Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasyatillah
Abstrak :
Praktik kerja profesi apoteker di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo bertujuan untuk mengevaluasi jumlah obat di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo berdasarkan klasifikasi Beers Criteria Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Metode pelaksanaan dilakukan dengan melihat daftar lemari obat yang berada di ruang farmasi Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Data diambil berupa daftar obat di lemari obat yang berisi obat oral, topikal, tetes mata, tetes telinga, obat narkotika dan psikotropika. Kemudian penelusuran literatur menggunakan Beers Criteria sebagai kategori untuk tiap-tiap obat. Obat-obat di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo yang termasuk ke dalam Beers criteria adalah sebanyak 20% (19 obat). Adapun obat yang termasuk kategori 1 sebanyak 47% (9 obat), kategori 2 sebanyak 26% (5 obat), kategori 3 sebanyak 11% (2 obat) dan kategori 5 sebanyak 16% (3 obat). ...... The aim of the professional pharmacist work practice at the Puskesmas Pasar Rebo is to evaluate the number of drugs at the Puskesmas Pasar Rebo based on the Beers Criteria classification. The implementation method is carried out by examining the list of drug cabinets in the pharmacy room of the Puskesmas Pasar Rebo, East Jakarta. The data collected consists of the list of drugs in the cabinet, including oral, topical, eye drops, ear drops, narcotics, and psychotropic drugs. Subsequently, a literature review using the Beers Criteria is conducted to categorize each drug. The drugs at the Puskesmas Pasar Rebo that fall under the Beers Criteria account for 20% (19 drugs). Among these, drugs in category 1 make up 47% (9 drugs), category 2 makes up 26% (5 drugs), category 3 makes up 11% (2 drugs), and category 5 makes up 16% (3 drugs).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Melati
Abstrak :
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di puskesmas tidak terlepas dari peran apoteker dalam menjalankan pelayanan kefarmasian. Dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian, obat merupakan hal terpenting dan menjadi komponen tak tergantikan. Dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat, diperlukan adanya formularium puskesmas. Formularium Puskesmas selalu dilakukan pemberharuan mengikuti formularium nasional. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perubahan daftar obat pada kelas terapi analgesik, antipiretik, antiinflamasi non steroid, antipirai dalam formularium puskesmas kecamatan Palmerah dari periode sebelumnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan data primer dari Formularium Puskesmas Kecamatan Palmerah periode tahun 2020 dan formularium nasional 2022. Berdasarkan hasil penelitian terdapat obat yang dimasukkan dalam formularium puskesmas tahun 2022 dan ada yang dikrluarkan dari formularium puskesmas sebelumnya. Obat yang dimasukkan yaitu seperti paracetamol suppositoria 125 mg pada kelas terapi analgetic, antipiretik, antiinflamasi, dan antipirai, amiodaron 50mg/mL, Klonidin 150 mg pada kelas terapi kardiovaskular. Dan obat yang dikeluarkan dari formularium sebelumnya yaitu seperti digoksin tablet 0,25 mg, propanolol 10 mg, telmisartan tablet 40 mg dan 80 mg, spironolakton tablet 25 mg, dan simvastatin tablet 10 mg (pada kelas terapi kardiovaskular). ......The delivery of health services at the Public health center is inseparable from the role of pharmacists in carrying out pharmaceutical services. In the implementation of pharmaceutical services, drugs are the most important thing and become an irreplaceable component. In order to realize the availability of quality and affordable medicines for all levels of society, it is necessary to have a Public health center formulary. The Public health center formulary is always updated to follow the national formulary. The purpose of this study was to determine changes in the list of drugs in the analgesic, antipyretic, non-steroidal anti-inflammatory, antipyretic therapy class in the formulary of the Palmerah Health Center from the previous period. This study used a descriptive method using primary data from the 2020 Palmerah Subdistrict Health Center Formulary and the 2022 National Formulary. Based on the results of the study, there were drugs included in the 2022 Public health center formulary and some were excluded from the previous Public health center formulary. The drugs included were paracetamol suppository 125 mg in the class of analgesic, antipyretic, anti-inflammatory and antipyretic therapy, amiodarone 50 mg/mL, clonidine 150 mg in the class of cardiovascular therapy. And the drugs removed from the previous formulary were digoxin tablets 0.25 mg, propranolol 10 mg, telmisartan tablets 40 mg and 80 mg, spironolactone tablets 25 mg, and simvastatin tablets 10 mg (in the cardiovascular therapy class).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarjaini Jamal
Abstrak :
ABSTRAK
Thesis ini berusaha menunjukkan deskripsi penggunaan obat DOPB dikalangan dokter praktek di DKI Jakarta, disamping menelusuri juga faktor-faktor yang berpengaruh pada penggunaannya.

Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan perilaku dengan mengambil ?PRECEDE frame work" dari Green (1980) sebagai dasar kerangka konsepsional.

Penelitian ini dilakukan pada awal 1989 dengan mewawancarai 231 orang dokter praktek dengan rincian 120 orang dokter umum, 44 orang dokter spesialis dan 67 orang dokter gigi yang tersebar di lima wilayah DKI Jakarta. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang telah diuji sebelumnya. Tiap dokter/dokter gigi yang terpilih sebagai responden didatangi oleh peneliti. Responden yang tak berhasil diwawancarai setelah dikunjungi tiga kali diganti dengan responden cadangan yang telah disiapkan sebelumnya.

Thesis ini menunjukkan 15 macam obat DOPB yang banyak digunakan oleh dokter praktek di DKI Jakarta, antara lain adalah:
Antalgin 500 mg tablet, Ampisillina 500 mg kaplet, Tetrasiklin 250 mg kapsul dan CTM 4 mg tablet. Disamping itu juga diketahui bahwa tingkat penggunaan obat DOPB dikalangan dokter praktek di DKI Jakarta masih sangat rendah,yaitu baru meliputi kurang dari 9 orang pasien sebulan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan obat DOPB dikalangan dokter praktek di DKI Jakarta adalah:
1.Pengetahuan dokter tentang program obat DOPB
2.Kepercayaan dokter terhadap kualitas obat DOPB
3.Kebiasaan dokter menuliskan obat paten dan generik dalam resep
4.Status kepegawaian dokter
5.Tempat kerja dokter pagi hari
6.Kelas sosial pasien

Disamping itu thesis ini mengemukakan pula beberapa saran untuk peningkatan penggunaan obat DOPB dimasa yang akan datang, yaitu:
1.Agar obat DOPE ditambah sehingga mencakup spektrum penyakit yang lebih luas
2.Agar obat-obat itu disediakan di seluruh apotek
3.Agar diberikan informasi yang lebih luas tentang obat-obat tersebut kepada dokter praktek dan masyarakat lain.

Dalam upaya memasyarakatkan obat DCPB telah disusun suatu konsep ?sosial marketing'' obat DOPB, yang dapat mengidentifikasi faktor-faktor perilaku yang berkaitan dengan penggunaan obat DOPB oleh masyarakat, baik yang menghambat maupun yang mendorong serta cara mengatasinya.

1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezki Yuni Adelia
Abstrak :
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan salah satu hal yang dapat menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu karena sifatnya yang langsung bertanggung jawab kepada pasien. Salah satu pelayanan kefarmasian yang penting di puskesmas yaitu pelayanan resep. Peresepan yang baik dapat meningkatkan penggunaan obat secara rasional sehingga pasien menerima obat sesuai dengan indikasi klinis, dalam dosis yang tepat, untuk jangka waktu yang cukup, serta dengan biaya yang rendah. Untuk itu, diperlukan suatu daftar (formularium) dari obat yang harus tersedia dalam fasilitas kesehatan tingkat pertama. Formularium Nasional berfungsi sebagai acuan atau pedoman bagi penyedia layanan kesehatan yang bertujuan untuk menyediakan obat-obatan yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan jumlah tertentu. Namun, pengelolaan obat yang tidak efisien dapat memberikan dampak negatif, baik secara medis maupun ekonomi. Oleh karena itu, perlu adanya seleksi obat yang tepat melalui sistem formularium puskesmas untuk meningkatkan mutu terapi obat dan menurunkan kejadian efek samping obat. Analisis formularium nasional dilakukan dengan cara mendata obat-obat untuk dimasukkan ke formularium puskesmas lalu membandingkannya dengan Rencana Kebutuhan Obat (RKO) tahun 2022 dan tahun 2023. Daftar obat yang disusun sebagai formularium puskesmas didasarkan pada formularium nasional tahun 2021. Obat-obatan yang telah diseleksi dari formularium nasional lalu dibandingkan dengan RKO tahun 2022 dan tahun 2023. Dari hasil perbandingan, terdapat obat-obatan yang termasuk ke dalam RKO 2022 namun tidak termasuk dalam RKO 2023. Selain pelayanan resep, apoteker sebagai tenaga kesehatan di puskesmas memiliki tugas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, salah satunya dengan memberikan edukasi kesehatan kepada pengunjung puskesmas. Pemberian edukasi menggunakan alat bantu berupa leaflet dapat memudahkan peserta edukasi untuk memahami materi yang disampaikan. Pembuatan leaflet dilakukan dengan metode studi literatur, serta pelaksanaan edukasi kesehatan dilakukan dengan penyuluhan singkat serta penyebaran leaflet pada peserta penyuluhan. Pelaksanaan penyuluhan singkat menggunakan leaflet sebagai alat bantu sangat memudahkan materi sampai kepada peserta penyuluhan dan dipahami dengan baik. ......Pharmaceutical services at Community Health Centers are one of the things that can support quality health services because they are directly responsible to patients. One of the important pharmaceutical services at community health centers is prescription services. Good drug prescribing can increase the rational use of drugs so that patients receive drugs according to clinical indications, in the right dose, for a sufficient period of time, and at a low cost. For this reason, a list (formulary) of drugs that must be available in first-level health facilities is needed. The National Formulary functions as a reference or guideline for health service providers whose aim is to provide safe, efficacious, quality and affordable medicines in certain types and quantities. However, inefficient drug management can have negative impacts, both medically and economically. Therefore, there is a need for appropriate drug selection through the health center formulary system to improve the quality of drug therapy and reduce the incidence of drug side effects. National formulary analysis is carried out by listing the drugs to be included in the health center formulary and then comparing it with the 2022 and 2023 Drug Needs Plans (RKO). The list of drugs compiled as a health center formulary is based on the 2021 national formulary. from the national formulary and then compared with the 2022 and 2023 RKO. From the comparison results, there are medicines that are included in the 2022 RKO but are not included in the 2023 RKO. Apart from prescription services, pharmacists as health workers at community health centers have the task of improving community welfare, one of which is by providing health education to health center visitors. Providing education using tools in the form of leaflets can make it easier for education participants to understand the material presented. Making leaflets was carried out using the literature study method, and the implementation of health education was carried out by providing short counseling and distributing leaflets to counseling participants. Carrying out short counseling using leaflets as a tool really makes it easier for the material to reach the counseling participants and be understood well.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library