context but did not discuss how to maintain the value of Dalihan Na Tolu itself in the family sphere. This research would like to discuss how socialization conducted on Toba families in facing social changes in urban areas. The results show that Dalihan Na Tolu and three blessings of life are still maintained in Batak community in urban context. The effective socialization patterns used by families, especially parents in teaching Dalihan Na Tolu and three blessings of life is the democratic socialization. This research used qualitative method with in depth interview to Toba family which each family consist of one father, one mother, and two children who are members of HKBP in DKI Jakarta.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Pahala Rizky
Abstrak :
Tulisan ini memaparkan mutuality of being yang tampak melalui tradisi mangain (mengangkat anak) dalam masyarakat Batak Toba yang telah berkembang dari waktu ke waktu. Mangain akrab bagi orang Batak Toba yang hendak melakukan pernikahan campuran dengan Suku Bangsa non-Batak. Keutuhan fungsi mangain kenyataannya berakar pada ‘mengangkat anak kecil’. Tradisi ini mengarahkan para penerima marga Batak Toba—saya sebut “orang Batak baru”—, tidak hanya masyarakat keturunan asli Batak Toba, kepada kehidupan kekerabatan Dalihan Na Tolu yang saling bergantung satu sama lain. Mangain, di sisi lain, tidak mendorong mereka untuk melupakan jasa orang tua yang telah melahirkan dan merawat mereka sampai dewasa. Mangain alhasil menjadi contoh tradisi yang dapat mengeratkan persatuan Indonesia yang merupakan negara plural karena kekerabatan tidak hanya dipandang dari keturunan darah. Keberagaman selama ini dipandang menjadi sumber konflik kepentingan antarkelompok di Indonesia. Hasil akhir tulisan ini menunjukkan bahwa tradisi mangain mengakomodasi orang Batak Toba untuk mengasihi orang-orang non-Batak, begitu juga sebaliknya, yang terlihat dari implikasi mutuality of being di dalamnya. Data arsip, tulisan para akademisi dari berbagai bidang sampai bentuk karya tulis lainnya, menjadi basis penelitian kali ini. Wawancara informan yang telah terlibat langsung dalam proses mangain, bahkan ditulis dalam sebuah buku, kemudian melengkapi karya tulis ini. ...... This paper explains mutuality of being that is seen through the tradition of mangain (adopt a child) in Batak Toba society which has progressed over time. This tradition is familiar for the Batak Toba people who want to do mixed marriage with non-Batak ethnic groups. In the reality, the whole function of mangain is rooted on ‘child adoption’. This tradition directs people who receive a Batak Toba clan—I called it the “orang Batak baru”—, not only Batak Toba people, to a Dalihan Na Tolu life which is mutually dependent on each other. On the other hand, mangain does not encourage them forget their parents who gave birth to, and nurturanced for, them. Mangain has become an example of a tradition that can strengthen the unity of Indonesia, a plural country, because kinship in here is not only seen from procreation. Diversity has been seen as a source of conflict of interest between groups in Indonesia. The final result of this article showed that mangain tradition accommodates the Batak Toba people love non-Batak people, and vice versa, which can be seen from the implications of the mutuality of being in it. Archival data, writing of academics from various fields up to other forms of writing, became the basis of this research. Interviews of informants who have been directly involved in the mangain process, even wrote it in a book, then completed this paper.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Pahala Rizky
Abstrak :
Tulisan ini memaparkan mutuality of being yang tampak melalui tradisi mangain (mengangkat anak) dalam masyarakat Batak Toba yang telah berkembang dari waktu ke waktu. Mangain akrab bagi orang Batak Toba yang hendak melakukan pernikahan campuran dengan Suku Bangsa non-Batak. Keutuhan fungsi mangain kenyataannya berakar pada ‘mengangkat anak kecil’. Tradisi ini mengarahkan para penerima marga Batak Toba—saya sebut “orang Batak baru”—, tidak hanya masyarakat keturunan asli Batak Toba, kepada kehidupan kekerabatan Dalihan Na Tolu yang saling bergantung satu sama lain. Mangain, di sisi lain, tidak mendorong mereka untuk melupakan jasa orang tua yang telah melahirkan dan merawat mereka sampai dewasa. Mangain alhasil menjadi contoh tradisi yang dapat mengeratkan persatuan Indonesia yang merupakan negara plural karena kekerabatan tidak hanya dipandang dari keturunan darah. Keberagaman selama ini dipandang menjadi sumber konflik kepentingan antarkelompok di Indonesia. Hasil akhir tulisan ini menunjukkan bahwa tradisi mangain mengakomodasi orang Batak Toba untuk mengasihi orang-orang non-Batak, begitu juga sebaliknya, yang terlihat dari implikasi mutuality of being di dalamnya. Data arsip, tulisan para akademisi dari berbagai bidang sampai bentuk karya tulis lainnya, menjadi basis penelitian kali ini. Wawancara informan yang telah terlibat langsung dalam proses mangain, bahkan ditulis dalam sebuah buku, kemudian melengkapi karya tulis ini. ......This paper explains mutuality of being that is seen through the tradition of mangain (adopt a child) in Batak Toba society which has progressed over time. This tradition is familiar for the Batak Toba people who want to do mixed marriage with non-Batak ethnic groups. In the reality, the whole function of mangain is rooted on ‘child adoption’. This tradition directs people who receive a Batak Toba clan—I called it the “orang Batak baru”—, not only Batak Toba people, to a Dalihan Na Tolu life which is mutually dependent on each other. On the other hand, mangain does not encourage them forget their parents who gave birth to, and nurturanced for, them. Mangain has become an example of a tradition that can strengthen the unity of Indonesia, a plural country, because kinship in here is not only seen from procreation. Diversity has been seen as a source of conflict of interest between groups in Indonesia. The final result of this article showed that mangain tradition accommodates the Batak Toba people love non-Batak people, and vice versa, which can be seen from the implications of the mutuality of being in it. Archival data, writing of academics from various fields up to other forms of writing, became the basis of this research. Interviews of informants who have been directly involved in the mangain process, even wrote it in a book, then completed this paper.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Robert
Abstrak :
Tesis ini adalah kajian tentang Dalihan na Tolu dan kegiatan ekonomi, yang mengambil studi kasus pada Orang Batak Toba di Porsea. Hal ini dilatarbelakangi oleh kuatnya sistem kekerabatan berdasarkan prinsip Dalihan na Tolu, yang unsur-unsurnya adalah dongan tutu, hula-hula, dan boru dalam melaksanakan upacara adat. Dalam melaksanakan upacara adat tersebut ketiga unsur menyatakan sebagai satu pelaksana adat (si sada ulaon). Pernyataan sebagai satu pelaksana adat mengakibatkan apabila pada upacara adat, salah satu di antara ketiga unsur tidak diikutsertakan maka upacara adat tidak dapat dilaksanakan. Apabila anggota dan masing-masing unsur tidak diikusertakan dalam upacara adat, hal itu dikategorikan pengucilan yang menyakitkan. Saling menghormati di antara Orang Batak Toba tidak saja hanya dalam percakapan ataupun sekedar istilah kekerabatan saja tetapi jugu dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Berangkat dan terintegrasinya Orang Batak Toba dalam melaksanaan sebuah upacara adat, penelitian ini mencoba melihat kekuatan dari semangat Dalihan na Tolu itu dalam kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, permasalahan pokoknya adalah bagaimana peranan Dalihan na Tolu dalam kegiatan ekonomi Orang Batak Toba. Apakah memang kerja sama yang luar biasa kuatnya dalam pelaksanaan adat Orang Batak Toba juga berperan dalam kegiatan ekonomi. Penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan itu. Teori yang digunakan untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini adalah teori sistem kekerabatan yang diperkenalkan oleh Murdock dan teori struktur sosial yang diperkenalkan oleh Redcliffe-Brown. Penggunaan teori ini karena Dalihan na Tolu tidak terlepas dart sistem kekerabatan Orang Batak Toba, dan sebagai sebuah sistem kekerabatan, di sana terjadi hubungan-hubungan sosial. Hubungan sosial terwujud karena adanya struktur sosial. Teori struktur sosial inilah yang melihat hubungan-hubungan sosial yang ada dalam sistem kekerabatan tersebut. Penelitian ini berangkat dari asumsi bahwa sistem kekerabatan yang merupakan bagian dari struktur sosial berpengaruh terhadap seluruh kehidupan masyarakat termasuk kegiatan ekonomi. Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem kekerabatan berdasarkan prinsip Dalihan na Tolu kurang terlihat peranannya dalam kegiatan ekonomi Orang Batak Toba di Kelurahan Pasar Porsea dan Patane III. Dalihan na Tolu yang dapat dikategorikan sebagai modal sosial yang menyemangati Orang Batak Toba untuk bekerja sama dalam pelaksanaan adat, yang menjadi salah satu faktor untuk membentuk perkumpulan klen tidak saja di Kecamatan Porsea juga di daerah-daerah lain tidak tercermin dalam kegiatan perekonomian. Orang Batak Toba yang bermukim di Kecamatan Porsea berjalan sendiri-sendiri. Bentuk-bentuk jaringan ekonomi yang terbentuk pun hanya didasarkan kepada kepentingan ekonomi saja, walaupun aktor-aktor yang sating berhubungan dalam bidang ekonomi itu melahirkan istilah-istilah kekerabatan setelah merujuk pada unsur-unsur dalam unit Dalihan na Tolu masing-masing. Kendati peranan Dalihan na Tolu tidak tercermin dalam kegiatan ekonomi, para pelaku ekonomi tidak menafikan bahwa unsur-unsur dari Dalihan na Tolu dapat terlibat dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh aktor. Akan tetapi pengalaman mereka mencatat bahwa melibatkan unsur-unsur Dalihan na Tolu dalam kegiatan ekonomi dapat merusak hubungan sosial mereka yang berkerabat. Sebab, ketersinggungan dalam kegiatan ekonomi dapat berakibat ketersinggungan dalam kehidupan sosial. Hal lain yang mengakibatkan para pelaku ekonomi lebih memilih orang luar untuk bekerja dalam usaha ekonominya adalah karena anggota kerabat tersebut relatif lebih sulit diajak bekerja sama. Ada anggapan bekerja ditempat kerabat justru memperkaya pemilik usaha saja. Sementara dari pihak yang mau diajak untuk bekerja itu lebih memilih bekerja di tempat lain. Sebab dengan demikian, mereka lebih babas untuk bekerja. Dengan hasil penelitian yang demikian, Dalihan na Tolu yang dapat mengikat Orang Batak Toba di mana pun berada hanya efektif di kegiatan adat saja, sementara dalam kegiatan ekonomi, dengan aturan-aturan yang ada di dalamnya tidak efektif untuk membangun sebuah kekuatan ekonomi di kalangan Orang Batak Toba di Kecamatan Porsea.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Duma Yanti
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang warisan budaya tidak berwujud masyarakat Batak yang dikenal dengan nama Dalihan Na Tolu yang namanya diambil dari benda budaya berupa tungku batu tiga kaki. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sebuah bentuk pameran tetap yang dapat meluluhkan stereotip negatif yang berkembang di masyarakat umum terhadap masyarakat Batak, dengan menampilkan Dalihan Na Tolu sebagai identitas masyarakat Batak yang dikomunikasikan lewat pameran tetap Museum Batak TB Silalahi Center (selanjutnya disingkat Museum Batak TBSC). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode observasi dan dokumentasi. Data kemudian diolah secara deskriptif analitik. Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) Dalihan Na Tolu merupakan warisan budaya tidak berwujud yang patut diangkat menjadi identitas masyarakat Batak di Museum Batak TBSC; (2) Museum Batak TBSC saat ini belum menonjolkan Dalihan Na Tolu sebagai identitas Batak dalam pameran tetapnya; (3) Menampilkan Dalihan Na Tolu di Museum Batak TBSC dapat dilakukan dengan menghubungkan koleksi yang disusun dalam satu tema dengan Dalihan Na Tolu; (4) Untuk menyederhanakan pemahaman terhadap Dalihan Na Tolu dilakukan dengan cara menghasilkan makna konotasinya dengan teori Roland Barthes dari makna harafiah Dalihan Na Tolu sebagai tungku batu tiga kaki; (5) Makna konotasi Dalihan Na Tolu adalah struktur Sosial masyarakat Batak, masyarakat yang seimbang, Masyarakat yang menjunjung kerjasama, masyarakat yang rukun dan saling menghormati; (6) Pameran tetap Museum Batak TBSC didekonstruksi dan disusun dalam sepuluh tema yang merangkul keunikan masyarakat Batak dan setiap tema akan membangun salah satu makna konotatif Dalihan Na Tolu. ......This study discusses the intangible cultural heritage of Batak society known as Dalihan Na Tolu. The name of Dalihan Na Tolu is taken from the name of a material culture which means the form of three-foot stone hearth. The purpose of this study is to create a permanent exhibition form that can be devastatingly negative stereotypes of the Batak people that developed in the general public, by displays Dalihan Na Tolu as Batak society identity that communicated through the permanent exhibition of Museum Batak TB Silalahi Center (hereinafter abbreviated as Museum Batak TBSC). This study used a qualitative approach. Data were collected through observation and documentation methods, and then processed by descriptive analytic. Results of data analysis indicate that: (1) Dalihan Tolu is an intangible cultural heritage should be communicated as Batak’s identity; (2) Currently, Museum Batak TBSC not accentuate Dalihan Na Tolu as Batak identity; (3) Showing Dalihan Tolu in Batak Museum can be done by connecting Dalihan Na Tolu with the collection is arranged in a theme; (4) The understanding of Dalihan Na Tolu is simplified through generating connotation meaning of Dalihan Na Tolu through Roland Barthes's theory; (5) Connotation meanings of Dalihan Na Tolu is the social structure of Batak society, balanced society, people who uphold cooperation, society of harmony and mutual respect; (6) The permanent exhibition of Museum Batak TBSC deconstructed and organized into ten themes that embrace the uniqueness of Batak society and each theme will build one of the connotative meaning of Dalihan Na Tolu.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T34953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover