Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siahaan, Eddy Ihut
Abstrak :
ABSTRAK Bertitik tolak dari seringnya timbul permasalahan dalam peremajaan daerah kumuh di DKI Jakarta, maka penulis tertarik untuk melakukan studi penelitian mengenai masalah ini dengan mengambil lokasi daerah Pademangan Jakarta Utara. Di dalam studi, penulis melakukan survey sample sederhana dengan membeagi kawasan atas sub-sub kawasan kumuh, Selanjutnya oenulis meneliti tanggapan warga masyarakat terhadap rencana peremajaan untuk setiap sub kawasan, baik itu tanggapan kognitif, afektif maupun konatifnya. Dari hasil penelitian, maka kesadaran (kognitif) warga masyarakat terhadap rencana peremajaan masih rendah, walau pengetahuan dan informasi warga tentang peremajaan cukup besar. Pemahaman dan keyakinan (afektif) warga akan makna peremajaan juga masih rendah. Akan tetapi minat (konatif) warga untuk diremajakan, sebetulnya cukup besar, asal dipenuhi persyaratan-persyaratan yang diajukan. berdasarkan hasil penelitian mengenai tanggapan warga terhadap rencana peremajaan dan program pemasyarakatan proyek, terdapat beberapa kekurangan dari pengelola proyek yang menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat sejak awal proyek direncanakan.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan "feed-back" terhadap program permasyarakatan yang disiapkan oleh pengelola proyek, karena "effeknya" di kalangan warga masyarakat masih kurang positif dan akomodatif, dengan mengajukan suatu model komunikasi promosi yang diintegrasikan dengan perencanaan proyek. Dengan menggunakan "model" di atas, maka penulis mengajukan strategi komunikasi promosi. Strategi komunikasi promosi peremajaan daerah kumuh dibagi atas strategi kelembagaan/pengorganisasian, strategi pemilihan media komunikas, stratefi pembinaan warga, serta strategi penyiapan pesan dan desain produk peremajaan.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The process of rapid urbanization without handling the problem of housing in the city of Bandung, causing the development of slum villages (slum) and wild (squatter), among others located in the Southern District of District Neglasari Padasuka Bandung. This region increasingly crowded and the population in the area is difficult to control. In addition, economic growth in this area do not visit showed better growth. Housing conditions and environmental quality is also becoming more and more drastic decline. This can not be tolerated and require handling concepts and comprehensive improvement. Results of research conducted, showing that there are various problems and constraints related to the existence of slums and illegal viewed from the aspect of land use, the status and legality of land, physical and environmental conditions and the settlement of social and economic conditions of the inhabitants. Slum improvement and wild is very dependent on government support provided through policies, including the existence of strict sanctions for every violation. In addition, it is important to involve community participation in the process of slum improvement to the village there is a feeling of belonging to the existence of the environment
710 JIAUPI 9:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Julita Kristina E.A.
Abstrak :
ABSTRAK
Prevalensi stunting anak usia sekolah terjadi fluktuasi yaitu 32% tahun 2001, menjadi 30% tahun 2004, meningkat menjadi 33,4% tahun 2007, menurun kembali tahun 2010 menjadi 28,3%, namun kembali meningkat tahun 2013 menjadi 31,7%. Stunting banyak terjadi pada anak yang tinggal di daerah kumuh dengan asupan yang tidak adekuat dan infeksi penyakit berulang-ulang. Tingkat pendidikan ibu mempengaruhi pemberian makanan, dimana ibu dengan pendidikan tinggi cenderung memilih makanan yang bergizi dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan stunting pada anak usia sekolah di daerah kumuh data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan desain penelitian adalah cross sectional. Populasi adalah anak usia sekolah umur 5-18 tahun di daerah kumuh. Hasil analisis multivariat dengan cox regression, menunjukan anak usia sekolah dengan pendidikan ibu rendah memiliki peluang sebesar 1,327 (CI 95%, 1,246- 1,414) kali mengalami kejadian stunting dibandingkan dengan anak usia sekolah dengan pendidikan ibu tinggi setelah dikontrol oleh pekerjaan ayah dan pendidikan ibu yang berinteraksi dengan penyakit infeksi. Perlu dilakukannya program pendidikan pengasuhan dan pendidikan gizi masyarakat bagi ibu yang tinggal di daerah kumuh dengan cara melakukan penyuluhan dan kunjungan rumah.
ABSTRACT
Prevalence of school-age children stunting was 32% in 2001, to 30% in 2004, increased to 33.4% in 2007, decreased again in 2010 to 28.3%, but increased again in 2013 to 31.7%. Stunting occurs mostly in children who live in slums with inadequate intake and recurrent disease infections. The level of maternal education affects provision of food, which mother whose higher education tend to choose nutritious foods compared with mothers whose low education. This study aims to know relationship the mother education with stunting in school-age children in slum area of Basic Health Research (Riskesdas) in 2013 and research design is cross sectional. The population is school-age children 5- 18 years old in slums. The results of multivariate analysis with cox regression showed that school-age children with low mothers education had a chance of 1,327 (95% CI, 1,246-1,414) times of stunting incidence compared with school-aged children with high maternal education after controlled by father's work and maternal education interact with infectious diseases. Needs to do education programs for the care and education of community nutrition for mothers who live in slums by counseling and home visits.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49886
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanin
Abstrak :
Pajanan patogen melalui gastrointestinal pada daerah kumuh lebih tinggi dibanding nonkumuh. Hal tersebut mempengaruhi produksi protein globulin yang salah satunya berperan dalam sintesis IgA. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui perbandingan kadar IgA pada daerah kumuh dan nonkumuh serta hubungannya dengan rasio albumin terhadap globulin. Pengukuran kadar IgA dilakukan menggunakan metode radial immunodiffusion test (RIDT), sedangkan data rasio albumin terhadap globulin didapatkan dari penelitian sebelumnya. RIDT bekerja dengan prinsip difusi radial sampel antibodi menjauhi sumur berbentuk silindris. Pada kit, terdapat anti terhadap antibodi spesifik yang akan diukur. Hasilnya berupa ikatan antibodi dengan anti-antibodi membentuk cincin dan diukur diameternya. Nilai IgA dikonversi ke dalam satuan mg/L. Hasil analisis kadar IgA menggunakan uji Mann-Whitney menemukan kadar IgA daerah kumuh lebih tinggi dibandingkan nonkumuh namun tidak bermakna secara statistik (p=0,620). Kadar IgA dan rasio albumin globulin ditransformasi menjadi variabel kategorik dan dikelompokkan menjadi 4 zona. Pada zona 3 dimana rasio albumin terhadap globulin tinggi dan kadar IgA rendah, proporsi subjek didominasi oleh penduduk daerah nonkumuh dibandingkan kumuh (47% vs. 14%). Hasil uji Chi Square menunjukkan perbedaan proporsi subjek tersebut bermakna secara statistik (p=0,041). Hubungan antara rasio albumin terhadap globulin dengan ekspresi IgA dianalisis menggunakan uji Pearson dan ditemukan adanya korelasi negatif yang bermakna secara statistik (r= -0,319 dan p= 0,048). Oleh karena itu, dapat disimpulkan tingginya tingkat pajanan patogen melalui gastrointestinal pada daerah kumuh menyebabkan produksi IgA sebagai respon imun mukosa lebih tinggi dibandingkan dengan nonkumuh. Sintesis IgA tersebut berhubungan dengan rasio albumin terhadap globulin karena globulin merupakan komponen penyusun IgA.
Pathogenic exposure in slum is higher compared to nonslum area and mainly occurs through the gastrointestinal. It will affect the rate of globulin production which used as a component to synthesize immunoglobulin A (IgA) Therefore, author is interested to investigate comparison between IgA of people living in slum and non-slum area and the relation IgA expression with albumin globulin ratio. Measurement of the IgA was done using radial immunodiffusion test (RIDT), while the data of albumin globulin ratio was obtained from the previous research. Result of IgA analysis using Mann whitney test shows that IgA level of people living in slum area is higher than non-slum area but not statistically significant (p=0.620). Data of IgA level and albumin globulin ratio was transformed into categoric form and classified into four zones. Zone 3, where the IgA level is low and albumin globulin ratio is high, the subjects proportion found in this zone are dominated by people living in non-slum area (47% vs. 14%). This result is also supported by the Chi-square test that shows a significance difference between proportion of people living in slum and non-slum area found in the zone 3. Next, relation between albumin globulin ratio to the level of IgA was analyzed using Pearson test. The result shows that there is a significant negative correlation between albumin globulin ratio and IgA level (r= -0.319 dan p= 0.048). Therefore, it can be concluded that high level of pathogenic exposure through the gastrointestinal tract in slum area will lead to an increase of IgA production resulting higher level of IgA found in the serum. This IgA production on both populations has a relation with albumin globulin ratio since globulin is one of the constituent component of IgA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyoweni Widanarko
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ardila Muslim
Abstrak :
Penelitian ini membahas good urban governance dalam penataan kawasan kumuh di Provinsi DKI Jakarta dengan berfokus pada implementasi Community Action Plan dan faktor yang mempengaruhi terhadap pelaksanaan penataan kawasan kumuh. Tujuan peneliltian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan penataan kawasan kumuh di Provinsi DKI Jakarta melalui program Community Action Plan dari persepktif good urban governance dan menemukan faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan penataan kawasan kumuh. Penelitian ini mengoperasionalisasikan teori good urban governance dari Van den Dool, dkk dan teori daerah kumuh dari Nassar dan Elsayed. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan post positivisme melalui wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa belum terlihat bentuk tata kelola kota yang baik dalam implementasi Community Action Plan. Ini disebabkan belum beroperasinya secara adil dan belum tepat prosedur dalam pemenuhan nilai good urban governance. Sehingga implementasi metode CAP dalam penataan kawasan kumuh bukan merupakan program yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan belum dapat dikatakan produk kebijakan yang efektif dan efisien. Selain itu hasil penelitian ini menemukan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan penataan kawasan kumuh ialah faktor lingkungan. ......This study discusses good urban governance in the slum management in Jakarta Province by focusing on the implementation of the Community Action Plan and the factors that influence the implementation of the slum management. This study aims to analyze the implementation of the slum management in this province through the Community Action Plan program from the perspective of good urban governance and to discover the factors that influence the implementation of the slum management. This study operationalises good urban governance theory by Van den Dool, et al and slum theory by Nassar and Elsayed. This research is conducted by using post-positivism through in-depth interviews and literature studies. The results of the study show that there is no vivid form of good urban governance in implementing the Community Action Plan, because the implementation has not yet worked fairly and in proper procedures on fulfilling the values of good urban governance. The implementation of the Community Action Plan program in the slum management, thus, is not a responsive program toward people's need and not able to be said as an effective and efficient policy "product". Moreover, This study finds that the factors that influence the implementation of the slum management is environmental factors.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Vania Salsabella
Abstrak :
Pendahuluan: Kondisi permukiman dapat mempengaruhi tingkat pajanan mikroorganisme penduduknya. Penduduk yang tinggal di daerah kumuh memiliki risiko lebih tinggi untuk terpajan mikroorganisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ekspresi IFN-γ dan IL-10 pada whole blood culture (WBC) penduduk daerah kumuh dan nonkumuh yang distimulasi oleh phytohemagglutinin (PHA). Metode: Penelitian potong-lintang dilakukan untuk menentukan perbedaan kadar IFN-γ dan IL-10 pada WBC yang berasal dari subjek daerah kumuh dan nonkumuh yang distimulasi dengan mitogen PHA. Data sitokin merupakan data sekunder yang didapatkan dari penelitian utama yaitu “Regulasi Respons Imun Subyek di Permukiman Kumuh: Studi Imunitas Seluler pada Kultur Sel Darah yang Distimulasi Malaria, BCG dan LDL”. Hasil: Kadar IFN-γ pada kondisi basal ditemukan secara signifikan lebih tinggi pada kelompok nonkumuh daripada kelompok kumuh (15,25 [5,00 – 225,00] dan 3,25[2,00 – 11,50] dengan p=0,004). Kadar IL-10 pada kondisi basal secara signifikan lebih tinggi pada kelompok nonkumuh daripada kelompok kumuh (117,75 [88,00 – 191,00] dan 4,00 [3,00 – 121,50] dengan p=0,002). Pascastimulasi PHA, tidak ditemukan perbedaan signifikan pada kadar IFN-γ (8269,31±1679,96 untuk kumuh dan 6906,60±1074,03 untuk nonkumuh, p=0,488), sedangkan kadar IL-10 pascastimulasi PHA secara signifikan lebih tinggi pada kelompok kumuh dibandingkan nonkumuh (1121,20±169,39 dan 335,06±59,54 dengan p=0,001). Rasio IFN-γ terstimulasi/IFN-γ basal secara signifikan lebih tinggi pada kelompok kumuh dibandingkan nonkumuh (2211,97±1698,36 dan 462,14±332,75 dengan p=0,010) dan rasio IL-10 terstimulasi/IL-10 basal juga secara signifikan lebih tinggi pada kelompok kumuh dibandingkan nonkumuh (259,75±214,70 dan 2,67±1,53 dengan p=0,004). Potensi inflamasi dinilai dengan rasio keseimbangan IFN-γ terhadap IL-10, didapatkan potensi inflamasi yang secara signifikan lebih tinggi pada daerah nonkumuh dibandingkan daerah kumuh (2,159±0,49 dan 1,178±0,63 dengan p=0,002). Kedua sitokin menunjukkan korelasi positif yang cukup kuat dan signifikan, terutama terlihat pada kelompok kumuh (R=0,642 dan p=0,002). Kesimpulan: Terdapat perbedaan kadar sitokin IFN-γ dan IL-10 pada kelompok kumuh dan nonkumuh pada kondisi basal. Pascastimulasi PHA perbedaan hanya terlihat pada kadar IL-10. Rasio keseimbangan kedua sitokin di kedua kelompok berbeda, menunjukkan potensi inflamasi kelompok nonkumuh lebih kuat dibandingkan kelompok kumuh. Terdapat korelasi positif antara sitokin IFN-γ dan IL-10 dimana peningkatan IFN-γ akan diikuti dengan peningkatan IL-10, terutama terlihat pada kelompok kumuh.
Introduction: Living conditions might affect the pathogenic exposure of its population. People that live in rural areas have a higher risk of being exposed to pathogens from their environment. This study aims to determine differences in the expression of IFN-γ and IL-10 in whole blood culture (WBC) of rural and urban dwellers stimulated by phytohemagglutinin (PHA). Method: A cross-sectional study is conducted to define the different expression of IFN-γ and IL-10 in whole blood culture from rural and urban areas stimulated with phytohemagglutinin (PHA). The data were obtained from previous study “Regulation of immune response to people living in the slum area: a study of cellular immunity on Whole Blood Cultures stimulated malaria, BCG and LDL”. Result: The expression of IFN-γ in the condition before stimulation was found to be higher in the urban group than in the rural group (15.25 [5.00—225.00] and 3.25 [2.00— 11.50], p=0.004). Interleukin-10 levels in basal conditions were also found to be higher in the urban group than in the rural group (117.75 [88.00—191.00] and 4.00 [3.00— 121.50], p=0.002). Post-stimulation with PHA, IFN-γ levels were not different in the rural and urban group (8269.31 ± 1679.96 and 6906.60 ± 1074.03, p=0.488), however IL-10 levels were higher in rural group (rural: 1121.20 ± 169.39 and urban: 335.06 ± 59.54, p=0.001). The ratio of each cytokine after stimulation to basal was performed and IFN-γ levels were higher in the rural group compared to urban group (2211.97 ± 1698.36 and 462.14 ± 332.75, p=0.010), IL-10 levels were also higher high in the rural compared to urban groups (259.75 ± 214.70 and 2.67 ± 1.53, p=0.004). The inflammatory potential was assessed by calculating the ratio of IFN-γ to IL-10, a higher inflammatory potential was found in urban areas compared to rural (2.159 ± 0.49 and 1.178 ± 0.63, p=0.002). Both cytokines showed a strong positive correlation, especially seen in the rural group (r=0.642, p=0.002). Conclusion: There are differences in IFN-γ and IL-10 expressions in rural and urban subjects spontaneuosly. After stimulation with PHA, a difference was only seen on IL-10 level. The balanced ratio between IFN-γ and IL-10, which depicts the inflammation potency, is stronger in urban subjects when compared to rural subjects. There is a positive correlation between IFN-γ and IL-10, wherein an increase of IFN-γ will be followed by an increase of IL-10, which shown better in rural subjects.
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Janita Ristianti
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran perilaku beresiko seks pranikah pada remaja didaerah Slum Kelurahan Kampung Melayu Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja dengan sikap yang kurang baik berpeluang 2,6 kali lebih tinggi untuk memiliki perilaku seksual resiko tinggi dibandingkan dengan remaja yang memiliki sikap yang baik. Remaja yang terpapar media berpeluang 2,4 kali lebih tinggi untuk mencegah perilaku seksual resiko tinggi dibandingkan dengan remaja yang kurang terpapar media. Remaja dengan latar belakang keluarga yang tidak harmonis berpeluang 3,2 kali lebih tinggi untuk memiliki perilaku seksual resiko tinggi dibandingkan dengan remaja dengan latar belakang keluarga yang harmonis dan Remaja yang ada pengaruh dari teman sebaya berpeluang 6,6 kali lebih tinggi untuk memiliki perilaku seksual resiko tinggi dibandingkan dengan remaja yang tidak ada pengaruh dari teman sebaya. Saran bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk meningkatkan dan mengintensifkan program penyuluhan remaja, PKPR dan melatih konselor teman sebaya (peer educator) sebaiknya dilakukan didaerah dengan kepadatan hunian tinggi. Kepada Kantor Kelurahan untuk mengaktifkan organisasi kepemudaan sebagai wadah penyaluran kegiatan positif. ......This study aims to know the description of premarital sexual risk behavior in adolescents Slum areas Kampung Melayu, East Jakarta Jatinegara year 2015. This study used a cross-sectional design. The results showed that adolescents with a poor attitude 2.6 times greater chance of having high-risk sexual behavior than youth who have a good attitude. Teenagers who are exposed to media 2.4 times more likely to have high-risk sexual behavior than youth who are less exposed to the media. Adolescents with a family background that is not harmonious 3.2 times more likely to have high-risk sexual behaviors than youth with a harmonious family background and the existing adolescent peer pressure 6.6 times more likely to have risk sexual behavior higher than youth who no influence from peers. Suggestion for the Department of Health and health centers to increase and intesnsive for adolescent counseling program, PKPR and trained peer counselors (peer educators) should be areas with high population density. To the Village Office to enable youth organizations as to facilitate the channeling of positive activity.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61909
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library