Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
A recurring topic of Theodor W. Adorno's work in the 1950s and 60s is his critique of Martin Heidegger's philosophy. In a number of books and articles Adorno criticizes without let up Heidegger's "ontology"....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Febiana Rima
Abstrak :
ABSTRAK
Hukum sebagai fenomena sosial tidak pernah bisa lepas dari konteks sosial dan politik dimana hukum itu hidup dan berkembang. Dalam pengertian itu hukum dapat dimengerti bukan hanya sebagai instrumen belaka melainkan sebagai basis berdirinya bangun sosial dan politik yang dibangun dalam setiap bentuk kehidupan sosial. Hukum liberal atau hukum modern mendasarkan diri pada positivisme untuk menemukan hukum-hukum yang tetap bagi gejala-gejala sosial. Metode positivistik menghasilkan sistem politik berbasis demokrasi dan sistem ekonomi berbasis pasar. Sistem hukum yang dihasilkan, terutama dalam kerangka politik, adalah sistem hukum yang mendasarkan dirinya pada aturan hukum atau the rule of law. Aturan hukum menjadi landasan bagi pemisahan kekuasan diantara para pemegang kekuasaan yang tujuannya adalah agar kekuasaan tidak terkonsentrasi dan proses check and balances dapat terjadi. Sehingga ada jaminan bagi warga negara bahwa para pemegang kekuasaan tidak menjalankan kekuasaannya dengan sewenang-wenang dan dengan demikian keadilan hukm dapat diwujudkan. Hukum yang positivistik ini meyakini bahwa di dalam hukum ada keadilan yang dilahirkan oleh prinsip imparsial dan netralitas. Sehingga kekuasaan tidak berpihak dan keadilan dapat dimiiiki oleh semua orang tanpa pandang bulu. Namun dalam kenyataannya humanisasi yang menjadi salah satu tujuan yang mendorong lahirnya hukum liberal, dengan pengakuan hak-hak individual, tidak begitu saja mendorong terjadinya kehidupan sosial yang lebih baik dan lebih adil bagi sebagian orang (yang posisinya dalam struktur dan hirarki sosial memang rendah). Kenyataan ini mendorong para pengkritik hukum liberal untuk mencari tahu apa yang sesunggulmya terjadi dalam kehidupan manusia modem yang ditopang dengan hukum liberalnya. Pencarian itu bermuara pada penemuan yang menyatakan bahwa ternyata hukum liberal tidak saja digunakan sebagai pendukung bagi kehidupan ekonomi kapitalis dan sistem politik demokratis, melainkan lebih dari itu hukum liberal jugs ditengarai oleh para kritikus hukum kritis sebagai penyebab dari terjadinya ketidakadilan yang ada dalam kehidupan sosial. Hukum dijadikan sebagai alat legitirnasi bagi hirarki sosial yang tidak adil dan timpang. Upaya yang ingin dicapai oleh para pengkritik hukum liberal, khususnya para penganut aliran hukum kritis, adalah tersadarkannnya masyarakat akan ketidakadilan yang dihasilkan oleh hukum liberal sehingga perubahan dapat dilakukan melalui rumusan hukum yang baru. Sehingga tercipta kehidupan sosial yang lebih adil tanpa dominasi dan penindasan.
2007
T19533
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hudita Ashabuljannahti Rahmah
Abstrak :
Penelitian ini berusaha mengungkap makna lirik lagu Smerti Bolʹše Net karya IC3PEAK yang ingin disampaikan pengarang baik secara terisrat maupun tersurat, dan bagaimana lirik lagu ini dapat menginterpretasikan situasi kehidupan warga Rusia dan tanggapan mereka kepada kebijakan hak kebebasan berekpresi di Rusia pada masa karya lirik lagu Smerti Bolʹše Net karya IC3PEAK tercipta. Dengan menggunakan metode interpretif, sumber data utama yang berupa teks lirik lagu Smerti Bolʹše Net karya IC3PEAK akan dianalisa secara bertahap. Sumber data yang telah diterjemahkan, kemudian dianalisa dengan teori pemaknaan semiotika Michael Riffaterre yang meliputi tahapan pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, ketidaklangsungan makna, matriks, model, dan varian-varian, dan hipogram. Hasil analisis menunjukkan bahwa lirik lagu protes Smerti Bolʹše Net karya IC3PEAK menginterpretasikan makna kritik atas hak kebebasan berekspresi dan berpendapat yang dirasa pengarang sebagai warga negara terbatasi oleh kebijakan-kebijakan pada pemerintahan rezim Vladimir Putin sekitar tahun 2018-an hingga 2022-an. ......This research seeks to reveal the meaning of the lyrics of the song Smerti Bolʹše Net by IC3PEAK which the author wants to convey either implicitly or explicitly, and how the lyrics of this song can interpret the life situation of Russian citizens and their response to the policy of the right to freedom of expression in Russia during the time of the song created. By using the interpretive method, the main data source, which is the text of the song Smerti Bolʹše Net by IC3PEAK, will be analyzed in stages. Sources of data that have been translated, then analyzed with Michael Riffaterre's theory of semiotic which includes the stages of heuristic reading, hermeneutic reading, indirectness of meaning, matrices, models, and variants, and hypograms. The results of the analysis show that the lyrics of the protest song Smerti Bolʹše Net by IC3PEAK interpret the meaning of criticism of the right to freedom of expression and opinion which the author feels as a citizen is limited by the policies of the government of Vladimir Putin's regime around the 2018s to 2022s.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Harsawibawa
Abstrak :
Tesis ini berusaha untuk mendapatkan pemahaman yang utuh dan mendalam atas pemikiran Estetika Kant. Oleh sebab itu ia harus berbicara tentang latar belakang pemikiran Estetika Kant yang meliputi pemikiran urnurn Kant di dalam filsafat kritisnya, dan juga Sejarah Estetika pra-Kant. Dengan menggunakan filsafat kritisnya sebagai latar belakang, maka pemikiran Estetika Kant dipandang sebagai usaha untuk menjembatani "jurang" antara "keniscayaan alam" -- hasil pemikiran Critique of Pure Reason, dan "kebebasan" -- hasil Critique of Practical Reason. Jadi, keindah.an analog dengan keniscyaan alam, dan sublim analog dengan kebebasan. Sedangkan seni dan genius nienunjukkan analogi kerjasama antara alam dan kebebasan dalam menghasilkan suatu bal. Dengan menggunakan Sejarah Estetika sebagai latar belakang, pemikiran Estetika Kant menjadi kulminasi dari permasalahan-permasalahan Estetika pra-Kant, terutama permasalahan Estetika yang dimunculkan oleh para filsuf Inggris. Unsur penyatu di dalam pemikiran Estetika Kant itu adalah "judgment". Secara garis besar pokok-pokok permasalahan di dalam pemikiran Estetika Kant dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) permasalahan keindahan dan sublim, dan (2) permasalahan seni dan genius. Pembahasan permasalahan keindahan dan sublim di.mulai dengan menggunakan sarana judgment of taste, dan judgment of taste itu sendiri diterangkannya dengan menggunakan momen-momen seperti yang terdapat di dalam Critique of Pure Reason. Menurut Kant, terdapat 4 momen judgment of taste, dan mereka disebut "momen-momen keindahan". Keindahan dan sublim merupakan objek-objek yang menghasilkan peristiwa estetis. Keduanya memiliki perbedaan yang mendasar, yaitu: keindahan bersifat sangat teratur, sedangkan sublim bersifat sangat tidak teratur -- sublim kemudian dibedakan menjadi sublim yang matematis dan sublim yang dinamis. Setelah keindahan dan sublim adalah permasalahan seni dan genius. Maksud kedudukan seni dan genius di dalam "Deduksi Aesthetic Judgment" adalah bahwa, pertama-tama, genius di dalam seni menunjukkan peran atau sumbangan alam dalam "peristiwa keindahan" di dalam seni. Kedua, "seni" dalam arti Kantian adalah bukan objek khusus yang hadir di hadapan kita; "seni" dalam arti Kantian adalah semacam "proses", ia adalah suatu "gangguan" di satu atau dua pancaindera kita! "Proses permainan" itu terjadi di dalam dunia supersensible. Hal ini membuktikan keberadaan dunia supersensible. Kembali lagi pada persoalan genius di atas; hanya seorang genius saja yang dapat membuat atau berbuat hal seperti itu.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Retno Kusuma Whardhany
Abstrak :
Penyusunan edisi teks dan analisis naskah terhadap Hikayat Abu Nawas Br 429 pada bulan September 2007 sampai Maret 2008, tujuannya ialah untuk menyajikan edisi teks, yaitu transliterasi dan analisis naskah yang dapat dibaca oleh masyarakat umum mengingat bahasa yang digunakan dalam naskah tidak begitu dikenal luas. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memaparkan kritik sosial yang terdapat dalam naskah.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S10719
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lugt, Mara van der
Abstrak :
This book presents a new study of Pierre Bayles Dictionnaire Historique et Critique (1696), with special reference to Bayles polemical engagement with the theologian Pierre Jurieu. While recent years have seen a surge of interest in Bayle, there is as yet no consensus on how to interpret Bayles ambiguous stance on reason and religion, and how to make sense of the Dictionnaire. This book aims to establish a new method for reading the Dictionnaire under a dual premise: first, that the work can only be rightly understood when placed within the immediate context of its production in the 1690s; second, that it is only through an appreciation of the mechanics of the work as a whole, and of the role played by its structural and stylistic particularities, that we can attain an appropriate interpretation of its parts. Special attention is paid to the heated theological-political conflict between Bayle and Jurieu in the 1690s, which had a profound influence on the project of the dictionary and on several of its major themes, such as the tensions in the relationship between the intellectual sphere of the Republic of Letters and the political state, but also the danger of religious fanaticism spurring intolerance and war. The final chapters demonstrate that Bayles clash with Jurieu was also one of the driving forces behind Bayles reflection on the problem of evil; they expose the fundamentally problematic nature of both Bayles theological association with Jurieu, and his self-defence in the second edition of the Dictionnaire.
Oxford: Oxford University Press, 2016
e20470577
eBooks  Universitas Indonesia Library