Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isyana Diah Wardhani
Abstrak :
Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang semakin beragam, perbankan dihadapkan dengan risiko yang semakin kompleks. Salah satu kegiatan bank yang sangat pesat saat ini adalah pemberian kredit dengan implikasi risiko kredit/kerugian yang cukup besar. Karya akhir ini membahas kemampuan bank sebagai salah satu lembaga keuangan dalam menghadapi potensi risiko kredit yang mungkin dialami. CreditMetrics merupakan salah satu model internal dalam pengukuran risiko kredit. Penyusunan model internal direkomendasikan oleh Basel II dalam rangka menghasilkan pengukuran risiko yang sesuai dengan profil risiko bank dan secara umum dapat menghemat modal yang dibutuhkan bank. ......As the industry developed rapidly and has an increasingly diverse business activities, banks are faced with increasingly complex risks. One of the very rapid current banks is providing credit with the implications of credit risk/substantial losses. This final work discusses the ability of banks as a financial institution in facing of potential credit risk that may be occured. CreditMetrics is one of internal models in credit risk measurement. Preparation of internal models recommended by the Basel II Accord in order to generate risk measurement in accordance with the bank's risk profile and in general can save the bank need capital.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32182
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nicodemus H. Mulyanto
Abstrak :
Bank sebagai lembaga intermediasi menpunyai fungsi menjadi jembatan antara pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Proses intermgdiasi ini tentulah akan menimbulkan risiko risiko bagi bank, khususnya risiko kredit yaitu apabila pihak yang menerinia dana tidak dapat mengembalikan dana yang telah diterimanya. Untuk itu bank menerapkan berbagai cars dalam pengelolaan risiko kreditnya dengan tujuan agar risiko kredit dapat ditekan seminim mungkin serta diantisipasi sejak dini. Namun meskipun berbagai tindakan telah dilakukan oleh Bank untuk menekan tingkat risikonya, selama bisnis bank itu sendiri masih bertumbuh, peningkatan risiko ini tidak dapat dihindari, oleh karena itu Bank Indonesia telah mengeluarkan ketentuan mengenai penyediaan modal minimum untuk mengcover risiko yang ada. Saat ini ketentuan yang berlaku mengharuskan bank untuk dapat menjaga tingkat likuiditasnya minimal 8%. Sehubungan derigan adanya ketentuan diatas, salah satu kendala yang dihadapi perbankan di Indonesia adalah penyediaan modal minimum untuk mengcover risiko tersebut (khususnya risiko kredit) karena pada dasamya Bank memiliki modal terbatas. Saat ini hampir semua Bank di Indonesia =sill nienggunakan basic standard model sesuai Basel I untuk meaakukan pengukuran risiko kreditnya walaupun gerakan perubahan untuk mengimplementasikan Basel II sudah mulai dilakukan. Secara teoritis, pengukuran risiko dengan internal model Credi ivietrics seperti dalam Basel II dapat menghasilkan nilai eadangan modal minimum yang lebih kecil dibandingkan dengan basic standard model. Untuk itu, karya akhir ini ditujukan untuk melakukan pembuktian pada kasus Bank ABC yaitu apakah pengukuran risiko kredit dengan internal model CreduMetrics dapat menghasilkan penyediaan modal minimum yang lebih kecil bila dibandingkan dengan basic standard model. Data yang digunakan diambil dari internal Bank ABC berupa data irugrasi kolektibilitas debitur korporasi selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2005. Metode yang digunakan untuk mengukur risiko kredit pada Bank ABC adalab Creditllrietrics, sedang dalam pengujian validitas digunakan Kupiec Test, dengan tujuan untuk mengetahui apakah pemodelan Credit detrics yang digunakan adalah valid. Hasil pengukuran yang dilakukan berdasarkan kasus Bank ABC, memperlihatkan bahwa benar penyediaan modal minimum untuk mengcover risiko kredit dengan internal model melaIni pendekatan CreditMetrics terbukti lebih keciI dabaridingkan dengan basic standard model
The Bank as an intermediary institution has the function to become a connector between the surplus side and the deficit side. This intermediary process will of course create risk to the bank, especially credit risk, which happens when the debtors can not pay to the Bank the amount of loan that they received. To overcome such kind of risk, the Bank develops various ways to handle its credit risk with the purpose to minimize and anticipate credit risk as soon as possible. But, although many ways have been used by the Bank to minimize its risk, as long as the banking business itself still grows, the increasing risk can not be evaded, that is why Bank Indonesia has already announced the policy in minimum capital requirement to cover risk that exists in Banking. The policy above indicates that the Bank must sustain its minimal liquidity level of 8%. Along with the announcement of the policy, one of the problems that Indonesian banks are facing is the amount of the minimum capital requirement that the Bank must provide to cover risks (especially credit risk) because the Bank has limited capital. Right now, almost every bank in Indonesia is still using the basic standard model in Basel I to measure its credit risk, even though the movement to migrate to Basel II is starting to roll. Theoretically, risk measurement with internal model Credit Metrics like in Basel II' can result in lower capital requirement compared to the basic standard model. For this purpose, this thesis is focused on proving in Bank ABC's case, whether . credit risk measurement with internal model CreditMetrics can result in lower minimum capital requirement compared to the basic standard model. The data used in this research are taken from the internal data of Bank ABC in the form of rating migration from corporate loans starling from January 2004 up to December 2005. The method used in measuring credit risk in Bank ABC's case is Credit Metrics, whereas in validating the model using the Kupiec Test, the objective of the test is to find out whether the Credit Metrics modeling used is valid. The result of this research shows that credit risk measurement with internal model can result in lower minimum capital requirement compared to the basic standard model.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19738
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azmi Fitriati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan (a) Mengukur potensi kerugian maksimum (unexpected loss) yang ditimbulkan atas risiko pembiayaan mudharabah dengan menggunakan model standar dan model internal (Credit Metrics); (b) Menguji validitas pengukuran capital charge risiko pembiayaan mudharabah dengan menggunakan model standar dan metode internal (Credit Metrics); (c) Mengetahui profil risiko pembiayaan mudharabah berdasarkan wilayah/lokasi usaha. Data yang digunakan dalam penelitian ini adaiah data pembiayaan mudharabah sclama April 2005 -- Januari 2006. Model standar berdasarkan perhitungan ATMR sesuai dengan peraturan Bank Indonesia nomor: 7/13/PBI/2005 tentang: Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Sedangkan model internal mengikuti metodologi CreditMetrics ? J. P. Morgan Hasil perhitungan yang dilakukan dengan model internal (CreditMetrics) menunjukkan risiko pembiayaan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan model standar (ATMR). Capital charge risiko pembiayaan mudharabah dengan model standar lebih tinggi dibanding dengan model internal. Tetapi melalui uji back testing (Loglikelihoodl Ratio) kedua model dapat diterima (valid). Karena itu dalam pengukuran capital charge risiko pembiayaan, selain menggunakan model standar seperti yang disyaratkan oleh Bank Indonesia, bank dapat menggunakan model internal, terutama untuk pengambilan keputusan yang strategis dalam pengembangan pembiayaan. Risiko pembiayaan mudharabah paling tinggi terjadi di wilayah DKI Jakarta dan kemudian berturut-turut adalah wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan yang paling rendah adalah wilayah di luar jawa.
This study was aimed to (a) measure the unexpected loss of mudharabah funding using standard as well as internal models (Credit Metrics); (b) test whether capital charge measurement with internal model is acceptable; (c) find out the location-base risk profile of mudharabah funding. This study used data on mudharabah funding from April 2005 to January 2006. The standard model is based on WRA measurement by Bank Indonesia number 7/13/PBI/2005 on Minimum Capital Charge of sharia-based Commercial Bank, while the internal model adopts the Credit Metrics - J.P. Morgan method. The result of internal method shows a lower credit risk as compared to that of standard method. This implies that the capital charge of credit risk under standard model is higher than that under the internal model. Nevertheless, using back testing (Logikelihood Ratio), both models are valid. Therefore, the measurement of the capital charge of credit risk is recommended. The ranking of mudharabah credit risk profile is higher in: Jakarta, West Java, Central Java, East Java, than that in outside Java.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T17900
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iik Ganjar Taufik Hidayat
Abstrak :
Metode pengukuran risiko kredit pada Bank X saat ini menggunakan metode standard (Basel I) dimana metode ini telah diketahui umum memiliki banyak kelemahan yang salah satunya adalah kurang sensitif terhadap kualitas kredit. Sejalan dengan tuntutan Basel II dalam penghitungan pemenuhan modal minimum, Bank X telah memiliki Intenal Rating System, namun belum dapat menetukan model pengukuran risiko kredit apa yang paling sesuai dengan karakteristik bisnisnya_ Karya akhir ini mengukur risiko kredit usaha menengah Sank X menggunakan metode CreditMetrics dan dibandingkan hasilnya dengan metode standard. Data yang digunakan untuk menghitung probabilitas migrasi rating adalah data rating debitur usaha Menengah antara Bulan Januari 2004 hingga Juli 2006, sedangkan untuk penghitungan VaR menggunakan data seluruh portofolio usaha tersebut. Data pendukung lainnya diperoleh dari Bisnis Indonesia, dan sumber lain di Bank X. Tahap-tahap penghitungan EL dan UL mengikuti metode seperti yang disampaikan dalam Tecnicral Document CreditMetrics dari J.P Morgan (1997) serta beberapa literatur tekait. Untuk mempermudah penghitungan terlebih dahulu dibuatkan aplikasi kecil menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 dan Microsoft Access 2002. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa EL yang dihitung dengan CreditMetrics jauh lebih kecil dibandingkan dengan PPA yang dibentuk oleh Bank X yaitu sekitar 5.47%. Perlu dicatat bahwa pembentukan PPA yang dilakukan Bank X lebih besar dari yang wajib dibentuk yaitu kurang lebih 140%. Pada tingkat kepecayaan 99%, VaR yang dihasilkan adalah rata-rata sebesar 10.86% dari besarnya portofolio, lebih besar dibandingkan dengan ketentuan pemenuhan modal minimum saat ini yaitu sebesar 8%. Untuk tingkat kepercayaan lain yaitu 95% dan 90% nilai VaR lebih kecil dari 8%. Realisasi kerugian yaitu hapus buku selama periode pengamatan, nilainya selalu lebih kecil dibandingkan besarnya VaR pada seluruh tingkat kepercayaan, dengan demikian tidak tidak terdapat penyimpangan. Meskipun hal ini mengarahkan pada kesimpulan seolah-olah CreditMetrics adalah model yang baik, namun perlu mendapat perhatian bahwa dalam pelaksanaan penghapusbuku banyak didasari pertimbangan non bisnis.
The standard method (Basel I) is used by Bank X as a method to measure Credit Risk. Unfortunately it has well known much weakness such as less sensitive to credit quality. According to Basel II in calculating of the total minimum capital requirement, Bank X have implemented Internal Rating System, but somehow still not been able to choose credit risk measurement model which is the best for its business characteristic. This Paper measures the middle market credit risk usahat with Credit Metrics method and compares the result with the standard method. The data used to calculate rating migration are obtained from middle market segment customer rating report from Januari 2004 to July 2006, meanwhile VaR is calculated using all segment portfolio. Other supporting data are obtained from Business Indonesia and Bank X. EL and UL calculation steps come from Credit Metrics Technical Document from J.P Morgan (1997) and other literatures. Small application developed by utilizing Visual Basic 6.0 and Microsoft Access 2002 is used to help on calculation. Calculation result shows that EL with Credit Metrics having smaller number than recent reserve with proportion of about 5.47%. As an attention, Bank X booking reserve is bigger than minimum reserve requirement which is about 140%. On 99% confident level VaR, the result is about 10.86% from the portfolio, which is bigger than capital minimum requirement. On another confidence level (i.e 95% and 90%), VaR is less then 8%. Real loss during period of perception is less than VaR with all conficence level conditions. This condition leads to incorrect decision that Credit Metrics is assumed to be a Good model to measured credit risk. In reality, writing-off decision is commonly made of non-business consideration.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library