Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
I Dewa Gde Satrya
"Cerita Panji berkisah mengenai Kerajaan Kadiri, berkembang pesat pada masa Majapahit. Ragam ekspresi Budaya Panji dalam bentuk sastra oral, sastra visual, seni pertunjukan dan nilai-nilai kehidupan. Artikel ini menyajikan pengembangan ragam ekspresi budaya Panji tersebut dalam kegiatan wisata. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalahbagaimana model wisata budaya Panji? Metode Penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, sumber data primer diperoleh melalui wawancara dan ekperimen perjalanan wisata bertema Panji yang diselenggarakan oleh Lab of Tourism, data sekunder melalui studi literatur terkait. Kesimpulan penelitian ini adalah, model wisata budaya Panjidapat diterapkan dalam tiga kegiatan wisata, oertama, memadukan ekspresi Panji dalam seni pertunjukan topeng dengan artefak. Kedua, menampulkan ekspresi budaya Panji dalam seni pertunjukan dengan konsep Heritage Performing Art disitus atau candi. Ketiga, archaeological trail di Guung Penanggunan, dimana gunung ini dikenal sebagai gunung yang disucikan di masa Majapahit dengan nama Pawira. Banyak situs dan punden berundak yang didirikan di lereng gunung di antaranya Candi Kendalisodo yang berisi relief Cerita Panji dan Candi Selokilir tempat ditemukan arca Panji."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
PATRA 18:2 (2017)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"Tabot merupakan upacara tradisional Bengkulu yang bernafaskan Islam. Upacara tabot ini pada dasarnya merupakan peringatan atas gugurnya Hassan--Hussein, cucu Nabi Muhammad SAW sebagai syuhada di Padang Karbala. Upacara tabot dibawa ke Bengkulu oleh muslim India yang bekerja membangun benteng Inggeris Marlborough pada abad ke-17 Masehi. Tabot sarat dengan ritual keagamaan. Mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga akhir upacara tidak terlepas dari kegiatan keagamaan. Tabot juga sarat dengan simbol-simbol religius yang mengandung makna yang dalam. Tabot walaupun bukan merupakan kebudayaan asli daerah Bengkulu, namun karena eksistensinya sudah sangat lama dan tidak bertentangan dengan kebudayaan setempat, maka kebudayaan ini dapat diterima dengan baik. Bahkan sekarang, kebudayaan tabot sudah dapat diidentikkan dengan kebudayaan Bengkulu. Selain itu, kebudayaan tabot ini juga telah menjadi primadona pariwisata budaya daerah Bengkulu."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Combining ideas of sustainable development, product development and branding with notions from the fields of design, space shaping and architecture, this volume of Advances in Culture, Tourism and Hospitality Research offers contemporary perspectives on the strategic development, evaluation and impact of 'atmospheric quality' in tourism and hospitality service situations. Contributors explore the way atmospheric qualities in tourism and hospitality strongly influence customer behaviour and how their emotional responses to sensory pleasures translate into authentic experiences, excitement, happiness or enjoyment. Examples discussed include: - Participatory shaping of destination atmospheres - Urban atmospheres - 'Silent' airports - Atmosphere of religious buildings - Residents as elements of atmosphere - Emotional contagion - Building culture and architecture - eAtmospherics - Light and colour effects in hospitality encounters - The co-created atmosphere of concerts and events. Incorporating theoretical perspectives on atmosphere in culture, inter-cultural communication and marketing and numerous practical examples to promote a deeper understanding of atmospheric qualities in sustainable tourism and hospitality, this book furthers academic knowledge and gives guidance to tourism and hospitality practitioners interested in improving the atmospheric quality of their offers for the benefit of their guests."
Bingley: Emerald Publishing Limited, 2020
e20528104
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Woodside, Arch G.
"Trade Tales, Advances in Culture, Tourism, and Hospitality Research, Volume 14 describes and explains HSDs. Volume 14 includes 26 original firstperson customer experience stories of problems/opportunities and outcomes, with most stories including customer and sales/service associate dialogues. The volume includes experiential exercises for the reader to hone her/his skills in managing HSDs – a multiple-choice exercise following each story. The exercises ask the reader to select a solution to the problem/opportunity in the story. Each chapter includes a story, offers a learning exercise, and both surface and deep assessments of plot, climax, and outcome of the story as well as a critical review (an arm’s length independent review by a researcher of the story). This volume describes customers’ reports of the big and little things that happen when customers and sales/service associates talk and co-create a buying and/or consumption and selling–service experience"
United Kingdom: Emerald, 2017
e20528301
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Suprawito
"Kondisi perkembangan kesenian utamanya seni pertunjukan tradisional Indonesia sekarang ini masih dirasakan belum mendapatkan perhatian yang cukup dari para pihak terkait baik dari pihak penentu kebijakan (dalam hal ini Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI), para pelaku seni dan para pemasar seni maupun penggemarnya. Hal tesebut dapat dilihat dengan adanya persepsi/ anggapan dari berbagai kelompok masyarakat mengenai seni itu sendiri. Anggapan-anggapan tersebut antara lain: mereka yang menganggap bahwa kesenian (seni pertunjukan tradisional) lahir karena suatu kebutuhan untuk mengagungkan asma Tuhan YME atau membuat suatu tradisi bagi masyarakatnya, mereka yang menganggap bahwa seni adalah suatu karya yang dapat dinikmati baik bagi dirinya sendiri maupun orang lahir dan tidak pernah memikirkan untuk mendapatkan nilai ekonomi/ penghasilan dari hasil karyanya tersebut, kelompok masyarakat seni yang menyadari bahwa kesenian dapat dinikmati oleh masyarakat, bersama-sama dengan kegiatan pariwisata. Pagelaran-pagelaran semi tradisional ini biasa dilaksanakan sebagai pelengkap kehadiran wisatawan di daerah tujuan wisata, kelompok masyarakat utamanya para pelaku seni pertunjukan tradisional yang melihat peluang adanya penggemar seni tradisional Indonesia di luar negeri mencoba dengan caranya sendiri sehingga mereka mampu mengadakan pagelaran di luar negeri. Para penentu kebijakan pada umumnya masih menganggap bahwa kebudayaan termasuk kesenian khususnya seni pertunjukan tradisional di dalam negeri dapat digunakan sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa sedangkan untuk di luar negeri dipergunakaa sebagai salah satu alat diplomasi untuk meningkatkan persahabatan antar bangsa.
Pokok bahasan dalam tesis ini adalah mengenai strategi komunikasi pemasaran untuk mengembangkan seni pertunjukan tradisional. Penulis melakukan analisa dengan metode penelitian kualitatif. Adapun metode pengumpulan data menggunakan analisis data sekunder dan indepth interview untuk memperoleh data primer.
Dalam tesis ini, model perencanaan komunikasi pemasaran dari Smith (1996) dan bentuk-bentuk komunikasi pemasaran menurut Kotler (2000) merupakan model yang sangat relevan dalam kaitannya dengan model Strategi Komunikasi Pemasaran Seni Pertunjukan Tradisional.
Dengan dukungan komunikasi pemasaran yang tepat, sebuah kesenian tradisional khususnya seni pertunjukan tradisional pun dapat dijadikan industri yang memberikan manfaat dan keuntungan seluas-luasnya bagi Para pendukung seni di dalamnya. Tak jarang sebuah seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya dilupakan dan dipandang tidak memiliki potensi bisnis (komersial), dengan pendekatan komunikasi pemasaran ternyata hasilnya menjadi tak terduga bahkan luar biasa. Dengan memasarkan seni pertunjukan tradisional khususnya ke mancanegara, Indonesia juga dapat memperbaiki citra bangsa di mata bangsa-bangsa lain. Pada saatnya nanti seni pertunjukan tradisional Indonesia diharapkan dapat sejajar kedudukannya dengan pariwisata sehingga seni pertunjukan tradisional dapat memberikan kontribusi terhadap bangsa, yaitu dapat memberikan perolehan devisa negara.

Marketing Communication Strategy for Traditional Art Performance (Study: Strategy Marketing Communications for Traditional Art Performance The Indonesian Excellency of Culture and Tourism)Art development, especially traditional art performance in Indonesia is revealed as yet to have a sufficient attention by the decision-maker (government - Department of Tourism & Cultural), the artist and business sectors. This situation can be seen from some perceptions to the meaning of `traditional art' by some groups of people. Some people thought art was born from the need of religions (i.e. praise to the God) then create a `tradition' to those own people. Some other thought art is an activity that can be enjoyable by everyone but not for business purposes. These people thought that traditional art can not be commercialized (i.e. benefit purposes). They thought their traditional art was meant for their own group, not to be exposed for different purposes. They even don't think of getting economic value (revenue) from their art creation. However, there are specific groups of people who are aware that traditional art is economically potential and it is enjoyable/consumable by lot of people. These groups thought traditional art performances can be explored for a business purposes, especially in conjunction with `tourism'. Indonesian traditional art is used to be as a complementary to the tourism in some favorite tourism destinations. Recently, groups of people (especially the traditional artist) have seen the opportunity for traditional art performances to be more recognized by domestic or foreign tourists. They are aware of potential around the world fans for Indonesian traditional art. Given to this opportunity, Indonesian traditional artist try with their own way to be able to perform overseas. On the other hand, in general the decision maker (Government or investors) may still thinking that traditional art as part of culture is mainly good to be used for uniting the country, and in overseas, this can be used as a diplomatic tool for foreign relationship.
The main discussion of this thesis is about the marketing communication strategy in developing traditional art show business (commercial traditional art performances). Qualitative methods were used to support the analysis. In-depth interview and support data gathering were also used to get the primary data."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T 8994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Sulistyabudi
"The advancement of technology in social media has penetrated into all areas of life such as economies, business, entertainment, education, and culture. The need of the information media such as the internet is rapidly growing. Its role has been widely spread in human life for various aspects of life. This study aims to look at now The Culture and Tourism Office of Bantul Regency use social media in preserving local culture and disseminating information on art and culture as well as the natural wealth in Bantul Regency. This study drew the data from observation and related materials from libraries and internet. The results of this study indicate social media plays an important role in preserving culture preservation in Bantul regency. Websites have been used to inform the activities of The Culture and Tourism Office of Bantul Regency in preserving local culture. It also disseminates schedules of cultural events as well as photos and videos."
Yogyakarta: BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA D.I. YOGYAKARTA, 2017
400 JANTRA 12:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Levana Theophilia Pattipeilohy
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kepercayaan pada social media influencers terhadap keputusan untuk melakukan kunjungan turisme ke Indonesia. Hubungan ini juga dimoderasi oleh budaya bangsa yang berfokus pada budaya individualistik dan kolektivistik. Penelitian ini menggunnakan metode eksperimental untuk menguji hipotesis-hipotesis, yang mengumpulkan 149 responden dari Indonesia dan Belanda untuk data makalah ini. Berdasarkan temuan makalah ini, penelitian ini menolak hipotesis-hipotesis tersebut, yang berarti kepercayaan pada pengaruh media sosial dan budaya bangsa tidak signifikan dan tidak dapat dibuktikan untuk memengaruhi keputusan untuk melakukan kunjungan turisme. Makalah ini menambah pengetahuan dalam literatur pemasaran digital dan media sosial, namun penelitian lebih lanjut masih diperlukan. Penelitian ini dapat membantu para manajer di Indonesia dalam mengiklankan destinasi pariwisata untuk mengumpulkan lebih banyak calon pelanggan. Masih ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yang terutama terkait dengan survei, seperti responden sebagian besar berasal dari Indonesia yang menciptakan ketidakseimbangan dalam data.

The purpose of this study is to examine the effect of trust in social media influencers on the decision to travel to Indonesia. The relationship is also moderated by the nation’s culture which focuses on individualist and collectivist cultures. An experimental study was developed to test the hypotheses, which gathered 149 survey respondents from Indonesia and The Netherlands for the data. Based on the findings, the study rejects the hypotheses, which means trust in social media influencers and the nation’s culture are insignificant and does not affect the decision to travel. This paper adds knowledge to digital marketing and social media literature, however further research is still needed. This study could help managers in Indonesia advertise the tourist destination to gather more potential customers. There are still some limitations in this study, which are mainly related to the survey, such as the respondents are mostly from Indonesia which creates an imbalance in the data.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hasea Christophorus
"Popularitas dari budaya populer Jepang seperti manga atau anime di dunia, selain berpengaruh terhadap industri kreatif dan ekonomi, juga mempunyai peran yang penting dalam pariwisata Jepang. Kota Mitaka adalah salah satu contoh daerah di Jepang yang terkena dampak dari ketenaran budaya populer Jepang dalam hal pariwisata. Penelitian ini menganalisis bagaimana pop culture tourism yang terjadi di kota Mitaka melalui Museum Ghibli. Penelitian menggunakan metode kualitatif dan analisis deskriptif dengan menggunakan data yang didapat dengan studi kepustakaan melalui berbagai sumber bacaan, yang kemudian dianalisis menggunakan kajian pop culture tourism oleh Lundberg dan Lexhagen. Berdasarkan data yang ditemukan, dinyatakan bahwa Museum Ghibli sudah menarik 650 ribu pengunjung setiap tahunnya. Lebih lanjut, dapat dinyatakan bahwa Museum Ghibli memiliki aspek-aspek penting yang dibutuhkan untuk kesuksesan pop culture tourism pada suatu destinasi budaya populer. Hal-hal seperti inovasi dalam suatu destinasi, pemahaman akan fenomena budaya populer dan memuaskan penggemarnya, serta peran teknologi telah berhasil menarik perhatian wisatawan.

The popularity of Japanese pop culture such as manga or anime in the world, as well as influencing the creative industry and the economy, also has an important role in Japanese tourism. Mitaka City is an example of an area in Japan that has been affected by the Japanese popular culture popularity in terms of tourism. This study analyzes how pop culture tourism occurs in the city of Mitaka through the Ghibli Museum. The study used qualitative methods and descriptive analysis using data obtained by literature studies through various reading sources, which were then analyzed using the study of pop culture tourism by Lundberg and Lexhagen. According to the data found, the Ghibli Museum has attracted 650 thousand visitors every year. Furthermore, it can be stated that the Ghibli Museum has important aspects needed for the success of pop culture tourism in a pop culture destination. Things such as innovation in a destination, understanding the phenomenon of popular culture and satisfy the fans, and the role of technology has succeeded in attracting tourist's attention."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library