Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amia Luthfia R. Koestoer
"Dilatarbelakangi oleh tuntutan era globalisasi dan adanya pendapat yang menyatakan bahwa pelajar Indonesia di luar negeri memiliki hambatan untuk melakukan kontak dan bercakap-cakap dengan orang-orang di negara tuan rumah, maka penelitian ini mengkaji kompetensi (kemampuan) komunikasi antarbudaya orang Indonesia yang menetap sementara pada lingkungan pendidikan di Australia. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan konstruktivism. Metode yang digunakan adalah observational dengan berpartisipasi secara aktif di dalam kehidupan sehari-hari subyek penelitian dan situasi studi.
Konsep kompetensi komunikasi digunakan sebagai alat untuk mengukur kualitas komunikasi seseorang atau sekelompok orang. "Keberhasilan" (effectiveness) dan kelayakan (appropriateness) adalah dimensi yang digunakan untuk menilai kompetensi komunikasi. Jadi, kompetensi komunikasi antarbudaya melihat keberhasilan dan kelayakan komunikasi dan interaksi antara orangorang dari budaya yang berbeda. Keberadaan seseorang pada budaya yang berbeda menuntut dirinya untuk beradaptasi, dan yang mendasari proses adaptasi yang dialaminya adalah proses komunikasi. Melalui komunikasi yang berhasil dan layak, seseorang dapat meningkatkan kontrol terhadap perilakunya dan lingkungannya. Tiga buah dimensi, yaitu the affective process, the cognitive process dan the behavioral process, digunakan untuk "mengukur" kompetensi komunikasi antarbudaya sekaligus digunakan untuk menganalisisnya.
Hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan kompetensi pada konteks sosial formal dan konteks sosial informal. Pada konteks sosial formal para peserta training yang semuanya wanita ternyata cukup kompeten dalam berkomunikasi antar budaya dengan orang-orang Australia. Mereka dapat memenuhi dimensi affective, cognitive dan behavioral. Tapi pada konteks sosial informal, mereka tidak cukup kompeten. Perbedaannya adalah pada atribut message skill, interaction management dan cultural awareness, dimana pada konteks formal atribut-atribut tersebut ditemukan, sedangkan pada konteks informal atribut tersebut tidak ditemukan . Perbedaan yang lain adalah pada konteks formal, atribut appropriate self disclosure tidak ditemukan tapi pada konteks informal justru atribut tersebut dapat ditemukan. Di kedua konteks sosial, atribut-atribut self concept / self esteem, open-mindedness, non-judgmental attitudes, social relaxation, behavioral flexibility dan social skill I emphatic dapat ditemukan.
Perbedaan kompetensi komunikasi antarbudaya apakah subyek penelitian bersama-sama dengan teman sekelompoknya atau seorang diri ketika sedang berkomunikasi dengan orang Australia hanya ditemukan secara terbatas pada anggota kelompok yang kemampuan Bahasa inggrisnya lebih rendah dibandingkan anggota kelompok yang lain. Bagi mereka bantuan anggotaanggota lain dalam kelompok sangat diandalkan untuk berkomunikasi dengan orang Australia."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Nabila Larasati
"ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit periodontal dapat terjadi sebagai bentuk manifestasi oral selama masa kehamilan. Penyakit ini diketahui merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hasil kehamilan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan prematur. Untuk mencegah hal tersebut, kunjungan ke dokter gigi diperlukan sehingga kesehatan rongga mulut serta kesehatan bayi dan kehamilan dapat dijaga. Kondisi pengetahuan diketahui berhubungan dengan kunjungan ibu ke dokter gigi selama masa kehamilan. Untuk melihat bagaimana kondisi pengetahuan dan perilaku ibu hamil terkait kesehatan gigi mulut selama masa kehamilan, dibutuhkan sebuah instrumen penelitian yang valid dan reliabel. Namun sayangnya, instrumen seperti itu belum ada di Indonesia. Tujuan: Menganalisis nilai validitas dan reliabilitas kuesioner Knowledge and Behavior towards Oral Health during Pregnancy (KBOHP) versi Indonesia. Metode: Metode penelitian analisis deskriptif dengan rancangan potong lintang dan metode pemilihan sampel dengan convinience sampling menggunakan kuesioner KBOHP. Proses adaptasi lintas budaya dilakukan dengan pendekatan simetris. Analisis psikometrik yang dilakukan adalah validitas isi, validitas konstruksi, dan reliabilitas tes ulang. Hasil: Kuesioner KBOHP berhasil diadaptasi lintas budaya kedalam Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan simetris. Sebanyak 167 orang bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Nilai koefisien validitas isi I-CVI sebesar 0.8, namun nilai validitas konstruksi domain pengetahuan dan perilaku 0,05. Uji reliabilitas tes ulang menunjukkan nilai Intraclass Correlation 0,89-1. Kesimpulan: Kuesioner KBOHP versi Indonesia berhasil diadaptasi lintas budaya dari Bahasa Inggris. Kuesioner KBOHP valid dan reliabel untuk digunakan pada populasi Indonesia, namun untuk dapat meningkatkan validitas konstruksi, dibutuhkan penyempurnaan pada pertanyaan kuesioner.

ABSTRACT
Background: Periodontal disease may occur as an oral manifestation during pregnancy, it is known to be one of the risk factor for low birth weight and premature pregnancy outcomes. To prevent those situations, a visit to the dentist is needed, so that oral health, the health of the baby and also pregnancy could be maintained. Knowledge is known to be associated to womens visit to the dentist during pregnancy. To determine the condition of knowledge and behavior of pregnant women related to oral health during pregnancy, a valid and reliable instrument is needed. Unfortunately, such instrument is lacking in Indonesia. Objective: To analyze the validity and reliability value of the Indonesian version of Knowledge and Behavior towards Oral Health during Pregnancy (KBOHP) questionnaire. Method: This was analytic descriptive crossectional study with convinience sampling design using previously published KBOHP questionnaire. Cross-cultural adaptation of the questionnaire is done using Symmetrical approach. Psychometric analysis of the questionnaire were analyzed using content validity, construct validity, and test retest reliability. Result: The KBOHP questionnaire was successfully cross-adapted culturally into Indonesian using Symmetrical approach. There were 167 people agreed to participate in this study. The value of content validity index (I-CVI) was 0.8 but the construct validity of the knowledge and behavior domain was 0.05. The test and retest reliability showed the Intraclass Correlation Coefficient (ICC) value of 0.89-1. Conclusion: The KBOHP Indonesian version questionnaire was successfully cross-culturally adapted from the English version. The KBHOP Indonesian version was valid and reliabel to be used in Indonesian population. However, improvement is still needed on the items of the questionnaire in order to improve the construct validity."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Laksmi Vidjajanti
"Latar belakang: Pengukuran literasi kesehatan oral dimaksudkan untuk mengevaluasi potensi resiko terhadap kesehatan umum maupun kesehatan oral. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen Rapid Estimate of Adult Literacy in Dentistry-30 (REALD-30); Test of Functional Health Literacy in Dentistry (ToFHLiD); dan Oral Health Literacy Instrument (OHLI), dalam mengukur Literasi Kesehatan Oral ibu di DKI Jakarta. Metode: Penelitian menggunakan metode cross sectional. Dilakukan cross cultural adaptation instrumen REALD-30, ToFHLiD dan OHLI kemudian kuesioner dibuat dalam bentuk google form dan disebarkan kepada ibu yang memiliki balita di DKI Jakarta. Hasil: Sebanyak 170 ibu yang memiliki balita di DKI Jakarta mengisi ketiga kuesioner dalam waktu yang bersamaan. Mean Score REALD-30 adalah 17,16 (SD 5,2) dengan nilai minimum 5 dan maksimum 30. Mean Score ToFHLiD 11,06 (SD 2,69) CI 95% (10,65-11,47) dengan nilai minimum 2 dan nilai maksimum 14 dan Mean Score OHLI 71,29 (SD 18,65) CI 95% (68,46-74,11) dengan nilai minimal 22 dan maksimal 97. Interclass Correlation Coefficient (ICC) Tes-Retes pada REALD-30 ICC r = 97 (95%CI 0,91), ToFHLiD r = 89,9 (96%CI 0,61-0,97), OHLI r = 85,9 (95% CI 0,59-0,95) hasilnya berkorelasi hampir sempurna, Nilai Cronbach’s Alpha REALD-30 sebesar 0,945 (excellent), ToFHliD 0,838 (good) dan OHLI 0,799 (acceptable) sehingga dapat disimpulkan pengukuran dengan ketiga instrumen adalah reliabel, handal dan stabil. Kesimpulan: Ketiga instrumen REALD-30, ToFHLiD dan OHLI menunjukkan reliabilitas yang baik dan pada uji validitas menunjukkan Convergent Validity yang memuaskan antara OHLI dengan ToFHLiD serta Convergent Validity yang kurang memuaskan antara skor REALD-30 dan ToFHLiD. Discriminant Validity yang memuaskan pada ketiga instrumen. REALD-30 dan OHLI dapat digunakan untuk mengukur LKO pada ibu di DKI Jakarta sementara ToFHLiD perlu pengkajian lebih lanjut

Background: Measurement of oral health literacy is intended to evaluate potential risks to general health and oral health. Objectives: The aims of this study were to determine the validity and reliability of the Rapid Estimate of Adult Literacy in Dentistry-30 (REALD-30) instrument; Test of Functional Health Literacy in Dentistry (ToFHLiD); and the Oral Health Literacy Instrument (OHLI), in measuring maternal Oral Health Literacy in DKI Jakarta. Methods: Research using cross sectional method. Cross cultural adaptation of the REALD-30, ToFHLiD and OHLI instruments was carried out, then a questionnaire was made in the form of a Google form and distributed to mothers who have toddlers in DKI Jakarta. Results: A total of 170 mothers with toddlers in DKI Jakarta filled out all three questionnaires at the same time. The mean score of REALD-30 was 17.16 (SD 5.2) with a minimum value of 5 and a maximum of 30. The mean score of ToFHLiD was 11.06 (SD 2.69) 95% CI (10.65-11.47) with a minimum score 2 and maximum score of 14 and OHLI Mean Score of 71.29 (SD 18.65) 95% CI (68.46-74.11) with minimum score of 22 and maximum of 97. Interclass Correlation Coefficient (ICC) Test-Retest on REALD- 30 ICC r = 97 (95%CI 0.91), ToFHLiD r = 89.9 (96%CI 0.61-0.97), OHLI r = 85.9 (95% CI 0.59-0.95 ) the results correlate almost perfectly, Cronbach’s Alpha REALD-30 0,945 (excellent), ToFHliD 0,838 (good) and OHLI 0,799 (acceptable) so it can be concluded that the measurements with the three instruments are reliable, reliable and stable. Conclusion: The three REALD-30, ToFHLiD and OHLI instruments show good reliability and the validity test shows satisfactory Convergent Validity between OHLI and ToFHLiD and unsatisfactory Convergent Validity between REALD-30 and ToFHLiD scores. Satisfying Discriminant Validity on all three instruments. REALD-30 and OHLI can be used to measure LKO in mothers in DKI Jakarta while ToFHLiD needs further study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kinanti Dyah Lynaringtyas
"Jumlah migran Korea Utara di Korea Selatan terus meningkat setiap tahunnya. Menurut Kementerian Unifikasi Republik Korea, jumlah migran Korea Utara yang menetap di Korea Selatan telah mencapai 33.523 jiwa pada tahun 2019. Dalam beradaptasi di lingkungan masyarakat Korea Selatan, migran Korea Utara dapat mengalami apa yang disebut sebagai gegar budaya atau culture shock. Hal ini didorong oleh adanya perbedaan budaya yang cukup signifikan antara Korea Utara dan Korea Selatan setelah terpecah selama lebih dari tujuh puluh tahun. Pengalaman gegar budaya ini dicerminkan dalam memoar The Girl with Seven Names karya Hyeonseo Lee, salah satu memoar migran Korea Utara yang paling populer. Memoar ini menceritakan pengalaman Lee dalam mencari identitasnya selama hidup di Korea Utara, Cina, dan Korea Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana gegar budaya yang dihadapi migran Korea Utara digambarkan dalam memoir The Girl with Seven Names. Dengan menggunakan teori Oberg (1960) mengenai tahapan gegar budaya, penelitian ini menemukan bahwa migran Korea Utara melewati seluruh tahapan gegar budaya dalam beradaptasi di lingkungan masyarakat Korea Selatan. Dari seluruh tahapan tersebut, crisis stage menjadi tahapan gegar budaya yang paling menggambarkan permasalahan adaptasi migran Korea Utara di Korea Selatan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa gegar budaya tidak hanya dialami oleh orang-orang dengan latar belakang etnis dan budaya yang berbeda saja.
The number of North Korean migrants in South Korea continues to increase every year. According to the Ministry of Unification of the Republic of Korea, the number of North Korean migrants residing in South Korea reached 33,523 in 2019. In adapting to South Korean society, North Korean migrants can experience culture shock. This is driven by the significant cultural differences between North and South Korea after being divided for more than seventy years. This culture shock experience is reflected in the memoir The Girl with Seven Names by Hyeonseo Lee, one of the most popular memoirs by North Korean migrants. This memoir tells of Lee's experience in finding her identity while living in North Korea, China, and South Korea. This study aims to understand how the culture shock faced by North Korean migrants is illustrated in the memoir The Girl with Seven Names. Using Oberg's (1960) theory regarding stages of culture shock, this study found that North Korean migrants go through all stages of culture shock in adapting to South Korean society. Of all the stages, the crisis stage becomes the stage of culture shock that most describes the adaptation problems of North Korean migrants in South Korea. The results of this study also showed that culture shock was not only experienced by people with different ethnic and cultural backgrounds."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Juniarto Jaya Pangestu
"Pendahuluan: Nyeri bahu merupakan salah satu masalah yang kerap menjadi keluhan pasien di klinik orthopaedi. Saat ini belum ada instrumen untuk menilai luaran klinis bahu berbahasa Indonesia yang sudah teruji validitas dan reliabilitas. Constant Score (CS) merupakan alat ukur luaran yang sering digunakan dalam literatur untuk mendeskripsikan kondisi fungsional bahu.
Metode: Adaptasi Constant Score ke dalam bahasa Indonesia dilakukan sesuai dengan pedoman yang direkomendasikan oleh Beaton et al. Pengambilan sampel secara konsekutif dilakukan di klinik orthopaedi RS Cipto Mangunkusumo dan RSUP Fatmawati pada pasien dengan keluhan nyeri bahu. Uji validitas dan reliabilitas kuisioner CS-INA versi final dilakukan oleh satu orang peneliti dalam 2 kali kesempatan dengan rentang 1-2 minggu. Responden juga diminta mengisi kusioner SF-36 berbahasa Indonesia pada pertemuan pertama.
Hasil: Sebanyak 102 bahu (101 pasien) diikutsertakan dalam studi validasi dan reliabilitas. Uji validitas konstruk antar poin kuisioner menunjukkan korelasi moderat hingga kuat (Koefisien korelasi 0,429-0,846; p < 0,05). Validitas kriteria dengan kuisioner SF-36 juga menunjukkan korelasi kuat (Pearson correlation 0,90; p < 0,05). Uji reliabilitas menunjukkan konsistensi internal yang sangat baik (Cronbach’s  = 0,85) dan korelasi intrakelas yang baik (ICC = 0,86). Hasil yang baik juga ditunjukkan dari skor SEM 7,32 dan 6,82 serta MDC 14,4 dan 13,3. Dalam penelitian ini tidak didapatkan efek floor and ceiling.
Kesimpulan: Adaptasi Constant Score ke dalam bahasa dan kultur Indonesia menghasilkan alat ukur luaran yang valid dan reliabel untuk digunakan dalam populasi pasien Indonesia dengan keluhan nyeri bahu.

Introduction: Shoulder pain is one of the main complaints of patients coming to the orthopaedic clinic. To the extend of our knowledge, there has been no outcome measure relating to shoulder complaints in Indonesian language. Constant Score (CS) is widely used in publications and literatures to explain shoulder functional outcome.
Method: Cross-cultural adaptation of the Constant score to Indonesian language and culture was performed according to recommendation by Beaton et al. Data from patient with shoulder pain were collected consecutively in the orthopaedic clinic in Cipto Mangunkusumo National General Hospital and Fatmawati General Hospital. Validity and reliability study of the final version of CS-INA was conducted by one researcher in 2 meetings, within 1-2 weeks. The Indonesian version of the SF-36 questionnaire was also given to the respondents.
Results: A total of 102 shoulders (101 patients) was included in the study. CS-INA showed excellent construct validity between items of questionnaire (correlation coefficient 0.429-0.846; p < 0.05) and criterion validity with SF-36 (Pearson correlation 0.90; p < 0.05). Reliability study showed good internal consistency (Cronbach’s  = 0.85) and intraclass correlation (ICC = 0.86). The SEM of the test and retest were 7,37 and 6,82, while the MDC were 14,3 and 13,3. There is no floor and ceiling effects observed in this study.
Conclusion: The Indonesian version of the Constant Score exhibits good validity and reliability for Indonesian population complaining of shoulder pain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Irwan Saputra
"Latar belakang: Baumann Skin Type Indicator (BSTI) merupakan instrumen yang dikembangkan pada tahun 2006 untuk menentukan tipe kulit berdasarkan empat parameter dikotom, yaitu: kering atau berminyak; sensitif atau resisten; berpigmen atau tidak berpigmen; dan kencang atau keriput. Kuesioner ini telah dimodifikasi pada tahun 2022 agar lebih praktis dan mudah digunakan. BSTI dapat membantu dokter untuk merekomendasikan produk perawatan kulit harian yang paling sesuai bagi pasien. Hingga saat ini, belum ada klasifikasi penentuan tipe kulit di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan alat yang valid dan reliabel untuk menentukan tipe kulit pada populasi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Baumann Skin Type Indicators berbahasa Indonesia (BSTI-Ina).
Metode: Dilakukan penerjemahan dan adaptasi lintas budaya kuesioner BSTI tahun 2006 dan 2022 ke dalam bahasa Indonesia. Hasil terjemahan kuesioner dianalisis oleh komite yang beranggotakan dokter spesialis Dermatologi, Venereologi dan Estetika, ahli biostatistika, psikolog klinis, dan penerjemah. Hasil kuesioner yang telah disepakati oleh komite diisi oleh 150 subjek dewasa yang berusia antara 18 hingga 59 tahun. Validitas kuesioner BSTI-Ina tahun 2006 dan 2022 dinilai berdasarkan validitas konten dan validitas konstruksi. Reliabilitas dinilai berdasarkan konsistensi internal. Korelasi antara kuesioner BSTI-Ina tahun 2006 dan 2022 dinilai dengan intra-class correlation (ICC).
Hasil: Uji validitas menghasilkan nilai koefisien korelasi setiap pertanyaan pada BSTI-Ina tahun 2006 sebesar -0,037 hingga 0,751, untuk setiap pertanyaan pada BSTI-Ina tahun 2022 sebesar 0,231 hingga 0,685. Uji reliabilitas menunjukkan nilai α Cronbach untuk setiap pertanyaan pada BSTI-Ina tahun 2006 sebesar 0,613 hingga 0,718 dan untuk seluruh pertanyaan pada BSTI-Ina tahun 2022 sebesar 0,704. Intra-class correlation antara BSTI-Ina tahun 2006 dan 2022 sebesar 0,435.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa BSTI-Ina tahun 2006 dan 2022 valid, reliabel, dan dapat digunakan untuk menentukan tipe kulit populasi dewasa di Indonesia.

Backgorund: The Baumann Skin Type Indicator (BSTI) is an instrument developed in 2006 to determine skin types based on four dichotomous parameters, which are: dry or oily; sensitive or resistant; pigmented or non-pigmented; and tight or wrinkled. This questionnaire has been modified in 2022 to make it more practical and simple to use. The BSTI can assist dermatologists in recommending the most appropriate daily skin care products for patients. Until now, there is no classification for determining skin type in Indonesia. Therefore, valid and reliable tools are needed for determining skin type in the Indonesian population. This study aims to develop an Indonesian version of Baumann Skin Type Indicators (BSTI-Ina).
Methods: The English versions of 2006 and 2022 BSTI questionnaires were translated into Bahasa Indonesia and underwent cross-cultural adaptation. The translated questionnaires were analyzed by a committee consisting of dermato-venereologists and aestheticians, biostatistician, clinical psychologist, and translators. The questionnaires were completed online by 150 Indonesian adult subjects ranging between 18 and 59 years old. The validity of the translated questionnaires was measured by content and construct validity. The reliability was assessed by internal consistency. The correlation between the 2006 and 2022 BSTI-Ina was assessed by intra-class correlation (ICC).
Results: The validity test showed correlation coefficient scores for each question in 2006 BSTI-Ina was -0,037 to 0.751, and for each question in 2022 BSTI-Ina was 0,231 to 0,685. The reliability test showed a Cronbach’s α coefficient for each question in 2006 BSTI-Ina was 0,613 to 0,718 and for question in 2022 BSTI-Ina was 0,704. The ICC between 2006 and 2022 BSTI- Ina was 0.435.
Conclusion: This study demonstrates that both 2006 and 2022 BSTI-Ina are valid, reliable, and suitable for determining the skin type of the Indonesian adult population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Geovani Febian
"Tulisan ini berfokus pada tarombo dan martarombo yang bertindak sebagai strategi adaptasi budaya bagi orang Batak Toba di Jakarta untuk mempertahankan nilai budaya dan sistem kekerabatan mereka, meskipun berada jauh dari bona ni pasogit. Tarombo dimaknai sebagai simbol pembawa makna yang berguna sebagai aturan main dalam menemukan posisi diri pada silsilah keturunan Batak Toba. Gagasan nilai tarombo kemudian diejawentahkan oleh para perantau Batak Toba di Jakarta melalui interaksi dalam praktik keseharian yang disebut dengan martarombo. Dalam praktiknya, terdapat pemaknaan yang berbeda-beda terhadap tarombo sehingga negosiasi makna antar beberapa generasi tidak dapat dihindari. Oleh karenanya, makna yang mereka pegang menjadi penting untuk mengetahui strategi adaptasi dari kompleksitas budaya Batak Toba yang mereka pertahankan ketika berada di Jakarta. Tulisan ini memanfaatkan pendekatan etnografi untuk menemukan makna mengenai tarombo dan martarombo secara lebih detail dan mendalam.

This paper focusing on tarombo and martarombo which act as cultural adaptation strategies for the Toba Batak people in Jakarta to maintain their cultural values and kinship system, even though they are far from bona ni pasogit. Tarombo is interpreted as a symbol of the bearer of meaning which is useful as a rule in finding their position in the genealogical system of the Toba Batak kinship. The idea of the value of tarombo is then manifested by Toba Batak migrant through the interaction in daily practices called martarombo. In practice, there are different meanings of tarombo so negotiation of meaning between several generations is inevitable. Therefore, their interpretation of meaning becomes important on purpose to know the cultural adaptation strategies of the complexities of the Toba Batak culture that they maintain as a migrant in Jakarta. This paper utilizes an ethnographic approach to find meaning about tarombo and martarombo in more detail and depth.

Keywords: Cultural Adaptation Strategies, Martarombo, Meaning, Migrant, Practice, Tarombo, and Toba Batak.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library