Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ladefoged, Peter
Masshacushetts: Blackwell publisher, 2001
414 LAD v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Erniati
Abstrak :
Tulisan ini membicarakan tentang perbandingan fonem bahasa Indonesia dengan bahasa Hitu. Bahasa Hitu merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Provinsi Maluku yang dituturkan oleh masyarakat di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Hasil kajian menunjukkan bahwa bahasa Indonesia memiliki 22 buah fonem konsonan, yaitu /p/, /b/, /t/, /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /m/, /n/, /ŋ/, /ñ/, /l/, /f/, /s/, /z/, /ʃ/, /x/, /h/, /r/, /w/, /y/ dan lima buah fonem vokal, yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /o/. Sementara itu, bahasa Hitu memiliki fonem segmental sebanyak 24 fonem segmental, yang terdiri dari 5 buah fonem vocal dan 19 fonem konsonan. Konsonan-konsonan bahasa Hitu yang berhasil dideskripsikan yaitu: /p/, /b/, /c/, /d/, /g/, /h/, /j/, /k/, /l/, /m/, /n/, /r/, /s/, /t/, /w/, /y/, /ň/, /?/,dan /G/.
ambon: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2019
400 JIKKT 7:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Niko Falatehan
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang : Gangguan fonetik seringkali dialami oleh pasien yang baru memakai gigi tiruan lepas, namun dalam praktek sehari-hari fungsi fonetik seringkali terabaikan oleh dokter gigi. Salah satu penyebab terjadinya gangguan fonetik adalah karena palatum tertutup oleh basis gigi tiruan, sehingga fungsi palatum sebagai salah satu alat bicara terganggu terutama pada pengucapan konsonan linguo-palatal.

Untuk mengevaluasi gangguan fonetik biasanya digunakan palatogram, yaitu gambaran yang terbentuk pada daerah palatum yang berkontak dengan lidah saat berlangsungnya suatu aktifitas spesifik, biasanya saat aktifitas berbicara.

Tujuan : untuk mendapatkan metode baru dalam memprediksi adaptasi pemakai gigi tiruan penuh rahang atas berdasarkan palatogram konsonan linguo-palatal Bahasa Indonesia. Diharapkan pasien mampu mengucapkan konsonan linguo-palatal, khususnya huruf ‘s’ dan 'z’.

Bahan dan Cara : Subjek penelitian adalah 40 orang pemakai gigi tiruan penuh (GTP) yang terdiri dari 20 laki-laki dan 20 perempuan, dengan rentang usia antara 30-80 tahun. Dibuat palatogram pada gigi tiruan penuh rahang atas (GTP RA), dengan cara subjek diinstruksikan untuk mengucapkan bunyi desis ‘s’ dan ‘z setelah bagian palatal GTP RA dioleskan pressure indicator paste. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang. Penelitian ini dianalisis dengan analisis univariat, bivariat (uji T tidak berpasangan) dan multivariat (uji repeated ANOVA).

Hasil : Pemakai GTP RA membutuhkan waktu 10-14 hari untuk mampu beradaptasi terhadap pengucapan konsonan linguo-palatal S – Z. Nilai mean subjek saat pengucapan huruf ‘s’ dan ‘z’ yang dapat dilakukan dengan baik dan jelas adalah 920,63 dan 987,31, dengan deviasi standar 92,28 dan 107,61.

Kesimpulan : Didapatkan metode baru untuk menilai adaptasi pemakai GTP rahang atas, berdasarkan palatogram konsonan linguo-palatal Bahasa Indonesia.
ABSTRACT
Introduction : Phonetic interference often occurs on a new removable denture wearer, but phonetic is usually ignored by dentist in daily practice. The removable denture base that covers palate is one of the phonetic interference causes. Denture base interfere the palate to function, as one of the speech instrument, especially in pronouncing linguo-palatal consonant.

Phonetic interference can be evaluated by a palatogram. Palatogram is a graphic representation of the palate area that contacts by the tongue during a specified activity, usually speech.

Aim : to obtain a new method in predicting the adaptation of upper complete denture wearer based on the palatogram of Indonesian linguo-palatal consonant, in order to be able to pronounce linguo-palatal consonant, especially ‘s’ and ‘z’.

Material and method : There are 40 participants on this study, consists of 20 males and 20 females, by an age range between 30-80 years old. The subject was asked to and palatogram record was taken on upper complete denture by instructing the subject to pronounce ‘s’ and ‘z’, after some PIP is put on palatal plate. This study is an analytic observational with cross sectional design. This study was anaylzed with univariat, bivariat (Unpaired T-test), and multivariat analysis (Repeated ANOVA test).

Result : Upper denture wearer need 10-14 days to adapt with ‘s’ and ‘z’ consonant. The subject’s means in phonetic ‘s’ and ‘z’ are 920,63 and 987,31, with standard deviation are 92,28 and 107,61.

Conclusion : a new method in evaluating the adaptation of upper complete denture wearer was obtained based on the palatogram of Indonesian linguopalatal consonant.
2013
T33185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Haryanti Azzahra
Abstrak :
Satuan lingual -e bahasa Jawa memiliki dua variasi (alomorf), yaitu -e dan -ne. Berdasarkan buku Tata Bahasa Jawa Mutakhir, secara umum, alomorf -e dapat melekat pada kata berakhiran fonem konsonan dan alomorf -ne dapat melekat pada kata berakhiran fonem vokal. Akan tetapi, dalam data bahasa Jawa di Cirebon, terdapat alomorf -e dan -ne yang sama-sama dapat melekat pada kata berakhiran fonem vokal. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh fonem akhir kata terhadap alomorf -e dan -ne dalam bahasa Jawa di Cirebon dengan ragam sumber data yang berbeda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data ragam tulis yang digunakan adalah buku (BK) Kumpulan Jogregan dan Demang Karang Kletak (Naskah Drama Cerbonan). Sumber data ragam lisan yang digunakan berupa wawancara (WR) dan obrolan WhatsApp (WA) berbahasa Jawa di Cirebon. Pengumpulan data BK dilakukan dengan cara memindai teks dalam bentuk digital. Data WR dikumpulkan dengan melakukan perekaman dan wawancara yang kemudian ditrankripsi menggunakan ELAN. Data WA dikumpulkan menggunakan fitur ekspor riwayat obrolan. Penyediaan data diproses menggunakan Antconc. Data pada penelitian ini adalah kata-kata berakhiran satuan lingual -e. Analisis dilakukan berdasarkan fonem akhir kata, suku kata, dan kategori. Penelitian ini menunjukkan bahwa -e bahasa Jawa di Cirebon tidak dipengaruhi oleh fonem akhir kata yang dilekati, sedangkan -ne mendapat pengaruh. Satuan lingual -e yang melekat pada fonem vokal mempengaruhi fonotaktik bahasa Jawa dan membentuk deret vokal baru. ......Lingual constituents -e Javanese in Cirebon has two variations (allomorphs), there are -e and -ne. Based on Tata Bahasa Jawa Mutakhir book, the -e allomorph generally can be attached to words ending by consonant phoneme, while the -ne allomorph can be attached to words ending by vowel phoneme. However, data from the Javanese language in Cirebon, there are -e and -ne allomorphs which can be attached to words ending by vowel phonemes. Based on this background, this research aims to explain the influence of phonemes in the ending of words towards -e and -ne allomorphs Javanese in Cirebon using a variety of different data sources. This research uses a descriptive qualitative approach. The written variety data sources are books (BK) Kumpulan Jogregan dan Demang Karang Kletak (Naskah Drama Cerbonan). The verbal data sources are interviews (WR) and WhatsApp chats (WA) that used Javanese in Cirebon. BK data collection is carried out by scanning text in digital form. WR data was collected by recording and interviewing which was then transcribed using ELAN. WA data is collected using the chat history export feature. Data provision is processed using AntConc. The data in this study are words ending by the lingual constituents -e. Analysis was carried out based on phonemes in the end of words, syllables, and categories. This research shows that -e in the Javanese language in Cirebon is not influenced by the phoneme of words ending that attached to, while -ne is influenced. The lingual constituents -e that attached to the vowel phoneme, influences the phonotactics of the Javanese language and forms a new vowel series.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurohmah Citadiyah
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas konstruksi bunyi diftong dalam bahasa Indonesia. Diftong tersebut dibahas satu per satu dalam kaitannya dengan ketentuan bunyi diftong itu sendiri yang dikukuhkan dalam PUEBI. Diftong-diftong tersebut dilihat berdasarkan frekuensi kemunculannya, posisinya di dalam kata, dan kecenderungan dapat berdiri sendiri atau didampingi bunyi lain. Penelitian ini menggunakan metode campuran kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini, digunakan dua sumber data: sumber data primer dan sumber data sekuner. Sumber data primer adalah KBBI V luring dan sumber data sekunder adalah pengujian kata-kata berdiftong kepada responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi dua vokal yang terdapat di dalam satu suku kata tidak melulu benar berperan sebagai diftong. Pada beberapa kata, seperti air, vokal [a] dan [i] diujarkan secara jelas menjadi [air], bukan [ayr] , bunyi [i] diujarkan secara jelas dan tidak berubah menjadi [y]. Itu berarti [a] dan [i] bukan berperan sebagai diftong, melainkan sebagai deret vokal. Hal ini menjadi masalah karena pemenggalan katanya tampak bertentangan dengan definisi dan pola konstruksi diftong. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan, bunyi-bunyi diftong dalam bahasa Indonesia cenderung didampingi bunyi-bunyi konsonan, baik di depan, maupun di belakangnya. Tidak hanya itu, di dalam data juga ditemukan beberapa kata berdiftong unik, yaitu ada beberapa kata yang mengandung dua diftong di dalamnya dan ada kata yang terdiri atas satu suku dan suku tersebut adalah diftong itu sendiri. Temuan lainnya, yaitu ada kombinasi bunyi dua vokal yang berpotensi diujarkan sebagai diftong. Bunyi tersebut adalah kombinasi vokal [e]-[u] menjadi [ew], vokal [o]-[u] menjadi [ow], dan vokal [u]-[i] menjadi [uy].
ABSTRACT
This mini thesis discusses the construction of diphthong sounds in Indonesian. The diphthong is discussed one by one in relation to the provisions of the diphthong sound itself confirmed in PUEBI. The diphthongs are viewed based on the frequency of their appearance, their position in the word, and the tendency to stand alone or be accompanied by another sound. This study uses a mixture of qualitative and quantitative methods. In this study, two data sources were used primary data sources and data sources of the financial sector. The primary data source is the offline V KBBI and the secondary data source is testing the digging words to the respondent. The results showed that the combination of the two vowels contained in one syllable did not merely act as diphthongs. In some words, such as water, vowels a and i are clearly stated to be water , not ayr , the sound of i is stated clearly and does not change to y . That means a and i do not act as diphthongs, but as vowel series. This is a problem because decapitation seems to contradict the definition and pattern of diphthong construction. In addition, the results of the study also showed that the sounds of diphthongs in Indonesian tend to be accompanied by consonant sounds, both in front and behind them. Not only that, in the data also found several unique diphongong words, namely there are several words containing two diphthongs in it and there are words that consist of one tribe and the tribe is the diphthong itself. Other findings, namely there are two vowel sound combinations that have the potential to be translated as diphthongs. The sound is a vowel combination e u becomes ew , vowel o u becomes ow , and vowel u i becomes uy.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library