Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanda Pratiwi
"Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang hidup pada tubulus ginjal hewan reservoir, salah satunya tikus. Leptospira dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput mukosa (mulut dan mata) serta kulit. Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang penyebarannya paling luas di dunia. Leptopirosis memiliki potensi tinggi untuk terjadi di negara berkembang dan beriklim panas, seperti Indonesia. Di Indonesia, kasus leptospirosis hanya dilaporkan dari beberapa provinsi, termasuk DKI Jakarta. Selama tahun 2003-2007, kasus leptospirosis terbanyak dilaporkan dari DKI Jakarta dibandingkan dengan daerah endemis lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beberapa faktor risiko kejadian leptospirosis, yaitu unsur iklim (curah hujan, kelembaban dan suhu), kepadatan penduduk dan daerah rawan banjir dengan kasus leptospirosis. Disain studi yang digunakan adalah studi ekologi dengan menggunakan data sekunder.
Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara curah hujan (p=0,003), kelembaban rata-rata (p=0,000), suhu rata-rata (p=0,000) dan daerah rawan banjir (p=0,003) dengan kasus eptospirosis dan tidak ada hubungan yang signifikan antara kepadatan penduduk dengan kasus leptospirosis (p=0,272). Tidak ada hubungan spasial yang signifikan antara curah hujan, kelembaban ratarata, suhu rata-rata, kepadatan penduduk dan daerah rawan banjir dengan kasus leptospirosis.

Leptospirosis is caused by Leptospira bacteria, which live in renal tubule of reservoir host, especially rodent. Leptospira can entry into the host?s body through mucosa (mouth and eye) and skin. Leptospirosis is the most widespread zoonotic disease in the world. Leptospirosis has high potential to occur in developing countries and humid tropic zones, like Indonesia. In Indonesia, leptospirosis case is only reported from several provinces, including DKI Jakarta. During 2003-2007, the highest case of leptospirosis is reported from DKI Jakarta compared by the other endemic areas.
The purpose of this study is to know the correlation among several risk factors of leptospirosis, such as climate factors (rainfall, relative humidity and temperature), population density and flood risk area. Ecology study and secondary data are used in this study.
Result of statistic shows that there are significant correlation between leptospirosis case and rainfall (p=0,003), relative humidity (p=0,000), temperature (p=0,000), flood risk area (0,003). On the other hand there is no significant correlation between leptospirosis case and population density (p=0,272). There are no significant spatial association between leptospirosis case and rainfall, relative humidity, temperature, population density and flood risk area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Nugerahdita
"ABSTRAK
Kelurahan Petamburan khususnya RW 01, 02 dan 03 sebagian besar wilayahnya merupakan daerah rawan banjir dengan keadaan sosial ekonomi rendah sehingga memungkinkan tingginya prevalensi penyakit kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penyakit kulit pada beberapa RW di kelurahan Petamburan dan pengobatan serta faktor faktor yang mempengaruhinya. Data didapatkan melalui wawancara menggunakan kuesioner dengan responden yang mewakili keluarganya. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi penyakit kulit sebesar 47,57% dari 103 keluarga yang diamati, dengan jenis yang terbanyak adalah penyakit kulit akibat jamur (71,43%) dan sisanya adalah infeksi kulit oleh bakteri (28,57%). Tindakan pengobatan terbesar yang dilakukan penderita penyakit kulit adalah swamedikasi dengan obat modern (37,50%), sedangkan lainnya berobat ke fasilitas kesehatan (33,93%), tidak melakukan pengobatan (21,43%), dan swamedikasi dengan obat tradisional (7,14%). Uji statistik korelasi Spearman dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05 menunjukkan adanya hubungan bermakna antara tingkat ekonomi dengan kejadian penyakit kulit dan tindakan pengobatan penyakit kulit namun tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian penyakit kulit dan tindakan pengobatan penyakit kulit.

ABSTRACT
Most of area in Kelurahan Petamburan particularly in RW 01, 02 and 03 was flood area with low socio-economic condition, which cause possibility of high prevalence of skin diseases. The aim of this study was to determine prevalence of skin diseases in several RWs in Kelurahan Petamburan, the treatment and factors affecting them. The data was collected by interviewing the respondents whom represent their families using questionnaire. The result showed that skin diseases accounted for 47.57% of 103 families, with the largest number of spesific skin disease was fungal infections (71.43%) and the rest were bacterial infections (28.57%). The most often method of treatment that used by respondents was self treatment with modern medicine (37.50%) while the other methods were treatment in public health care (33.93%), no action (21.43%) and self treatment with traditional medicine (7.14%). Statistical test (Spearman's correlation) with level of significance (a) 0.05 showed that there was an association between economic level and skin disease and method of treatment but no association between education level and skin disease and method of treatment."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32403
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Palupi Widyastuti
"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang berpotensi menimbulkan wabah di Indonesia. Di Provinsi DKI Jakarta, Kota Administrasi Jakarta Selatan menempati peringkat kedua dalam total kasus DBD selama tahun 2007-2009 setelah Jakarta Timur. Kepadatan jumlah penduduk, jumlah tempat umum, jumlah daerah rawan banjir/genangan, dan Angka Bebas Jentik merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi penularan kasus DBD di masyarakat.Penelitian dengan desain studi ekologis ini menggunakan data sekunder dari Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan untuk melihat pemetaan tingkat kerentaan wilayah terhadap kasus DBD selama tahun 2007-2011.
Hasil penelitian memperlihatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara kepadatan penduduk, jumlah daerah rawan banjir, dan Angka Bebas Jentik dengan kasus DBD (r=-0,036; r=-0,134: r=0,065; p>0,05) dan terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah tempat umum dengan kasus DBD (r=-0,508; p<0,0001) di Kota Administrasi Jakarta Selatan selama tahun 2007-2011. Pemetaan yang dilakukan dengan yang memperhitungkan kelima variabel memperlihatkan gambaran tingkat kerentanan wilayah Kota Jakarta Selatan terhadap kasus DBD selama tahun 2007-2011.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is one of the infectious diseases which potentially cause an outbreak in Indonesia. In DKI Jakarta Province, South Jakarta city is placed as a second tops after East Jakarta in relation to DHF incidence during 2007-2009 periods. Population density, public places, flood prone areas, and larvae free index are the factors which can influence the transmission of DHF in community. This study used an ecology design based on secondary data from South Jakarta Health Office to find about the correlation between variables and developed an area mapping based on vulnerability level to DHF incidence at the districts level in South Jakarta, 2007-2011.
The result shows that statistically there?s no significantly correlation between population density, flood prone area, and larvae free index with the occurrence of DHF incidence (r=-0,036; r=-0,134: r=0,065; p>0,05), and there?s significantly correlation between public places and DHF incidence, with medium strength level and negative direction (r=-0,508; p<0,0001). The mapping which considers all five variables mentioned above shows the vulnerability level of district areas to DHF incidence in South Jakarta from 2007 to 2011.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35511
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library