Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Boy Subirosa Sabarguna
Jakarta: UI-Press, 2010
378.199 BOY p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cama Juli Rianingrum
Abstrak :
Sekolah dalam hal ini adalah Universitas/pendidikan tinggi sebagai agen sosialisasi dapat membentuk karakter seorang mahasiswa selama mereka menempuh pendidikan dengan bersosialisasi di Iingkungan kampus. Kampus menjalankan fungsi sosialisasi nilai dan sikap profesi melalui kurikulum terselubung. Penerapan kurikulum terselubung dilihat melalui pola-pola interaksi sosial yang tedadi antara para dosen dan mahasiswa/mahasiswi di kampus, dan dengan lingkungannya setiap hari. Studi ini dilakukan untuk menggambarkan peran kurikulum terselubung yang terjadi di Iingkungan mahasiswa `desain dalam proses sosialisasi selama menempuh pendidikan, yang merupakan proses pembentukan sebuah profesi (desainer). Pertanyaan pengertian adalah bagaimana peran kurikulum terselubung pada proses sosialisasi mahasiswa dalam pembentukan sikap dan memenuhi tuntutan-tuntulan sebuah profesi untuk menjadi profesiona. Untuk menjawab penelitian ini digunakan pendekatan kuaiilatif dengan informan kurang lebih 20 mahasiswa dari 3 program studi dan dari angkatan /semester 1 sampai tugas akhir, juga merupakan anggota dari kelompok-kelompok mahasiswa yang berbeda serta beberapa orang dosen. Dilakukan wawancara seoara formal maupun informal dan mengadakan obsen/asi dengan menjadi bagian dari lingkungan FSRD. Digunakan pendekatan kualitatif karena yang ingin dipahami adalah makna-makna yang terdapat di balik dari tindakan perorangan yang mendorong terwujudnya gejaia-gejala sosial tersebut. Dari hasil penelitian didapat data-data dalam bentuk narasi yang kemudian dianalisa dan diinterpretasikan untuk mendukung kebenaran dari hipotesa yang digunakan. Data-data yang bersifat kualitalif juga akan memanfaatkan kajian literatur dan data-data yang bersifat kuantitatif untuk mendukung analisa. Pola-pola interaksi sosial mencakup pola generalisasi, pola exempllfication, pola modeling, pola imbalan dan sanksi, yang merupakan penerapan dari kurikulum terselubung. Pala generalisasi dilihat dari tuntutan sekolah pada mahasiswa untuk berprestasi, bagaimana Cara-cara mereka dalam proses penyelesaian tugas-tugas untuk menghasilkan kalya (desain) yang cukup banyak dan sesuai dengan permintaan dosen yang bersangkutan. Pola exemplification dilihal dari aktintas di lingkungan FSRD, aktivitas apa saja yang terjadi yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar dan dapat merupakan cermin dari lingkup ker` dan karakler desainer dari bagaimana mereka membentuk lingkungannya. Poia modelling adalah sikap dan perilaku dosen, praktisi ataupun senior dan alumni yang dapat dilihat oleh mahasiswa dan merupakan acuan sosok seorang desainer. Pola imbalan dan sanksi adalah penilaian dan cara pandang dosen terhadap mahasiswa. dilihat dari sikap yang terbuka dalam berinteraksi dan cara bersikap dengan siswa yang dapat menumbuhkan kesadaran akan adanya berbagai penilaian dosen terhadap sebuah hasil karya diluar diri siswa tersebut. Studi ini untuk memberikan gambaran dan wawasan pengetahuan mengenai profesi desainer yaitu desainer Interior, Komunikasi Visual dan produk_ Bahwa seorang desainer memiliki kaitan yang eral dengan seni budaya dan harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dalam bentuk gambar, maka dibutuhkan suatu keahlian khusus yaitu bakat gambar yang dalam proses pendidikan di perguruan tinggi akan diarahkan dan dipertajam serla dilunjang oleh pengetahuan-pengetahuan lain yang signifikan serta akan mendapat pengaruh-pengaruh dari Iingkungan dimana mereka belajar baik dari teman, guruldosen, dll. Melalui kurikulum terselubung. Kurikulum terselubung memberi pengaruh yang cukup besar lerhadap perubahan perilaku mahasiswa selama rnereka menempuh pendidikan, dimana sebagian besar dari mereka akan mengikuti perilaku I sikap dari para seniornya, dosen, pembimbing, dan ikut ambil bagian dari berbagai aktiiitas yang berlangsung. Mereka belajar dari seniomya bagaimana sistim belajar dalam menyelesaikan tugas-tugas untuk menghasilkakn karya desain, pendekatan kepada dosen dan pembimbingnya dianggap memang perlu sehubungan dengan detil tugas, bobot penilaian tiap dosen berbeda juga agar mendapat perhatian dan informasi seiengkapnya. Lingkungan FSRD sangat menunjang untuk mereka berpikir Iebih kreatif, dan suasananya juga dianggap nyaman untuk mereka berkumpul mengadakan berbagai kegiaatan dan mereka memiliki kebebasan untuk membentuk suasana lingkungan ataupun mengadakan kegiatan-keglatan ekstra. Mereka juga merasa dosen-doscn desain relatif "baik" dalam arti, informalif, cukup membantu karena banyak dosen tetap yang berarti setiap saat biasa ditanya (untuk asistensi) dan ?bersahabati Sosok dosen tidak terlalu ditakuti karena hubungan belajar mengajar yang relatif ?dekaf membuat kesan yang lebih rile-ks dan santai tidak terlalu formil, terutama bila di luar kelas. Walaupun memiliki standard dalam penilaian, memang beberapa mengatakan kurang jelas patokan nilainya karena hasil karya desain adalah abstrak dan bukan ilmu pasti, jadi mereka mencari-cari informasi mengenai bobot penilaian dari tiap-tiap dosen dan mengadakan 'pendekatan' pada dosen untuk mendapatkan perhatiannya. Kurikulum terselubung yang terjadi di lingkungan mahasiswa desain memperlihatkan bagaimana gambaran mahasiswa desain berkaitan dengan proses kerja menghasilkan karya desain yang juga merupakan proses sosialisasi mengenai bagaimana sebenarnya profesi desainer itu, dilihat dari Iingkup dan cara kerjanya serta perilaku sosialnya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T6334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji kebutuhan guru pendidikan dasar dan menengah (dikdasmen), kekurangan dan kelebihan guru dikdasmen, serta rasio siswa per guru dikdasmen. metode yang digunakan adalah studi dokumentasi atau kepustakaan. hasilnya menunjukkan bahwa kebutuhan guru dikdasmen sebesar 2.865.116 orang, sehingga masih terjadi kekurangan guru sebesar 126.522 orang. berdasarkan rasio siswa dan guru menurut kebutuhan dan yang ada untuk SD, SLB, dan SMK maka terjadi kekurangan karena untuk SD adalah 14,78 dan 15,91, untuk SLB adalah 3,39 dan 5,21, untuk SMK adalah 16,74 dan 22,43. sebaliknya, untuk SMP dan SMA terjadi kelebihan guru karena untuk SMP adalah 18,41 dan 16.43 dan untuk SMA adalah 16,90 dan 16,18. simpulannya, untuk guru dikdasmen masih terjadi kekurangan guru tetapi SMP dan SMA telah kelebihan guru. sarannya, kekurangan guru supaya dipenuhi melalui pengadaan guru baru, kelebihan guru supaya disalurkan ke mata pelajaran serumpun, dan lulusan BP/BK supaya segera disalurkan ke sekolah-sekolah yang memerlukan.
JDSP 2:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Amanda Anandytha Putri
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang: Permenristek Dikti RI No. 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) mengatur perhitungan satuan kredit semester (sks) sebagai acuan untuk perubahan kurikulum pada angkatan 2017. Revisi kurikulum yang digunakan angkatan 2017 menyebabkan jam tatap muka dan jumlah mata kuliah yang lebih padat dibandingkan angkatan 2016 walaupun memiliki beban sks yang sama. Banyaknya materi yang harus dipelajari, dapat menyebabkan tekanan pada mahasiswa sehingga berdampak kurangnya performa saat belajar dan berujung menjadi stres yang nantinya akan berpengaruh terhadap program studi yang sedang dijalaninya. Tujuan: Mengetahui distribusi stres dan menganalisis perbedaan tingkat stres pada mahasiswa angkatan 2016 dan 2017. Metode: Desain pada penelitian ini adalah potong lintang. Penelitian ini menggunakan data primer yang didapat dari kuesioner Dental Environment Stress (DES) modifikasi yang berisi 4 domain dengan total 30 pertanyaan. Tingkatan stres didapat dari jumlah skor maksimum tiap domain dibagi menjadi 4 tingkatan stres. Total skor pada domain tempat tinggal sebanyak 16, domain faktor pribadi sebanyak 52, domain lingkungan pendidikan sebanyak 20, domain kegiatan akademik sebanyak 32, dan total skor keseluruhan 120. Pada domain faktor pribadi digunakan uji statistik Pearson Chi-Square dan pada domain tempat tinggal, domain lingkungan pendidikan, domain kegiatan akademik, dan total keseluruhan menggunakan uji statistik Pearson Chi-Square yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil: Distribusi frekuensi data tingkat stres pada angkatan 2016 dan 2017 didapatkan hasil tertinggi pada kategori sedikit stress dari domain tempat tinggal, faktor pribadi dan lingkungan pendidikan, sedangkan pada domain kegiatan akademik hasil tertinggi pada kategori cukup stres (p-value > 0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan tingkat stres pada mahasiswa FKG UI program studi kedokteran gigi angkatan 2016 dengan kurikulum 2012 dan angkatan 2017 dengan kurikulum 2017.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library