Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Sarah Nadira Azzahra
"Komodifikasi adalah proses mengubah sesuatu yang sebelumnya tidak memiliki nilai ekonomis menjadi barang atau produk yang bisa dijual dan dikonsumsi secara massal. Museum dipilih sebagai fokus penelitian karena perannya dalam menyebarkan nilai-nilai budaya yang tak berwujud kepada publik, melalui penggunaan suvenir yang berfungsi sebagai media edukasi dan pelestarian budaya. Dalam era konsumerisme, suvenir yang dikurasi dengan baik tidak hanya memperpanjang pengalaman pengunjung tetapi juga membantu menyebarkan dan melestarikan budaya. Kajian dilakukan untuk menunjukkan pentingnya komodifikasi koleksi Museum Wayang Jakarta melalui suvenir yang bernarasi, yang mendukung pemahaman, apresiasi, dan pelestarian budaya wayang sebagai warisan Indonesia. Kajian mengevaluasi peran komodifikasi koleksi wayang untuk memperluas pembelajaran museum, menggunakan arkeologi teoritis sebagai panduan metodologi, pendekatan kualitatif dan arkeologi publik untuk pelestarian dan promosi budaya. Berpartisipasi dalam diskusi mengenai bagaimana komodifikasi budaya materi, yaitu koleksi museum dapat mendukung dan mempromosikan warisan budaya melalui studi kasus Museum Wayang Jakarta.
Commodification is the process of transforming something that previously had no economic value into goods or products that can be sold and consumed on a mass scale. Museums are chosen as the focus of research because of their role in disseminating intangible cultural values to the public through the use of souvenirs, which serve as educational and cultural preservation tools. In the era of consumerism, well-curated souvenirs not only extend the visitor experience but also help disseminate and preserve culture. This study highlights the importance of commodifying the Wayang Museum's collection through narrative souvenirs, which support understanding, appreciation, and preservation of wayang culture as an Indonesian heritage. The study evaluates the role of commodifying wayang collections to enhance museum learning, using theoretical archaeology as a methodological guide, and qualitative and public archaeology approaches for cultural preservation and promotion. Contributing to the discussion on how material culture commodification, specifically museum collections, can support and promote cultural heritage through a case study of the Museum Wayang Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Adam Bagaskara
"Intrusi corporate sponsorship ke ranah musik independen tidak mempengaruhi otentisitas karya para musisi yang terlibat di dalamnya karena creative autonomy dapat dipertahankan. Komodifikasi kancah musik independen Indonesia oleh perusahaan rokok menjadi suatu hal yang menarik untuk ditelusuri karena bertolak belakang dengan ideologi dari kancah musik tersebut - yang berlandaskan pada sikap Do it Yourself DIY. Alih-alih memandang fenomena tersebut secara pesimis layaknya yang dilakukan oleh mayoritas studi terdahulu, penulis justru menawarkan pandangan yang optimis terkait komodifikasi kancah musik independen Indonesia. Hal ini dilakukan dengan beragumen bahwa walaupun kancah musik independen Indonesia - yang seharusnya secara ideologis bebas dari imperatif pasar - telah menjadi dikomodifikasi - melalui corporate sponsorship - otentisitas karya para musisi independen masih dapat dinegosiasikan. Negosiasi tersebut dijelaskan dengan menggambarkan bagaimana musisi independen mempertahankan creative autonomy di dalam aktivitas produksi text - merefleksikan high culture. Peneliti berargumentasi bahwa relasi kancah-pasar tidak bersifat hitam-putih karena terdapat pertemuan kepentingan yang menegosiasikan sikap pandang kancah terhadap kehadiran pasar.
Big Businesses'intrusion into the Indonesian independent music scene does not harm the authenticity of the works of the independent musicians because creative autonomy is still maintained. The commodification of Indonesian independent music scene by tobacco companies is a one interesting phenomenon because it shows a contrast between the ideology that underlies the independent music scene mdash that is the Do it Yourself DIY ethos mdash and its commodified practice. Instead of being pessimistic, the writer of this study attempts to offer an optimistic view toward the commodification of Indonesian independent music scene. The writer argues that authenticity still can be negotiated under the practice of the independent music scene's commodification. Creative autonomy takes an important part in ensuring the negotiation process mdash texts that reflect high culture are considered authentic. The relation between corporation and the scene is not simply antagonistic, there are mutual interests that negotiate the scene's perception toward the presence of big businesses within its activites. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library