Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ladefoged, Peter
Masshacushetts: Blackwell publisher, 2001
414 LAD v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Erniati
"Tulisan ini membicarakan tentang perbandingan fonem bahasa Indonesia dengan bahasa Hitu. Bahasa Hitu merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Provinsi Maluku yang dituturkan oleh masyarakat di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Hasil kajian menunjukkan bahwa bahasa Indonesia memiliki 22 buah fonem konsonan, yaitu /p/, /b/, /t/, /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /m/, /n/, /ŋ/, /ñ/, /l/, /f/, /s/, /z/, /ʃ/, /x/, /h/, /r/, /w/, /y/ dan lima buah fonem vokal, yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /o/. Sementara itu, bahasa Hitu memiliki fonem segmental sebanyak 24 fonem segmental, yang terdiri dari 5 buah fonem vocal dan 19 fonem konsonan. Konsonan-konsonan bahasa Hitu yang berhasil dideskripsikan yaitu: /p/, /b/, /c/, /d/, /g/, /h/, /j/, /k/, /l/, /m/, /n/, /r/, /s/, /t/, /w/, /y/, /ň/, /?/,dan /G/.

This paper discusses the comparison of Indonesian phonemes with Hitu. Hitu Language is one of the regional languages in Maluku Province that is spoken by the community in Leihitu District, Central Maluku Regency. The results of the study show that Indonesian has 22 consonant phonemes, namely / p /, / b /, / t /, / d /, / c /, / j /, / k /, / g /, / g /, m /, / n /, / ŋ /, / ñ /, / l /, / f /, / s /, / z /, / ʃ/, / x /, / h /, / r /, / w /, / y / and five vowel phonemes, namely / a /, / i /, / u /, / e /,/ o /. Meanwhile, Hitu has 24 segmental phonemes, consisting of 5 vocal phonemes and 19 consonant phonemes. The consonants of Hitu language that have been successfully described are: / p /, / b /, / c /, / d /, / g /, / h /, / j /, / k /, / l /, / l /, / m /, / n /, / r /, / s /, / t /, / w /, / y /, / ň /, /? /, and / G/."
ambon: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2019
400 JIKKT 7:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andriyanti Dwi Putri Mulyono
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas mengenai kata tiruan bahasa Korea lingkup benda alam dalam komik yang berjudul ldquo;4 kheot Cartoon Hanguko Eutaeeo. Euiseongeo rdquo; karya Lee Kyeong Eun dan Choe Hui Jeong dan ldquo;yeppeun gongju euiseongeo donghwa euitaeo dongsi rdquo; karya Moon Man Seok dan Jeong Mi Geum. Penulis menganalisis makna yang dihasilkan dari bentuk variasi vokal dan konsonan kata tiruan bahasa Korea. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa 19 kata tiruan dalam korpus memiliki bentuk variasi vokal dan konsonan yang mempengaruhi nuansa dan makna kata tersebut. Kata tiruan dengan vokal? lsquo;a rsquo; dan? lsquo;o rsquo; , memberikan nuansa yang lebih terang dan kecil dibandingkan dengan kata yang bervokal ? lsquo;eo rsquo; dan ? lsquo;u rsquo;. Konsonan ganda dan konsonan aspiratif memberikan nuansa yang lebih kuat dan keras dibandingkan dengan kata yang berkonsonan tunggal.

ABSTRACT
This journal discusses Korean imitation word of natural objects in Lee Kyeong Eun and Choe Hui Jeong rsquo s ldquo 4 kheot Cartoon Hanguko Eutaeeo. Euiseongeo rdquo and Moon Man Seok and Jeong Mi Geum rsquo s ldquo yeppeun gongju euiseongeo donghwa euitaeo dongsi rdquo comics. The writer analyze the effect of vowel and consonant variation in Korean imitation words meaning. In doing this research, the writer used descriptive qualitative method. The result shows that 19 imitation words in the corpus have variations of vowels and consonants that affect the nuance and meaning of the word. Imitation word with lsquo a rsquo and lsquo o rsquo vowels, give lighter and smaller nuance than the word with lsquo eo rsquo and lsquo u rsquo vowels. The intensive consonants and aspirated consonants gives stronger and harder nuance than the simple consonants."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Niko Falatehan
"ABSTRAK
Latar Belakang : Gangguan fonetik seringkali dialami oleh pasien yang baru
memakai gigi tiruan lepas, namun dalam praktek sehari-hari fungsi fonetik
seringkali terabaikan oleh dokter gigi. Salah satu penyebab terjadinya gangguan
fonetik adalah karena palatum tertutup oleh basis gigi tiruan, sehingga fungsi
palatum sebagai salah satu alat bicara terganggu terutama pada pengucapan
konsonan linguo-palatal.
Untuk mengevaluasi gangguan fonetik biasanya digunakan palatogram,
yaitu gambaran yang terbentuk pada daerah palatum yang berkontak dengan
lidah saat berlangsungnya suatu aktifitas spesifik, biasanya saat aktifitas
berbicara.
Tujuan : untuk mendapatkan metode baru dalam memprediksi adaptasi
pemakai gigi tiruan penuh rahang atas berdasarkan palatogram konsonan
linguo-palatal Bahasa Indonesia. Diharapkan pasien mampu mengucapkan
konsonan linguo-palatal, khususnya huruf ‘s’ dan 'z’.
Bahan dan Cara : Subjek penelitian adalah 40 orang pemakai gigi tiruan
penuh (GTP) yang terdiri dari 20 laki-laki dan 20 perempuan, dengan
rentang usia antara 30-80 tahun. Dibuat palatogram pada gigi tiruan penuh
rahang atas (GTP RA), dengan cara subjek diinstruksikan untuk
mengucapkan bunyi desis ‘s’ dan ‘z setelah bagian palatal GTP RA
dioleskan pressure indicator paste. Jenis penelitian ini adalah penelitian
analitik observasional dengan desain potong lintang. Penelitian ini dianalisis
dengan analisis univariat, bivariat (uji T tidak berpasangan) dan multivariat
(uji repeated ANOVA).
Hasil : Pemakai GTP RA membutuhkan waktu 10-14 hari untuk mampu
beradaptasi terhadap pengucapan konsonan linguo-palatal S – Z. Nilai mean
subjek saat pengucapan huruf ‘s’ dan ‘z’ yang dapat dilakukan dengan baik dan
jelas adalah 920,63 dan 987,31, dengan deviasi standar 92,28 dan 107,61.
Kesimpulan : Didapatkan metode baru untuk menilai adaptasi pemakai GTP
rahang atas, berdasarkan palatogram konsonan linguo-palatal Bahasa
Indonesia.

ABSTRACT
Introduction : Phonetic interference often occurs on a new removable denture
wearer, but phonetic is usually ignored by dentist in daily practice. The
removable denture base that covers palate is one of the phonetic interference
causes. Denture base interfere the palate to function, as one of the speech
instrument, especially in pronouncing linguo-palatal consonant.
Phonetic interference can be evaluated by a palatogram. Palatogram is a
graphic representation of the palate area that contacts by the tongue during a
specified activity, usually speech.
Aim : to obtain a new method in predicting the adaptation of upper complete
denture wearer based on the palatogram of Indonesian linguo-palatal
consonant, in order to be able to pronounce linguo-palatal consonant, especially
‘s’ and ‘z’.
Material and method : There are 40 participants on this study, consists of 20
males and 20 females, by an age range between 30-80 years old. The subject
was asked to and palatogram record was taken on upper complete denture by
instructing the subject to pronounce ‘s’ and ‘z’, after some PIP is put on palatal
plate. This study is an analytic observational with cross sectional design. This
study was anaylzed with univariat, bivariat (Unpaired T-test), and multivariat
analysis (Repeated ANOVA test).
Result : Upper denture wearer need 10-14 days to adapt with ‘s’ and ‘z’
consonant. The subject’s means in phonetic ‘s’ and ‘z’ are 920,63 and 987,31,
with standard deviation are 92,28 and 107,61.
Conclusion : a new method in evaluating the adaptation of upper complete
denture wearer was obtained based on the palatogram of Indonesian linguopalatal
consonant."
2013
T33185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Haryanti Azzahra
"Satuan lingual -e bahasa Jawa memiliki dua variasi (alomorf), yaitu -e dan -ne. Berdasarkan buku Tata Bahasa Jawa Mutakhir, secara umum, alomorf -e dapat melekat pada kata berakhiran fonem konsonan dan alomorf -ne dapat melekat pada kata berakhiran fonem vokal. Akan tetapi, dalam data bahasa Jawa di Cirebon, terdapat alomorf -e dan -ne yang sama-sama dapat melekat pada kata berakhiran fonem vokal. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh fonem akhir kata terhadap alomorf -e dan -ne dalam bahasa Jawa di Cirebon dengan ragam sumber data yang berbeda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data ragam tulis yang digunakan adalah buku (BK) Kumpulan Jogregan dan Demang Karang Kletak (Naskah Drama Cerbonan). Sumber data ragam lisan yang digunakan berupa wawancara (WR) dan obrolan WhatsApp (WA) berbahasa Jawa di Cirebon. Pengumpulan data BK dilakukan dengan cara memindai teks dalam bentuk digital. Data WR dikumpulkan dengan melakukan perekaman dan wawancara yang kemudian ditrankripsi menggunakan ELAN. Data WA dikumpulkan menggunakan fitur ekspor riwayat obrolan. Penyediaan data diproses menggunakan Antconc. Data pada penelitian ini adalah kata-kata berakhiran satuan lingual -e. Analisis dilakukan berdasarkan fonem akhir kata, suku kata, dan kategori. Penelitian ini menunjukkan bahwa -e bahasa Jawa di Cirebon tidak dipengaruhi oleh fonem akhir kata yang dilekati, sedangkan -ne mendapat pengaruh. Satuan lingual -e yang melekat pada fonem vokal mempengaruhi fonotaktik bahasa Jawa dan membentuk deret vokal baru.

Lingual constituents -e Javanese in Cirebon has two variations (allomorphs), there are -e and -ne. Based on Tata Bahasa Jawa Mutakhir book, the -e allomorph generally can be attached to words ending by consonant phoneme, while the -ne allomorph can be attached to words ending by vowel phoneme. However, data from the Javanese language in Cirebon, there are -e and -ne allomorphs which can be attached to words ending by vowel phonemes. Based on this background, this research aims to explain the influence of phonemes in the ending of words towards -e and -ne allomorphs Javanese in Cirebon using a variety of different data sources. This research uses a descriptive qualitative approach. The written variety data sources are books (BK) Kumpulan Jogregan dan Demang Karang Kletak (Naskah Drama Cerbonan). The verbal data sources are interviews (WR) and WhatsApp chats (WA) that used Javanese in Cirebon. BK data collection is carried out by scanning text in digital form. WR data was collected by recording and interviewing which was then transcribed using ELAN. WA data is collected using the chat history export feature. Data provision is processed using AntConc. The data in this study are words ending by the lingual constituents -e. Analysis was carried out based on phonemes in the end of words, syllables, and categories. This research shows that -e in the Javanese language in Cirebon is not influenced by the phoneme of words ending that attached to, while -ne is influenced. The lingual constituents -e that attached to the vowel phoneme, influences the phonotactics of the Javanese language and forms a new vowel series."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suzan Elias
"ABSTRAK
Tujuan umum: Mengetahui pengaruh plat palatum akrilik pada pemakai gigi tiruan lepas rahang atas pada kejelasan pengucapan.
Tujuan khusus: (1) Mengetahui pengaruh plat palatum terhadap nilai formant 1 (F 1) dan formant 2 (F 2) pada vokal /a/, /i/, /i/ bahasa Indonesia. (2) Mengetahui pengaruh plat palatum konsonan linguopalatal /c/, /j/, /d/, /t/ dan konsonan /s/ bahasa Indonesia. (3) Mencari nilai baku F 1, F 2, durasi konsonan linguopalatal dan konsonan /s/, serta pengaruh jenis kelamin, suku, tingkat pendidikan. (4) Membandingkan perbedaan hasil penilaian subyektif dan obyektif dalam evaluasi pengembalian fungsi fonetik pasca pemakaian gigi tiruan
Metode penelitian: Rancangan penelitian terdiri dari 2 tahap yaitu (1) penelitian exploratif observasional yang bersifat deskriptif, untuk mencari nilai baku dan karakteristik nilai F 1 F 2, vokal bahasa Indonesia, serta durasi konsonan linguopalatal dan konsonan /s/ bahasa Indonesia. (2) penelitian experimental analitik dengan pre and post control design yaitu penelitian uji klinik pads responder pemakai gigi tiruan lepas rahang atas, untuk mencari pengaruh plat yang menutupi palatum pada kejelasan pengucapan dan diamati sesaat setelah gigi tiruan dipasang, tiga hari, dan sepuluh hari setelah memakai gigi tiruan dibandingkan sebelum memakai gigi tiruan. Penelitian tahap pertama dilakukan pada 425 responden. Evaluasi kejelasan pengucapan dilakukan dengan 2 cara, yaitu penilaian obyektif dan subyektif. Cara penilaian obyektif yaitu dengan menghitung F 1 F 2, vokal bahasa Indonesia dalam Hertz (jumlah gelombang per detik) dan menghitung durasi konsonan linguopalatal dan konsonan /s/ dalam bahasa Indonesia yang dihitung dalam milidetik. Cara penilaian subyektif adalah dengan dilakukan berdasarkan jumlah responden yang tidak mengalami kesulitan mengucapkan kata-kata gabungan vokal dan konsonan linguopalatal dan konsonan /s/ dan kejelasan pengucapan menurut operator.
Hasil penelitian: (1) Jenis kelamin dan pendidikan berpengaruh terhadap nilai F 1, F2 vokal namun tidak berpengaruh terhadap konsonan linguopalatal dan konsonan /s/. (2) Variabel kelompok suku umumnya tidak berpengaruh terhadap nilai F 1, F 2 kecuali kelompok suku Betawi yang menunjukkan perbedaannya pata F1 /a/ dan F 2 /u/. Demikian juga kelompok suku tidak berpengaruh terhadap durasi konsonan, kecuali kelompok suku Indonesia Bagian Timur menunjukkan durasi paling panjang untuk konsonan /j/. (3) Hasil penelitian experimental menunjukkan nilai F 1, F 2 vokal /a/, /i/, /u/ bahasa Indonesia pads pemakai gigi tiruan dengan plat palatum mengalami penurunan frekuensi, sesuai dengan hasil penelitian Kaires (1959). Selanjutnya terlihat perbedaan bermakna untuk nilai F 1 vokal /a/, /u/ bahasa Indonesia pada pemakai gigi tiruan dengan plat palatum bila dibanding nilai baku, yaitu F 1 /a/ pada kata cacah, jajah, dada, ratap, sasa. F 1 /i/l pada kata-kata cicih, titip, dan F 1 /u/ pada kata cucu, juju, rutup, duduk, susu.

ABSTRACT
Objective of the study:
General aims: To find out the influence of palatal plate of removable denture on the quality of pronunciation
Specific objectives:
(1) to seek for standard values of F 1 and F 2 for vowels /a/, /i/, /u/ and the duration for some linguopalatal consonants /c/, /j/, /d/, /t/ and the consonant Is/ in bahasa Indonesia and the correlatation between gender, education background and ethnic group.
(2) to find out the change in F 1 and F 2 for vowels /a/, /i/, /u/ after wearing an acrylic palatal plate
(3) to find out the duration of above mentioned linguopalatal consonants /c/, /j/, /d/, /t/ and the consonant /s/ after wearing an acrylic palatal plate.
(4) to compare objective fingdings to subjective findings generally used in to evaluation of phonetics in removable denture contraction.
Methods This research program will be divided into 2 stages:
(1) descriptive study for seeking standard values of F and F 2 for vowels /a/, /i/, /u/ and the duration of linguopalatal consonant /c/, /j/, /d/, /t/ and consonant /s/ in bahasa Indonesia and the correction to gender, education background and ethnic group.
(2) experimental study designed as pre- and post-test study. This is done clinically on patients wearing an upper removable acrylic denture a palatal covering base. It is meant to observe the influence of the palatal plate on the quality of pronunciations. Observation was done the time of insertion, 3 days, and 10 days after wearing the denture with palatal plate. The data was compared to the data before wearing the denture.
Evaluation was done objectively and subjectively. The objective evaluation was done by looking at the value F 1 and F 2 of vowels /a/, /i/, /u/ Ad in Hertz , and and duration of linguapalatal consonants /c/ /j/, /d/, /t/ and consonant /s/ in bahasa Indonesia. The subjective evaluation was done by counting the number of subjects without difficulties in their pronunciation, and the clearness of pronunciation as heard by the operator.
Results and discussion. (1) Significant differences were found in the value of F 1 and F 2 of vowels /a/, /i/, /u/between man and woman, which might be related to the difference in the anatomical structure of the larynx, which is longer in man. Significant differences were also showed among levels of education. However, no significant difference was found neither in the duration linguopalatal consonants /c/ /j/, /d/, /t/. (2) The ethnic group had no significant different on the values of F 1
and F 2 except for F 1 /a/ and F 2 /u/ (Betawi). No significant different was found in the duration of linguopalatal consonants except for the consonant which was longest for East Part ethnic group (IBT). These significant differences might he related to the influence of local language as a mother tongue, and Bahasa Indonesia as a second language. (3) A decreasing in frequency F 1 and F 2, was observed at the time of insertion the denture with palatal plate, which support Kaires's findings (1959). A significant differences was found in F 1 to the normal standard value, in F1 /a/ - cacah, dada, jajah, tatap, sasa. F 1 /i/ - jijik, didih. F 1 /u/ in tutu, juju, Cucu, duduk, susu.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2000
D128
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurohmah Citadiyah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas konstruksi bunyi diftong dalam bahasa Indonesia. Diftong tersebut dibahas satu per satu dalam kaitannya dengan ketentuan bunyi diftong itu sendiri yang dikukuhkan dalam PUEBI. Diftong-diftong tersebut dilihat berdasarkan frekuensi kemunculannya, posisinya di dalam kata, dan kecenderungan dapat berdiri sendiri atau didampingi bunyi lain. Penelitian ini menggunakan metode campuran kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini, digunakan dua sumber data: sumber data primer dan sumber data sekuner. Sumber data primer adalah KBBI V luring dan sumber data sekunder adalah pengujian kata-kata berdiftong kepada responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi dua vokal yang terdapat di dalam satu suku kata tidak melulu benar berperan sebagai diftong. Pada beberapa kata, seperti air, vokal [a] dan [i] diujarkan secara jelas menjadi [air], bukan [ayr] , bunyi [i] diujarkan secara jelas dan tidak berubah menjadi [y]. Itu berarti [a] dan [i] bukan berperan sebagai diftong, melainkan sebagai deret vokal. Hal ini menjadi masalah karena pemenggalan katanya tampak bertentangan dengan definisi dan pola konstruksi diftong. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan, bunyi-bunyi diftong dalam bahasa Indonesia cenderung didampingi bunyi-bunyi konsonan, baik di depan, maupun di belakangnya. Tidak hanya itu, di dalam data juga ditemukan beberapa kata berdiftong unik, yaitu ada beberapa kata yang mengandung dua diftong di dalamnya dan ada kata yang terdiri atas satu suku dan suku tersebut adalah diftong itu sendiri. Temuan lainnya, yaitu ada kombinasi bunyi dua vokal yang berpotensi diujarkan sebagai diftong. Bunyi tersebut adalah kombinasi vokal [e]-[u] menjadi [ew], vokal [o]-[u] menjadi [ow], dan vokal [u]-[i] menjadi [uy].

ABSTRACT
This mini thesis discusses the construction of diphthong sounds in Indonesian. The diphthong is discussed one by one in relation to the provisions of the diphthong sound itself confirmed in PUEBI. The diphthongs are viewed based on the frequency of their appearance, their position in the word, and the tendency to stand alone or be accompanied by another sound. This study uses a mixture of qualitative and quantitative methods. In this study, two data sources were used primary data sources and data sources of the financial sector. The primary data source is the offline V KBBI and the secondary data source is testing the digging words to the respondent. The results showed that the combination of the two vowels contained in one syllable did not merely act as diphthongs. In some words, such as water, vowels a and i are clearly stated to be water , not ayr , the sound of i is stated clearly and does not change to y . That means a and i do not act as diphthongs, but as vowel series. This is a problem because decapitation seems to contradict the definition and pattern of diphthong construction. In addition, the results of the study also showed that the sounds of diphthongs in Indonesian tend to be accompanied by consonant sounds, both in front and behind them. Not only that, in the data also found several unique diphongong words, namely there are several words containing two diphthongs in it and there are words that consist of one tribe and the tribe is the diphthong itself. Other findings, namely there are two vowel sound combinations that have the potential to be translated as diphthongs. The sound is a vowel combination e u becomes ew , vowel o u becomes ow , and vowel u i becomes uy. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library