Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusuf Adhi Pranoto
"Penelitian ini bertujuan untuk merancang pembiayaan berbasis aktivitas untuk setiap jenis pelayanan yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Subang. Konsep biaya yang diiakukan adalah pada tahap pertama semua biaya dibebankan terhadap proses produksi atau usaha yang utama atau disebut juga pusat aktivitas. Selanjutnya di tahap ke dua dari pusat aktivitas ini, sistim tersebut membebankan biaya-biaya ke produk. Kajian pustaka yang mendukung penelitian ini terkait dengan analisa biaya, pola akuntansi biaya, metode analisa biaya, activity based costing, penentuan biaya produk berbasis aktivitas, implementasi ABC, activity based management, hubungan ABC dan ABM, dan hubungan ABM terhadap efisiensi biaya produksi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif eksploratif. Unit Analisis dalam penelitian ini adalah Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Subang. Subyek penelitiannya adalah jenis pelayanan yang dilakukan di Instalasi Radiologi.
Berdasarkan hasil penelitian, pembiayaan yang berlaku di Instalasi Radiologi RSUD Kab. Subang saat ini adalah akuntansi biaya tradisional yang menggabungkan beberapa jenis pelayanan (produk) dalam tiga kelompok pemeriksaaan radiologi. Penelitian dilakukan untuk merancang metode pembiayaan yang akan digunakan yaitu metode activity based costing. Penelitian dilakukan dengan melakukan identifikasi aktivitas terhadap pelayanan radiologi tanpa media kontras, dengan media kontras dan ultrasonografi kemudian dilakukan identifikasi sumber pelayanan radiologi, yang dilanjutkan dengan identifikasi cost driver pelayanan radiologi. Pembahasan dilakukan dengan membuat model pembiayaan berbasis aktivitas di Instalasi Radiologi kemudian dilakukan simulasi pembiayaan berbasis aktivitas di Instalasi Radiologi. Hasil yang diperoleh adalah semua jenis pelayanan di Instalasi Radiologi mengalami defisit. Defisit terbesar adalah pada Pelayanan Foto Thorax, kemudian Pelayanan Foto Ekstremitas Bawah, Pelayanan Ultrasonografi, Pelayanan Foto Articu/atio Cubiti, Wrist Joint, dan Manus, Pelayanan Foto Abdomen Tiga Posisi, SPN, serta Cranium Tiga Posisi. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa konsep subsidi silang tidak dapat teriaksana di Instalasi Radiologi RSUD Kab. Subang ini, terlihat dengan semua pelayanan di Instalasi Radiologi mengalami defisit. Hal ini terjadi karena model penetapan tarif di Instalasi Radiologi selama ini tidak mendukung untuk penghitungan biaya yang sebenarnya (real cost), karena biaya Jasa Sarana pelayanan di Instalasi Radiologi ditetapkan atas dasar tingkat kecanggihan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idham Baridwan
"Terdapat dua ruas pipa transmisi yang sejajar. Toll fee Pipe 1 sebesar US$ 1,55/MSCF sedangkan Toll Fee Pipe 2 sebesar US$ 1,47/MSCF. Kedua ruas saling terkoneksi. Shippers yang melewati interkoneksi wajib membayar toll fee sebesar US$ 3,02/MSCF (penjumlahan dari kedua toll fee). Hal tersebut kurang efisien.
Studi/penelitian ini menggunakan Metode Modular Guthrie dalam estimasi perhitungan investasinya. Investasi Pipe 1 sebesar US$ 535,8 juta dan Pipe 2 sebesar US$ 786,3 juta (basis 2007). Pengaturan tarif dilakukan dengan membatasi internal rate of return (IRR) yang besarnya sama dengan weighted average cost of capital (WACC). WACC dihitung dari cost of equity untuk rata-rata lima tahun terakhir (2009-2013). WACC Pipe 1 sebesar 3,17; WACC Pipe 2 sebesar 8,40; dan WACC Penyatuan sebesar 6,28. Perhitungan toll fee menggunakan dua skenario.
Skenario 1 mengasumsikan perkiraan volume dari 2014 (sekarang) s.d berakhirnya kontrak. Skenario 2 menambahkan estimasi realisasi volume 2012 dan 2013. Untuk Pipe 1 diperoleh toll fee sebesar US$ 1,40/MSCF (Skenario 1) dan US$ 1,46/MSCF (Skenario 2). Toll fee Pipe 2 sebesar US$ 1,00/MSCF (Skenario 1) dan US$ 0,90/MSCF (Skenario 2). Hasil perhitungan toll fee penyatuan lebih rendah dibandingkan penjumlahan hasil perhitungan toll fee Pipe 1-Pipe 2. Toll fee penyatuan sebesar US$ 1,06/MSCF (Skenario 1) dan US$ 1,00/MSCF (Skenario 2).

There are two parallel transmission pipeline segments. The magnitude of the toll fee Pipe 1 is US$ 1.55/MSCF while for toll fee Pipe 2 is US$ 1.47/MSCF. Both segments are interconnected to each other. These shippers who pass through the interconnected pipelines are required to pay a toll fee amounting to US $ 3.02/ MSCF (the sum of the toll fees required in Pipe 1 and Pipe 2). This is less efficient.
This study employed Guthrie's modular method to estimate investment calculation. Investment in Pipe 1 amounts to US$ 535.8 million while investment in Pipe 2 reaches US$ 786.3 million (basis in 2007). Tariff arrangements are done by limiting the internal rate of return (IRR) which amount is equal to the weighted average cost of capital (WACC). WACC is calculated from the cost of equity for the average amount in the last five years (2009-2013). WACC Pipe 1 equals to 3.17, WACC Pipe 2 equals to 8.40, and WACC Unification equals to 6.28. The toll fee calculation was done using two scenarios.
Scenario 1 assumed the estimated volume from 2014 (currently) until the end of the contract. Scenario 2 included the estimated volume realization in 2012 and 2013. For Pipe 1 obtained toll fees by $ 1.40/ MSCF (Scenario 1) and $ 1.46/ MSCF (Scenario 2). For Pipe 2 obtained toll fees by $ 1.00/ MSCF (Scenario 1) and US $ 0.90/ MSCF (Scenario 2). The result for the calculation of the unification of toll fees is lower than the calculation result for the sum of the toll fees in Pipe 1-Pipe 2. The unified toll fees amount to US$ 1.06/ MSCF (Scenario 1) and $ 1.00/ MSCF (Scenario 2)
"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42614
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nufus Dwi Talitha
"Program Jaminan Kesehatan Nasional menerapkan sistem pembayaran prospektif yaitu dengan tarif INA CBG?s untuk pelayanan di rumah sakit. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis selisih biaya layanan dengan tarif INA CBG?s dan tarif rumah sakit khusus kasus sectio caesaria dengan kode ICD X (O.342) pada pasien BPJS berdasarkan komponen biaya serta mengetahui gambaran perbedaan biaya layanan tersebut berdasarkan karakteristik pasien. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan metode cross sectional dengan sampel sebanyak 89 pasien. Dari hasil penelitian didapat rata-rata selisih biaya layanan untuk kasus sectio caesaria dengan diagnosa utama O.342 terhadap tarif rumah sakit adalah selisih negatif (efisien) sebesar Rp 1,236,793,- dengan CRR (cost recovery rate) 120% dan terhadap tarif INA CBG?s adalah selisih positif (tidak efisien) sebesar Rp 1,974,050,- dengan CRR (cost recovery rate) 68% Gambaran perbedaan biaya layanan berdasarkan karakteristik pasien yang memiliki hubungan dengan besarnya biaya layanan adalah kelas rawat (p=0,000), diagnosis sekunder (p=0,050) dan lama hari rawat (p=0,046), sedangkan yang tidak memiliki hubungan dengan besarnya biaya layanan adalah umur pasien (p=0,956).

The National Health Insurance Scheme implementing prospective payment system INA CBG's rates for hospital services. The purpose of this study is to analyze the difference in cost services with INA CBG's rates and hospitals rates specialty in patients BPJS with sectio caesaria cases with ICD X (O.342) based component costs and reveal the differences in cost of these services is based on the characteristics of the patient. This type of research is quantitative descriptive cross sectional method with a sample of 89 patients. The result is the average difference between the cost of services for Caesaria sectio cases with primary diagnosis O.342 against hospital rates are negative difference (efficient) to Rp 1,236,793, - with the CRR (cost recovery rate) of 120% and against the CBG's INA rates are positive difference (inefficient) to Rp 1,974,050, - with the CRR (cost recovery rate) of 68% service charge difference picture based on the characteristics of patients who have a relationship with the cost of the service is ambulatory class (p = 0.000), a secondary diagnosis (p = 0.050) and the length of stay (p = 0.046), whereas no relation to the cost of the service is the age of the patients (p = 0.956).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putra Utama
"Integrasi sistem merupakan salah satu kunci penting dalam mengoptimalkan performa sistem supply chain secara komprehensif. Sistem terintegrasi sendiri dapat digambarkan sebagai sistem yang mengatur rangkaian proses yang melibatkan aktivitas dari hulu producer hingga hilir end customer . Selama horizon waktu tersebut, aktivitas supply chain terus berjalan ditiap entitasnya. Selama waktu tersebut pula, salah satu hal penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah unsur time value of money. Ini pula yang mendasari pentingnya perhitungan nilai future value, dimana nilai ini juga berkontribusi terhadap total biaya yang dikeluarkan.
Fokus dari penelitian ini adalah mengembangkan model optimasi sistem supply chain tiga tingkat multi entitas dengan melibatkan unsur perhitungan future value FV dalam fungsi tujuannya. Adapun variable yang menjadi perhatian utama yaitu jumlah barang/produk yang diproduksi dan distribusikan oleh produser kepada distributor, serta jumlah produk yang didistribusikan oleh distributor kepada retailer. Terdapat dua fungsi tujuan yang diharapkan dapat dicapai dari penelitian ini, yaitu meminimalkan total biaya yang dikeluarkan dalam sistem supply chain dan meningkatkan servis level pengiriman produk kepada customer. Penelitian ini menggunakan pendekatan genetic algorithm algoritma genetik untuk optimasi persamaan supply chain tiga tingkat. Adapun model algoritma yang digunakan adalah Multi Objective Genetic Algorithm MOGA dan Non Dominated Sorting Genetic Algorithm NSGAII.
Hasil yang diperoleh menunjukkan konfigurasi optimal untuk jumlah produk yang diproduksi dan dikirim ditiap periodenya, sehingga total biaya yang diperoleh dan outstanding service level dapat diminimalkan.

Integrated system are the critical key in optimizing performance of supply chain system comprehensively. Integrated system can described as regulator in arranging process flow end to end. In the certain horizon time, supply chain activity are still going and through each entity involved. Actually, the other point that need to be consider are time value of money perspective. This consideration take more specific factor that called 'future value' calculation. However, it also contribute to the total cost spend in supply chain system.
The purpose of this research are to develop and solve supply chain three echelon optimization equation. Decision variable consist of quantity of product create and distributed from producer to distributor and quantity of product delivered from distributor to retailer. There are two objective function are presented by this model, first minimization of total cost in supply chain system and second minimization of delivery tardiness delivery surplus of product in supply chain system.Genetic algorithm GA approach is applied to solve the equation model and particularly separated to MOGA and NSGAII method.
The result shown optimal configuration of product quantity delivered in each period, that impact to minimal total cost and improve service level.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library