Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochammad Renaldy Abdurachman
Abstrak :
Pengkondisian udara dengan maksud untuk mengatur nilai temperatur dan kelernbaban udara sangat penting untuk mendapatkan suatu udara yang nyaman bagi ma usia dan mandukung proses industri. Dengan metode pandinginan evaponatif udara dapat dikondisikan agar mempunyai temperatur dan kelembaban relatif yang tartentu. Pendinginan evaporatif bertujuan untuk menurunkan temperatur bola kenng udara dan menaikkan kelembaban relatif dengan temperatur bola basah yang konstan. Tujuan penufisan skripsi ini adalah untuk mengetahui unjuk kerja dari alat eksperimen pendingin evaporatif iangsung dengan menvanasikan peletakan penyearah aIiran pada posisi 0 cm dan dimajukan sejauh 20 cm dan posisi awal. Alat eksperimen pendingin evaporatif langsung dengan menggunakan fan sentrifuga! sebgai komponen pengolah udara untuk menghembuskan udara melewati media basah yang dibasahi oleh air. Dengan melakukan pengujian pada alat eksperimen didapafkan data-data temparatur bola kering dan temperatur bola basah. Dari data-data tersebut dilakukan perhitungan-perhitungan dengan rumus-rumus yang diketahuf dan diagram psikometri. Dan hasil pengujian didapatkan penumnan iemperatur bola kering yang disertai juga dengan penurunan temperatur bola basah sehingga kelembaban relatif udara tersebut juga rnengalami penurunan Dan hasif parhitungan juga didapat penumnan nano humiditas yang berarti kandungan uap air dafam udara berkurang atau berubah menjadi aiu Kesalahan pengujian disebabkan oleh kesalahan pengukuran temperatur bofa basah dengan menggunakan termokopal, dimana penempatan dan penggunaan kain basah sebagai pembasah tidak bekerja dengan efektif. Alat eksperimen menunjukkan penurunan temperatur bola kering rata-rata sebesar 0,88 °C, temperatur bofa basah sabesar 0,38 °C pada posisi penyearah aliran di 0 Cm dan efisiensi alat rata-rata 31,3% Pada saat penyearah aliran dimajukan sejauh 20 Cm penurunan temperatur bola kering dan bola basah terjadi rata-rata sebesar 0,2"C dan 0,73 ?C sehingga didapatkan elisiensi alat rata-rata yaftu 13,3%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S37016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rica Fitria
Abstrak :
Sesak napas adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan saat bernapas dengan kualitas yang berbeda dan intensitas yang bervariasi. Sesak napas secara konsisten dirasakan oleh pasien kanker paru sebagai gejala yang menyusahkan. Perlu adanya pengelolaan sesak napas dengan intervensi suportif yaitu pemberian terapi air cooler selain intervensi kuratif. Penelitian ini bersifat uji klinis acak terkontrol dengan desain paralel. Cara pemilihan sampel adalah consecutive sampling (N=40). Perbandingan pre dan post-test menggunakan uji-t berpasangan, sedangkan selisih antar kelompok menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan skala sesak napas pada skor MBS antar kelompok (skor rata-rata, 0,95 vs -0,25, p-value <0,001). Namun ditemukan adanya penurunan laju pernapasan pada kelompok intervensi dengan p-value =0,012, tetapi tidak ditemukan adanya peningkatan saturasi oksigen dengan p-value <0,001. Untuk penelitian selanjutnya dapat mengembangkan uji acak terkontrol tentang keefektivitasan pendingan udara sekitanya melalui air cooler untuk meredakan sesak napas pada pasien kanker. ......Dyspnea or shortness of breath is an unpleasant subjective sensation when breathing of different quality and varying intensity. Dyspnea is consistently experienced by lung cancer patients as a distressing symptom. It is necessary to manage dyspnea with supportive interventions, namely the provision of air cooler therapy in addition to curative interventions. This study is a randomized controlled clinical trial with a parallel design. The sample selection method was consecutive sampling (N=40). The paired t-test was used to compare the pre- and post-test while the Mann-Whitney test was applied to determine the differences between groups. The results showed a decrease in the MBS score between groups on the shortness of breath scale (mean score, 0.95 vs -0.25, p-value <0.001). However, a decrease in respiratory rate was found in the intervention group with p-value = 0.012, with no increase in oxygen saturation (p-value <0.001). Future research can develop randomized controlled trials on the effectiveness of cooling the surrounding air using air coolers to relieve shortness of breath in cancer patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joessianto Eko Poetro
Abstrak :
BTS merupakan komponen jaringan telekomunikasi seluler yang berhubungan langsung dengan pelanggan yang berada dalam jangkauannya. Untuk mengurangi akumulasi panas dari radiasi matahari dan peralatan BTS, diperlukan sistem pendingin guna meningkatkan kinerja dan umur peralatan BTS. Sistem pendingin BTS menyerap hampir setengah dari konsumsi energi listrik BTS. Tujuan penelitian ini adalah melakukan upaya konservasi energi pada BTS, dengan melakukan modifikasi dc cooler menjadi lebih efisien. Pada penelitian ini, akan dilakukan studi literatur yang berhubungan dengan sistem pendingin dan teknologi termoelektrik. Kemudian merancang prototip dc cooler dengan modifikasi casing, fan, dan heatsink. Selanjutnya prototip-prototip tersebut diuji untuk mengetahui kinerjanya. Hasil pengujian dianalisis dan dibandingkan dengan COP (Coefficient Of Performance) dc cooler awal. Dari hasil pengujian diketahui bahwa penggunaan casing panjang yang menutupi seluruh heatsink dan penggunaan fan dengan daya lebih kecil dapat meningkatkan COP sebesar 10.46 %. Dan dapat menghemat energi listrik sebesar 18.5 KWH perunit selama satu tahun.
BTS is a component of a mobile telecommunications network that relate directly to customers within its range. To reduce the accumulated heat from solar radiation and BTS equipment, cooling systems needed to improve the performance and lifetime of BTS equipment. BTS cooling system absorbs almost half of electrical energy consumption of the BTS. The purpose of this research is to perform energy conservation efforts at the BTS, by modifying dc cooler becomes more efficient. In this research, will carried out literature studies related to the cooling system and thermoelectric technology. Then design prototype dc cooler with modification of varying the casing, fan, and heatsink. Furthermore, the prototype is tested to determine its performance. The test result are analysed and compared with the COP (Coefficient Of Performance) of the original dc cooler. From the test results are known that use of long casing that covers the whole heatsink and used of smaller power fan can improve the COP by 10.46 %.. And it can save electricity by 18.5 KWH perunit for one year;BTS is a component of a mobile telecommunications network that relate directly to customers within its range. To reduce the accumulated heat from solar radiation and BTS equipment, cooling systems needed to improve the performance and lifetime of BTS equipment. BTS cooling system absorbs almost half of electrical energy consumption of the BTS. The purpose of this research is to perform energy conservation efforts at the BTS, by modifying dc cooler becomes more efficient. In this research, will carried out literature studies related to the cooling system and thermoelectric technology. Then design prototype dc cooler with modification of varying the casing, fan, and heatsink. Furthermore, the prototype is tested to determine its performance. The test result are analysed and compared with the COP (Coefficient Of Performance) of the original dc cooler. From the test results are known that use of long casing that covers the whole heatsink and used of smaller power fan can improve the COP by 10.46 %.. And it can save electricity by 18.5 KWH perunit for one year.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29726
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Julian Rahmat
Abstrak :
ABSTRAK

Pemeliharaan merupakan suatu proses yang dilakukan demi menjaga kehandalan suatu instrumen atau mesin. Pemeliharaan yang baik sekiranya mendorong efektifitas dan produktifitas suatu sistem produksi. Namun seringkali suatu instrumen atau mesin produksi mengalami kegagalan yang tidak dapat di hindari dan terjadi berulang kali. Kegagalan yang terjadi ini juga menimbulkan kerugian yang besar kepada perusahaan. Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kegagalan dan kerugian yang besar adalah dengan memasukkan suatu aset, instrument atau mesin tersbut kedalam daftar Bad Actor (BA). Bad Actor sendiri bertujuan untuk mendata beberapa aset yang seringkali mengalami kegagalan dan berpotensi menimbulkan kerugian yang besar bagi perusahaan, aset tersebut kemudian diprioritaskan dalam proses maintenance yang dilakukan secara keseluruhan. Proses utama dalam penentuan Bad Actor adalah dengan melakukan proses Root Cause Failure Analysis yang dapat menentukan akar permasalahan yang terjadi, sedangkan data kerugian dapat dilihat dari daily report yang mencatat kerugian produksi yang terjadi ketika suatu aset atau mesin produksi tersebut mengalami kegagalan.


ABSTRACT
Maintenance is a process carried out in order to maintain the reliability of an instrument or a machine. Good maintenance should encourage the effectiveness and productivity of a production system, but often an instrument or a machine experience fails that cannot be avoided and occurs repeatedly. This failure also caused a large loss to the company. Efforts that can be made to overcome major failures and losses is to include an asset, instrument or machine into the list of Bad Actors (BA). Bad Actor itself aims to record a number of assets that often fail and potentially cause large losses for the company, these assets are then prioritized in the overall maintenance process. The main process in determining Bad Actor is to do a Root Cause Failure Analysis process that can determine the root of the problem that occurs, while data loss can be seen from a daily report that records production losses that occur when an asset or production machine fails.

 

2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Bintang Fikri
Abstrak :
Dewasa ini, menjaga kondisi udara tetap berada pada zona nyaman dengan menggunakan pendingin konvensional membutuhkan biaya yang tidak murah, terutama pada ruangan yang luas dan semi terbuka. Evaporative cooler yang menggunakan material yang tidak membahayakan lingkungan maupun kesehatan dan berbiaya rendah dapat menjadi alternatif untuk menjaga lingkungan tetap sehat dan nyaman. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan dan membandingkan kinerja evaporative cooler yang dimodifikasi dengan heat pipe dan tanpa heat pipe. Heat pipe diletakkan di bagian sebelum dan sesudah cooling pad dan berfungsi sebagai indirect stage. Bagian evaporator dari heat pipe diletakkan sebelum cooling pad dan bagian kondensor diletakkan di dalam penampung air tambahan. Sedangkan heat pipe kedua diletakkan setelah evaporative cooler untuk mendinginkan udara dari luar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saturation efficiency dari kedua sistem meningkat seiring dengan peningkatan suhu udara pada saluran masuk dan menurun seiring dengan penurunan kelembaban relatif. Saturation efficiency juga menurun seiring dengan peningkatan kecepatan udara. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa saturation efficiency evaporative cooler yang dimodifikasi menggunakan modul heat pipe pertama lebih tinggi daripada direct evaporative cooler. Penambahan heat pipe sebelum evaporative cooler dapat meningkatkan saturation efficiency direct evaporative cooler hingga 1,03 tanpa penambahan konsumsi listrik. Dengan susunan heat pipe sebelum evaporative cooler dengan direct evaporative cooler mampu menurunkan temperatur hingga 19.15 °C, sedangkan sengan susunan heat pipe setelah evaporative cooler hanya mampu menurunkan temperatur hingga 3,2 °C namun memiliki kelembaban relatif yang tidak terlalu tinggi. ...... Nowaday, keeping air condition in a comfort zone using conventional coolers become expensive, especially in large and semi-open spaces. Evaporative cooler which offer a healthy, non-harmful materials, and low cost can be an alternative to keep environment healthy and comfortable. The objective of this experiment is to determine and compare the performance of direct evaporative cooler embedded with heat pipes and without heat pipes. The heat pipe is placed in the section before and after the cooling pad as a precooler and an indirect stage. The evaporator part of the heat pipe is placed before the cooling pad and the condenser section is placed in an additional water reservoir. The results show that the saturation efficiency of both systems increases along with increasing inlet air temperature and decreases with decreasing relative humidity. Saturation efficiency also decreases with increasing air flowrate. The results also show that the modified saturation efficiency evaporative cooler uses a heat pipe higher than the direct evaporative cooler. The addition of a heat pipe can increase the saturation efficiency of the direct evaporative cooler to 1.03 without adding more energy consumption. The multistage direct evaporative cooler with heat pipe before cooling pad can reduce temperature up to 19.15 °C while the multistage direct evaporative cooler with heat pipe heat exchanger after cooling pad could not reduce temperature as high as the other system but it does not increase relative humidity as high as the other system.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Aricson
Abstrak :
Pengkondisian udara sangat banyak dibutuhkan aplikasinya pada berbagai bidang dan atau keperluan, mulai dari rumah tangga sampai industri-indusin modern. Salah satu pengkondisian udara adalah pendinginan evaporatif (evaporative cooling). Tujuan utama dari proses ini adalah menurunkan temperatur dan menaikkan rasio kelembaban udara. Pengkondisian udara ini diaplikasikan pada beberapa industri seperti: industri makanan, kayu dan kertas (pupi and paper) dan lain-Iain. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menghitung dan menganalisa perubahan temperatur dan rasio kelembaban udara pada suatu sistem pendinginan evaporatif. Penelitian dimulai dengan melakukan pembuatan alat dan sistem yang representatif untuk sebuah sistem pendinginan evaporatif. Hal penting yang dirancang pada alat ini adalah melewatkan udara pada sebuah media basah (wet pad) yang berfungsi sebagai air-filter. Selelah pembuatan alat selesai, dilakukan pengujian dengan menggunakan media dari bahan sejenis busa atau spons. Kegiatan ini dilakukan bersama-dengan rekan mahasiswa lainnya. Pada pengujian penulis melakukan variasi dengan memindahkan penyearah aliran (flow stighiener) sejauh 10 cm dan 30 cm sehingga jarak masing-masing ke media basah (L) adalah 104,3 cm dan 84,3 cm. Setelah itu dilakukan perhitungan dan analisa data hasil pengujian. Secara teoritis pada proses pendinginan evaporatif, temperatur yang turun adalah temperatur dry bulb, sedangkan temperatur wetbulb tetap. Namun hasil pengujian menunjukkan bahwa pada temperatur wet bulb juga terjadi penurunan. Hal tersebut dapat dimaklumi berhubung sederhananya alat dan material yang digunakan pada pembuatan alat ini serta kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pengujian. Secara umum alat mampu menurunkan temperatur sekitar 0,4 - 1,0 ℃ dan rasio kelembaban berubah sekitar 0,03 - 1,7 g uap air/kg udara kering. Kondisi pertama memberikan hasil yang Iebih baik. Pada kondisi kedua bahkan terjadi penurunan rasio keiembaban meskipun efisiensi pendinginannya Iebih baik dan kondisi pertama. Hal ini kemungkinan terjadi karena kesalahan pengukuran temperatur temtama temperatur wet bulb.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S36977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gavin Cakraditya
Abstrak :
Tulisan dan penelitian ini dilakukan untuk melakukan perbandingan performa dari chiller dengan refrigerant R290 saat sebelum dan sesudah menggunakan sub-cooler/heat exchanger. Sehingga dapat memberikan perkiraan seberapa besar dampak penggunaan sub-cooler pada performa chiller. Penelitian ini dilakukan dalam rangka membantu pengembangan pemakaian chiller hidrokarbon di Indonesia, dimana minatnya sudah cukup tinggi dengan sifatnya refrigerant yang ramah lingkungan serta memiliki performa pendinginan yang lebih tinggi dari chiller dengan refrigerant R22 yang saat ini banyak digunakan. Melalui riset ini ditemukan bahwa penggunaan Sub-Cooler memberikan dampak kenaikan performa sebesar 6.9% pada beban pendinginan sedang, namun tidak memberikan perubahan signifikan pada performa saat beban pendinginan rendah.
The purpose of this research is to compare the performance of R290 hidrocarbon Chiller with sub-cooler and without sub-cooler, so that could give an estimation on how significant the impact made by sub-cooler in increasing chiller performance. This research also intended to helps the development of hydrocarbon chiller in Indonesia, which it's environmentally friendly and have higher performance than chiller with R22 as it's refrigerant. By doing this research, it was found that the use of sub-cooler when using it on medium cooling load operation could increase performance by 6.9%, but did not have significant effect in performance when using it on low cooling load operation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vega Riyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Setiap Air Conditioner mengguuakan reiiigeran sebagai Huida kexja. CO2 merupakan altematif refdgeran yang tidak beracun, tidak berbahaya dan mempalcan refrigeran yang mendekati ideal. CO2 sebagai reliigeran dapat berfungsi efelctif bila diterapkan pada Siklus Translcritikal, di mana tekanan konclensemya berada di atas tekanan kdtis. Untuk itu, perlu dibuat suatu desain konstruksi yang sesuai dengan karalcteristik CO1 dalam siklus kompresi uap Dalam AC, kond ser adalah salah satu komponen utamanya. Alat tersebut berimgsi untuk membuang panas alcibat kelja kompresor dan panas yang diserap evapolator.

Pada siklus transkritikal, di kondenser teljadi pelepasan panas dalam .Else tmmggal bukan kondensasl sepertj pada sistem pendingin umumnya, karena itu disebut Gas Cooler. Permcangan ini m itikberatkan pada desain termalnya namun menyesuaikan dengan karakteristik C01 yang memerlukan perhatian khusus pada ketebalan tube dau pressure drop yang besar.

Kapasitas pendinginan pada evaporator dalam perancangan ini adalah 5 TR., di mana refxigeran mengalir di dalam tube dan udara mengalir dengan arah menyilang berkas tube. Temperatur udara masuk 30°C dan temperatur udara keluar 40°C, sedangkan temperatur CO2 masuk adalah 81,26°C dan temperatur CO2 keluar 45°C. Ienis gas cooler pada perancangan ini adalah tipe fin and tube dengan jenis _fin plat kontinu berbentuk segi ernpat datar, dengan material aluminium, jumlahjin 394 finlm, dan tebaljln 0,203 mm.

Dari perhitungan rancangan ini dengan iterasi menggunakan Micosoj? Excel diperoleh data bahwa diameter tube relatif lebih kecil clari diameter tube standar yang digunakan clalan sistem AC Split dan pressure drop yang culcup tinggi. Karena aliran massa yang cukup besar, aliran massa dibagi atas 10 sirkuit untnk mengurangi jatuh tekanan. Tube menggunakan bahan Stainless Steel dengan diameter luar/diameter dalam 5,6/4,3 mm dengan susunan 3 baris dan 50 tube per baris. Panjang tube keselumhan adalah l27,5 m dengan luas perpindahan panas 18,70 ml. Sehingga jatuh tekanan di dalam pipa pada tiap sirl-:uit adalah 111046 Pa sedangkan jatuh tekanan pada sisi udara adalah 156 Pa.
2000
S37179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Sukyono
Abstrak :
Cryosurgery adalah pengobatan yang efektif untuk memusnahkan sel kanker ataupun jaringan dengan proses pendinginan yang cepat dan teratur pada temperatur rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti studi kelayakan dalam penggunaan pendingin termoelektrik untuk mendinginkan cryoprobe sampai temperatur sekitar -50ºC untuk diapliaksikan pada proses bedah beku. Temperatur sisi dingin (Tc) dan ΔT diantara sisi dingin dan sisi panas (ΔT=Th-Tc) dipakai sebagai parameter dalam eksperimen ini. Untuk mendapatkan perbedaan temperatur yang besar di antara kedua sisi termoelektrik, maka digunakan alat penukar kalor berpendingin air yang memiliki heat pipe di dalamnya. Penelitian ini menggunakan satu modul termoelektrik bertingkat enam dan satu modul termoelektrik bertingkat lima untuk menguji karakteristik dari modul termoelektrik. Untuk meneliti performa dari modul termolektrik maka digunakan 4 variasi tegangan (6V, 8V, 10V, 12V) dan menggunakan 6 variasi temperatur Circulating Thermostatic Bath (0,4ºC, 10ºC, 20ºC, 30ºC, 40ºC, 50ºC). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dengan tegangan 12 V, arus 2,5 A dan temperatur CTB 0,4ºC, sisi dingin dari termoelektrik enam tingkat dapat mencapai temperatur -96,06ºC dan ΔT sebesar 99,87ºC. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa modul termoelektrik dapat menjadi media pendingin yang baik untuk bedah beku serta dapat dikembangkan prototipe alat bedah beku yang cocok untuk pengobatan medis.
Cryosurgery is highly effective treatment for destroying cancer cell or tissue by consecutive rapid freeze at low temperature. The focus of this project was to investigate the feasibility of using Peltier thermoelectric cooler (TEC) to cool down a cryoprobe to a temperature of approximately -50ºC for cryosurgery. The cold side temperature (Tc) and temperature difference between TEC cold and hot sides (ΔT=Th-Tc) were used as the parameters of these experiments. To achieve a bigger temperature difference among the two sides of thermoelectric, so a heat pipe water block is used. This research is applied to cryosurgery device using one thermoelectric 6 stages module and one 5 stages module to analyze the characteristics of it. To observe the performance of thermoelectric, TEC run with 4 variations voltages (6V, 8V, 10V, and 12V) and using 6 variations temperature of Circulating Thermostastic Bath (CTB) (0,4ºC, 10ºC, 20ºC, 30ºC, 40ºC, 50ºC). At voltage of 12 V, current of 2,5 A and temperature CTB of 0,4ºC, the cold side temperature can reach -96,06ºC and ΔT is 99,87ºC. The conclusion is TEC module can be great cooling source for cryosurgery and this could be accomplished a prototype cryosurgical instrument, suitable for clinical trials.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50989
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Phillip
Abstrak :
Cold chain product atau produk rantai dingin merupakan obat-obatan yang harus disimpan pada suhu dingin untuk menjaga kualitas obat. Dalam pendistribusian produk rantai dingin PBF Enseval menggunakan box Styrofoam dan, polyurethane box, yang dilengkapi dengan satu data logger dan ice pack yang diletakan di sekeliling bagian dalam dari masing masing wadah obat yang digunakan. Ice pack di atas dibuat dengan menggunakan alat Combi Cooler Freezer PF-20, sehingga Freezer yang digunakan harus dapat menjamin kualitas ice pack yang dihasilkanya. Agar menjamin kinerja freezer berjalan sesuai spesifikasi yang diinginkan, maka perlu dilakukan kualifikasi kinerja secara berkala. kualifikasi kinerja merupakan prosess yang dilakukan untuk mendapatkan dan mendokumentasikan sistem dan atau alat bekerja sesuai dengan metode dan spesifikasi yang diinginkan dan telah disetujui. Kualifikasi kinerja dilakukan dengan cara meletakan thermometer data logger yang telah dibungkus plastik ke dalam freezer di beberapa lokasi selama 3 x 24 jam. Berdasarkan hasil kualifikasi kinerja diketahui bahwa pendistribusian dingin pada combi cooler Freezer merk Gea model PF-20 F.15 tidak merata dan terjadi Penyimpangan suhu di beberapa lokasi pada freezer. Tindak lanjut yang dapat dilakukan yaitu pembuatan ice pack dilakukan pada posisi yang memenuhi kriteria kualifikasi kinerja pada freezer. ......Cold chain products are medicines that must be stored at cold temperatures to maintain drug quality. PBF Enseval distributes cold chain items using Styrofoam and polyurethane boxes that features a data logger and ice packs inside the medicine containers. The Combi Cooler Freezer PF-20 was used to create the ice pack previously mentioned, so the freezer must be able to ensure the quality of the ice pack it produces. To ensure the performance of the freezer runs according to the desired specifications, it is necessary to carry out performance qualifications on a regular basis. Performance qualification is a process carried out to obtain and document systems and or work tools according to the desired and approved methods and specifications. Performance qualification is carried out by placing a plastic-wrapped data logger thermometer into the freezer at several locations for 3 x 24 hours. Based on the outcomes of performance qualifications, it can be concluded that the Gea brand Freezer combi cooler Freezer model PF-20 F.15's cold distribution is uneven and that temperature deviations exist in several places inside the freezer. The follow-up that can be done is to make ice packs in a position that meets the performance qualification criteria in the freezer.
Depok: 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>