Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitorus, Gloria Kanne
Abstrak :
Dewasa ini dalam sistem pembinaan rohani Kristiani dikenal model gereja sel. Secara umum kelebihan model gereja sel dari gereja yang bukan gereja sel adalah potensinya untuk meningkatkan jumlah anggota gereja dengan cepat sekaligus memelihara yang sudah ada di dalam. Hal ini terjadi karena struktur gereja sel yang terdiri dari kelompok-kelompok pembinaan rohani yang disebut kelompok-kelompok sel. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seorang pemimpin kelompok sel. Peningkatan jumlah anggota dalam gereja sel berasal dari penjangkauan anggota baru oleh kelompok-kelompok sel. Kemudian ketika suatu kelompok sel sudah terdiri dari 15 orang, kelompok tersebut membelah (bermultiplikasi) menjadi dua. Pemimpin kelompok sel sangat berperan dalam keseluruhan proses multiplikasi, belum ditambah fungsinya sebagai pembina kerohanian anggota-anggota kelompok. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa pemimpin Kelompok Sel adalah elemen penting karena dialah penggerak aktivitas dalam kelompoknya, terutama dalam proses menghasilkan kelompok baru. Mengingat deskripsi tugas dari seorang pemimpin kelompok sel yang cukup berat, dapat dipahami bahwa sejumlah pemimpin kelompok sel kemudian tidak masuk kategori berhasil karena gagal menghasilkan keiompok sel yang baru. Tetapi fakta juga menyatakan bahwa sebagian pemimpin kelompok sel berhasil mengatasi masalah dan dapat memultiplikasikan kelompok selnya. Oleh karena itu peneliti kemudian tertarik untuk meneliti bagaimana gaya coping seorang pemimpin kelompok sel yang berhasil. Karena pemimpin kelompok sel adalah orang yang cukup berorientasi kepada hal-hal yang religius, maka peneliti bermaksud meneliti gaya coping religius apa yang dipakai di kalangan para pemimpin kelompok sel yang berhasil. Gaya-gaya coping religious ini dibagi menjadi tiga yaitu Arah-Diri, Kerjasama, dan Berserah. Masing-masing gaya merefleksikan derajat aktifitas yang berbeda dari manusia dan Tuhan dalam melakukan suatu proses penyelesaian masalah. Dalam penelitian ini pendekatan masalah yang dipakai adalah deskriptif- eksploratif dimana data diambil dengan kuesioner RPS. Teknik penghitungan statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif seperti mean, median, simpangan baku, nilai z, serta uji Mann-Whitney. Penelitian ini melibatkan 41 subyek yang diambil dari cabang-cabang gereja AM di Jakarta Pusat, Utara, Barat dan Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya Kerjasama adalah gaya yang paling banyak dipakai oleh para pemimpin kelompok sel yang berhasil. Penelitian tambahan mengenai perbedaan kecenderungan pemakaian gaya coping menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pemakaian masing-masing gaya coping pada pengelompokan pemimpin sel berdasar jenis kelamin, status pekerjaan, pelatihan komunikasi interpersonal yang diperoleh, serta waktu yang dibutuhkan untuk bermultiplikasi. Hasil penelitian tambahan lainnya memberi arahan bahwa subyek dalam sampel ini cenderung mengelompokkan gaya coping menjadi gaya coping yang tidak melibatkan Tuhan dengan gaya coping yang melibatkan Tuhan. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukannya pada sampel yang lebih besar, membandingkan penggunaan gaya coping pada pengelompokan lain seperti antar usia, meneliti coping religius pada pemimpin kelompok sel yang tidak berhasil serta bervariasi dalam usianya. Secara metode disarankan untuk memakai metode kualitatif guna deskripsi yang lebih detail dari gaya coping. Untuk masalah teoritis peneliti menyarankan umuk meneliti subyek dalam hal kompetensi dan religiusitas karena kedua hal ini memiliki kaitan erat dengan gaya coping religius.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Aziz
Abstrak :
ABSTRAK
Mengalami peristiwa slressful merupakan hal yang pernah dialami oleh seseorang dalam rentang kehidupan, termasuk kehidupan mahasiswa. Banyak peristiwa stressful yang dapat menjadi potenlial slressor dan bila tidak diatasi dengan baik dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Menghadapi deadline skripsi bisa menjadi peristiwa yang stressful bagi mahasiswa bila tidak mempersiapkan diri dengan baik saat mengerjakan tugas skripsi yang sewaktuwaktu dapat menjadikan dirinya keadaan stres. Banyak cara untuk mengatasi stres, salah satunya adalah coping religius yang merupakan bagian dari emotionfocused coping. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan teknik event & incidental sampling dengan jumlah sampel 73 orang pada mahasiswa yang sedang menghadapi deadline skripsi di Universitas Indonesia, Depok. Alat ukur yang digunakan merupakan adaptasi dari RCOPE berupa skala Likert. Validitasnya diuji dengan melalui expert judgement, Pearson Product Moment Correlation dan reliabilitasnya dengan C.oefficient Alpha. Dalam pengadaptasian alat tes temvata terdapat satu faktor dan beberapa item yang harus dibuang karena nilai reliabilitasnya dan validitasnya kurang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara mahasiswa pria dengan mahasiswa wanita dalam menggunakan coping religius bentuk positif dan negatif. Namun terdapat perbedaan antara coping religius bentuk positif dengan coping religius bentuk negatif pada mahasiswa yang sedang menghadapi deadline skripsi. Ternyata coping religius bentuk positif lebih banyak digunakan bila dibandingkan dengan bentuk negatif. Coping religius bentuk positif cukup sering digunakan, sedangkan bentuk negatif kurang sering digunakan pada mahasiswa yang sedang menghadapi deadline skripsi. Saran yang diberikan adalah perlunya meningkatkan kemampuan dalam menggunakan coping dengan emotion-focused maupun problem focused dan perlunya menggunakan kedua tipe coping tersebut secara bersamaan agar lebih berguna dan efektif dalam menghadapi peristiwa yang stressful pada mahasiswa yang sedang menghadapi deadline skripsi.
2004
S3461
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library