Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jihan Rahayu Marion
"Stunting sebagai gangguan tumbuh kembang anak hingga saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang prioritas untuk diselesaikan di Indonesia. Walaupun terdapat penurunan angka stunting dalam beberapa tahun terakhir, namun prevalensi stunting di Indonesia masih tergolong tinggi di atas batas yang telah ditetapkan oleh WHO. Dampak besar yang ditimbulkan stunting bukan hanya memengaruhi individu saja, melainkan juga berpengaruh terhadap pembangunan negara. Penyebab utama stunting pada anak adalah kekurangan asupan gizi secara kronis yang dapat terjadi sejak bayi sampai balita, bahkan sejak dalam kandungan. Oleh karena itu, upaya peningkatan gizi sejak masa bayi sampai balita sangat dibutuhkan dengan memanfaatkan komoditi lokal yang mudah ditemui di Indonesia.
Tujuan penulisan ini adalah untuk menguraikan pemanfaatan singkong dan produk olahannya sebagai komoditi lokal yang diharapkan mampu menurunkan angka stunting di Indonesia. Produk olahan singkong yang diajukan sebagai inovasi dalam penulisan ini adalah “Kongkrezz” yang berbentuk crackers yaitu sejenis biskuit dengan bahan dasar dari tepung singkong termodifikasi (Mocaf), yang bernilai gizi tinggi sebagai makanan tambahan untuk melengkapi asupan gizi yang kurang seimbang bagi bayi sampai balita di Indonesia.

Stunting is known as a child development disorder, and it is still one of the priority health problems to be solved in Indonesia. Although there has been a decline in stunting prevalence in recent years, it is still relatively high above the limit set by WHO. The major impact of stunting does not only affect individuals but also affects the development of the country. The leading cause of stunting in children is a chronic nutritional deficiency that can occur from infancy to toddlers, even in the womb. As a result, actions to increase nutrition from infancy to toddlerhood are urgently needed, utilizing locally available commodities in Indonesia.
The purpose of this paper is to describe the use of cassava and its processed products as a local commodity that is expected to decrease stunting prevalence in Indonesia. The processed cassava product is proposed as an invention in this paper, is named "Kongkrezz" in the shape of crackers, which is a type of biscuit with the basic ingredients of modified cassava flour (Mocaf), which has high nutritional value as an additional food to supplement the unbalanced dietary intake for infants to toddlers in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zubaidah
"Akrilamida diketahui sebagai senyawa genotoksik yang ditemukan dalam sampel makanan kaya karbohidrat yang dipanggang dan digoreng oleh beberapa peneliti di Swedia. Akrilamida bukan suatu zat yang ditambahkan ke dalam makanan tetapi sebagai hasil reaksi antara asam amino dan gula sederhana pada temperatur tinggi. Pada penelitian ini dilakukan analisis akrilamida yang terdapat dalam crackers. Kondisi analisis menggunakan kolom C18 dengan campuran 3,5 mmol/L asam fosfat dalam asetonitril-air (5:95) sebagai fase gerak, laju alir 0,5 mL/menit dideteksi pada panjang gelombang 210 nm. Waktu retensi yang dibutuhkan oleh akrilamida adalah 5,6 menit. Kalibrasi dilakukan pada rentang konsentrasi 0,1 ? 1,4 mg/mL dan hasil menunjukkan linieritas yang baik (r=0,99996). Batas deteksi dan batas kuantitasi masing-masing adalah 0,01mg/mL dan 0,0432 mg/mL. Uji akurasi dengan menggunakan pelarut etanol dan diklormetan (1:15) menghasilkan persen perolehan kembali sebesar 89,39% dengan Deviasi Standar Relatif 1,57%. Dari enam sampel crackers, lima mengandung akrilamida dengan kadar masing-masing, yaitu 0,2808; 0,4556; 0,5103; 0,8494 dan 0,9371 mg/g.
Kata kunci: akrilamida; Kromatografi cair kinerja tinggi; crackers; diklormetan"
Depok: Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kent Chester
"ABSTRAK

Secara tradisional, metode memasak kerupuk adalah dengan menggorengnya sampai bentuknya optimal. Namun, ada berbagai cara alternatif untuk mengekspansi volume kerupuk, misalnya, dengan metode pemanasan pasir dan pemanasan gelombang mikro dalam microwave. Pemanasan gelombang mikro memang memberikan rasa baru dan cara sehat untuk mengkonsumsi kerupuk, daripada metode menggoreng dan menarik lebih banyak lemak ke dalam kerupuk. Namun, memasak kerupuk menggunakan oven mikrowave tidak menghasilkan distribusi panas yang seragam, sehingga kerupuk tidak berkembang secara optimal dan mempertahankan beberapa bagian yang tidak berkembang. Untuk mengatasi masalah ini, sebuah film metalik tipis digunakan untuk percobaan untuk meningkatkan volume ekspansi. Penggunaan film diyakini dapat memberikan beberapa ekspansi volume melalui penggunaannya pada popcorn mikrowave. Eksperimen ini melibatkan penggunaan sampel dan pengukuran kerupuk dengan Faro-Arm dan perpindahan pasir untuk menemukan dan membandingkan volume.


ABSTRACT
Methods to cook cracker traditionally was by fry it until it expand into its optimum shape. Then, there are various methods to alternatively expand the cracker, e.g. heat with sand and microwave heating. Microwave heating does gives new taste and healthy way to consume cracker rather than frying it and attract more fat into the cracker. However, using microwave to cook cracker does not gives an uniform distribution of heat and therefore the cracker does not expand optimally and remains some raw parts that did not expand. To solve this problem, a thin film is used for an experiment to increase the expansion volume. The usage of thin film is believed to gives some boost of expansion by its use on microwave popcorn. This experiment involve using samples of cracker and being measured by Faro-Arm and sand displacement method to find and compare the volume. 

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Faisal Anwar
"Penelitian-penelitian terdahulu telah mengajukan beberapa faktor yang dapat menyebabkan mengapa suplementasi besi pada wanita hamil masih belum memuaskan hasilnya. Faktor-faktor tersebut adalah distribusi yang tidak memadai, hasil jangkauan dan ketaatan berobat yang rendah, dan juga penyerapan usus yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur status besi wanita hamil setelah konsumsi biskuit yang mengandung bubuk ikan dan preparat besi-folat. Penelitian ini dilakukan di Purworejo, Jawa Tengah, dari bulan Pebruari sampai Oktober 2002. Tujuh-puluh wanita hamil dalam trimester kedua-ketiga dengan umur kehamilan antara 2-3 bulan ikut dalam penelitian yang menggunakan randomized controlled trial (RCT). Sepuluh wanita mengundurkan diri dan sisanya dibagi dalam dua kelompok yang terdiri dari 28 wanita yang diberikan biskuit yang diperkaya dengan protein ? zat besi (kelompok PIEC) dan 32 wanita diberikan biskuit yang diperkaya dengan zat besi (kelompok IEC). Pemberian biskuit dilakukan selama 12 minggu. Dari hasil penelitian didapatkan peningkatan kadar hemoglobin (Hb) dan reseptor transferin serum (sTfR) pada kedua kelompok. Selain itu terdapat penurunan kadar serum feritin (SF) di kedua kelompok. Namun demikian, pada akhir penelitian, peningkatan kadar Hb dan sTfR kedua kelompok ini berbeda bermakna, sedangkan penurunan SF tidak berbeda bermakna. Protein hewani berupa bubuk ikan cendrung meningkatkan absorpsi zat besi non-heme sehingga dapat meningkatkan kadar Hb dan sTfR pada wanita hamil. (Med J Indones 2003; 12: 243-6)

Previous studies have revealed that several factors influenced the relatively low success of iron supplementation for pregnant women. The factors included poor distribution, low coverage and compliance, as well as low absorption. The aim of this study is to measure the iron status of pregnant women after consuming crackers containing fish powder and iron-folate. This study was carried out in the Purworejo district (Central Java) from February through October 2002. Using a randomized controlled trial (RCT) design, 70 pregnant women in their second-third month of pregnancy were recruited, and divided into two groups. Ten women dropped out during the study. The first group consisted of 28 women were given protein ? iron enriched crackers (PIEC group), while the second group of 32 women were given iron?enriched crackers (IEC group) for a total of 12 weeks. The results showed that the hemoglobin (Hb) levels and serum transferrin receptors (sTfR) of both groups were increased. Serum ferritins (SF) of both groups were decreased. At the end of the study, the increase in Hb and sTfR levels between the two groups were significantly different, while the decrease in SF was not significantly different. Animal protein from fish powder tended to improve absorption of non-heme iron among pregnant women, resulting in improved Hb and sTfR levels. (Med J Indones 2003; 12: 243-6)"
2003
MJIN-12-4-OctDec2003-243
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library