Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanin
Abstrak :
Pajanan patogen melalui gastrointestinal pada daerah kumuh lebih tinggi dibanding nonkumuh. Hal tersebut mempengaruhi produksi protein globulin yang salah satunya berperan dalam sintesis IgA. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui perbandingan kadar IgA pada daerah kumuh dan nonkumuh serta hubungannya dengan rasio albumin terhadap globulin. Pengukuran kadar IgA dilakukan menggunakan metode radial immunodiffusion test (RIDT), sedangkan data rasio albumin terhadap globulin didapatkan dari penelitian sebelumnya. RIDT bekerja dengan prinsip difusi radial sampel antibodi menjauhi sumur berbentuk silindris. Pada kit, terdapat anti terhadap antibodi spesifik yang akan diukur. Hasilnya berupa ikatan antibodi dengan anti-antibodi membentuk cincin dan diukur diameternya. Nilai IgA dikonversi ke dalam satuan mg/L. Hasil analisis kadar IgA menggunakan uji Mann-Whitney menemukan kadar IgA daerah kumuh lebih tinggi dibandingkan nonkumuh namun tidak bermakna secara statistik (p=0,620). Kadar IgA dan rasio albumin globulin ditransformasi menjadi variabel kategorik dan dikelompokkan menjadi 4 zona. Pada zona 3 dimana rasio albumin terhadap globulin tinggi dan kadar IgA rendah, proporsi subjek didominasi oleh penduduk daerah nonkumuh dibandingkan kumuh (47% vs. 14%). Hasil uji Chi Square menunjukkan perbedaan proporsi subjek tersebut bermakna secara statistik (p=0,041). Hubungan antara rasio albumin terhadap globulin dengan ekspresi IgA dianalisis menggunakan uji Pearson dan ditemukan adanya korelasi negatif yang bermakna secara statistik (r= -0,319 dan p= 0,048). Oleh karena itu, dapat disimpulkan tingginya tingkat pajanan patogen melalui gastrointestinal pada daerah kumuh menyebabkan produksi IgA sebagai respon imun mukosa lebih tinggi dibandingkan dengan nonkumuh. Sintesis IgA tersebut berhubungan dengan rasio albumin terhadap globulin karena globulin merupakan komponen penyusun IgA.
Pathogenic exposure in slum is higher compared to nonslum area and mainly occurs through the gastrointestinal. It will affect the rate of globulin production which used as a component to synthesize immunoglobulin A (IgA) Therefore, author is interested to investigate comparison between IgA of people living in slum and non-slum area and the relation IgA expression with albumin globulin ratio. Measurement of the IgA was done using radial immunodiffusion test (RIDT), while the data of albumin globulin ratio was obtained from the previous research. Result of IgA analysis using Mann whitney test shows that IgA level of people living in slum area is higher than non-slum area but not statistically significant (p=0.620). Data of IgA level and albumin globulin ratio was transformed into categoric form and classified into four zones. Zone 3, where the IgA level is low and albumin globulin ratio is high, the subjects proportion found in this zone are dominated by people living in non-slum area (47% vs. 14%). This result is also supported by the Chi-square test that shows a significance difference between proportion of people living in slum and non-slum area found in the zone 3. Next, relation between albumin globulin ratio to the level of IgA was analyzed using Pearson test. The result shows that there is a significant negative correlation between albumin globulin ratio and IgA level (r= -0.319 dan p= 0.048). Therefore, it can be concluded that high level of pathogenic exposure through the gastrointestinal tract in slum area will lead to an increase of IgA production resulting higher level of IgA found in the serum. This IgA production on both populations has a relation with albumin globulin ratio since globulin is one of the constituent component of IgA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Vania Salsabella
Abstrak :
Pendahuluan: Kondisi permukiman dapat mempengaruhi tingkat pajanan mikroorganisme penduduknya. Penduduk yang tinggal di daerah kumuh memiliki risiko lebih tinggi untuk terpajan mikroorganisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ekspresi IFN-γ dan IL-10 pada whole blood culture (WBC) penduduk daerah kumuh dan nonkumuh yang distimulasi oleh phytohemagglutinin (PHA). Metode: Penelitian potong-lintang dilakukan untuk menentukan perbedaan kadar IFN-γ dan IL-10 pada WBC yang berasal dari subjek daerah kumuh dan nonkumuh yang distimulasi dengan mitogen PHA. Data sitokin merupakan data sekunder yang didapatkan dari penelitian utama yaitu “Regulasi Respons Imun Subyek di Permukiman Kumuh: Studi Imunitas Seluler pada Kultur Sel Darah yang Distimulasi Malaria, BCG dan LDL”. Hasil: Kadar IFN-γ pada kondisi basal ditemukan secara signifikan lebih tinggi pada kelompok nonkumuh daripada kelompok kumuh (15,25 [5,00 – 225,00] dan 3,25[2,00 – 11,50] dengan p=0,004). Kadar IL-10 pada kondisi basal secara signifikan lebih tinggi pada kelompok nonkumuh daripada kelompok kumuh (117,75 [88,00 – 191,00] dan 4,00 [3,00 – 121,50] dengan p=0,002). Pascastimulasi PHA, tidak ditemukan perbedaan signifikan pada kadar IFN-γ (8269,31±1679,96 untuk kumuh dan 6906,60±1074,03 untuk nonkumuh, p=0,488), sedangkan kadar IL-10 pascastimulasi PHA secara signifikan lebih tinggi pada kelompok kumuh dibandingkan nonkumuh (1121,20±169,39 dan 335,06±59,54 dengan p=0,001). Rasio IFN-γ terstimulasi/IFN-γ basal secara signifikan lebih tinggi pada kelompok kumuh dibandingkan nonkumuh (2211,97±1698,36 dan 462,14±332,75 dengan p=0,010) dan rasio IL-10 terstimulasi/IL-10 basal juga secara signifikan lebih tinggi pada kelompok kumuh dibandingkan nonkumuh (259,75±214,70 dan 2,67±1,53 dengan p=0,004). Potensi inflamasi dinilai dengan rasio keseimbangan IFN-γ terhadap IL-10, didapatkan potensi inflamasi yang secara signifikan lebih tinggi pada daerah nonkumuh dibandingkan daerah kumuh (2,159±0,49 dan 1,178±0,63 dengan p=0,002). Kedua sitokin menunjukkan korelasi positif yang cukup kuat dan signifikan, terutama terlihat pada kelompok kumuh (R=0,642 dan p=0,002). Kesimpulan: Terdapat perbedaan kadar sitokin IFN-γ dan IL-10 pada kelompok kumuh dan nonkumuh pada kondisi basal. Pascastimulasi PHA perbedaan hanya terlihat pada kadar IL-10. Rasio keseimbangan kedua sitokin di kedua kelompok berbeda, menunjukkan potensi inflamasi kelompok nonkumuh lebih kuat dibandingkan kelompok kumuh. Terdapat korelasi positif antara sitokin IFN-γ dan IL-10 dimana peningkatan IFN-γ akan diikuti dengan peningkatan IL-10, terutama terlihat pada kelompok kumuh.
Introduction: Living conditions might affect the pathogenic exposure of its population. People that live in rural areas have a higher risk of being exposed to pathogens from their environment. This study aims to determine differences in the expression of IFN-γ and IL-10 in whole blood culture (WBC) of rural and urban dwellers stimulated by phytohemagglutinin (PHA). Method: A cross-sectional study is conducted to define the different expression of IFN-γ and IL-10 in whole blood culture from rural and urban areas stimulated with phytohemagglutinin (PHA). The data were obtained from previous study “Regulation of immune response to people living in the slum area: a study of cellular immunity on Whole Blood Cultures stimulated malaria, BCG and LDL”. Result: The expression of IFN-γ in the condition before stimulation was found to be higher in the urban group than in the rural group (15.25 [5.00—225.00] and 3.25 [2.00— 11.50], p=0.004). Interleukin-10 levels in basal conditions were also found to be higher in the urban group than in the rural group (117.75 [88.00—191.00] and 4.00 [3.00— 121.50], p=0.002). Post-stimulation with PHA, IFN-γ levels were not different in the rural and urban group (8269.31 ± 1679.96 and 6906.60 ± 1074.03, p=0.488), however IL-10 levels were higher in rural group (rural: 1121.20 ± 169.39 and urban: 335.06 ± 59.54, p=0.001). The ratio of each cytokine after stimulation to basal was performed and IFN-γ levels were higher in the rural group compared to urban group (2211.97 ± 1698.36 and 462.14 ± 332.75, p=0.010), IL-10 levels were also higher high in the rural compared to urban groups (259.75 ± 214.70 and 2.67 ± 1.53, p=0.004). The inflammatory potential was assessed by calculating the ratio of IFN-γ to IL-10, a higher inflammatory potential was found in urban areas compared to rural (2.159 ± 0.49 and 1.178 ± 0.63, p=0.002). Both cytokines showed a strong positive correlation, especially seen in the rural group (r=0.642, p=0.002). Conclusion: There are differences in IFN-γ and IL-10 expressions in rural and urban subjects spontaneuosly. After stimulation with PHA, a difference was only seen on IL-10 level. The balanced ratio between IFN-γ and IL-10, which depicts the inflammation potency, is stronger in urban subjects when compared to rural subjects. There is a positive correlation between IFN-γ and IL-10, wherein an increase of IFN-γ will be followed by an increase of IL-10, which shown better in rural subjects.
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library