Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lina Fitrianti
Abstrak :
ABSTRAK Infeksi menular seksual dapat menimbulkan beban morbiditas dan mortalitas terutama di negara sedang berkembang. Berdasarkan data STBP di Indonesia, kelompok LSL memiliki prevalensi HIV meningkat tajam 2,5 kali dibandingkan hasil STBP sebelumnya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis jenis pasangan seksual dengan konsistensi penggunaan kondom pada LSL di 6 kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Cross Sectional. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 827 orang. Hasilnya LSL yang mempunyai pasangan waria (44%) paling konsisten dalam menggunakan kondom, LSL yang mempunyai pasangan lakilaki (39,5%) merupakan kelompok LSL yang tidak konsisten dalam penggunaan kondom, dan LSL yang mempunyai pasangan wanita paling banyak yang tidak pernah menggunakan kondom (51,5%). LSL yang mempunyai pasangan laki-laki 8,06 kali lebih konsisten dalam penggunaan kondom dibandingkan pasangan wanita.LSL yang mempunyai pasangan waria 8,58 kali lebih konsisten dalam penggunaan kondom dibandingkan pasangan wanita. Variable confounding pengetahuan, penggunaan pelumas, akses, dan sumber informasi (teman sebaya, konselor, pertunjukan, media social, dan internet) memiliki hubungan yang bermakna terhadap penggunaan kondom secara konsisten. Saran dari penelitian ini yaitu memaksimalkan pelaksanaan program pencegahan HIV yang sudah ada dan penggunaan media massa dan pendekatan yang inovatif.
ABSTRACT Sexually transmitted infections can cause a burden of morbidity and mortality, especially in developing countries. Based on STBP data in Indonesia, MSM have a HIV prevalence that has risen sharply 2.5 times compared to the previous STBP results. The purpose of this study was to analyze the types of sexual partners with the consistency of condom use in MSM in 6 cities in Indonesia. This study uses the Cross Sectional research method. The number of samples studied was 827 people. The result is MSM who have a transgender partner (44%) are most consistent in using condoms, MSM who have male partners (39.5%) are MSM groups who are inconsistent in condom use, and MSM who have the most female partners who have never use condoms (51.5%). MSM who had male partners 8.06 times were more consistent in condom use than female partners. LSL who have a transgender partner were 8.58 times more consistent in condom use than female partners. Variable confounding knowledge, use of lubricants, access, and sources of information (peers, counselors, shows, social media, and the internet) have a significant relationship to consistent condom use. Suggestions from this research are maximizing the implementation of existing HIV prevention programs and the use of mass media and innovative approaches.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51793
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Khotimah
Abstrak :
Prevalensi HIV pada kelompok Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) selalu meningkat setiap tahun dan kelompok ini memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi HIV. Promosi penggunaan kondom konsisten merupakan strategi untuk pencegahan HIV pada LSL. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom konsisten pada LSL yang memiliki pasangan tetap, pasangan tidak tetap dan pasangan komersial. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dari data Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) untuk LSL tahun 2013. Dari 602 LSL yang terpilih, konsistensi penggunaan kondom sebulan terakhir pada pasangan seks tetap 31.9%, pasangan seks tidak tetap 36.4%, dan pasangan seks komersial 42.4%. Pada analisis multivariabel menunjukkan bahwa faktor yang berasosiasi signifikan pada LSL dengan pasangan seks tidak tetap yaitu pengetahuan komprehensif (aOR = 1.89 95% CI : 1.1-3.1), sumber informasi media (aOR = 2.7, 95% CI : 1.1-6.7), dan informasi dari petugas ahli (aOR = 4.2, 95% CI : 1.9-9.2) meningkatkan penggunaan kondoom konsisten. Sedangkan pada pasangan seks komersial yaitu sumber informasi dari petugas ahli (aOR = 3.5, 95% CI : 1.1-11.1) dan persepsi LSL bahwa dirinya rentan tertular HIV (aOR = 2.88, 95% CI : 1.1-7.4). Intervensi ke depan harus fokus pada populasi kunci terutama LSL di semua jenis pasangan seks dan fokus pada promosi penerimaan masyarakat tekait norma pro-kondom. ......HIV prevalence among men who have sex with men (MSM) increased current year and MSM are population at high risk for HIV infection. Promoting consistent condom use (CCU) is a key reduction strategy for HIV prevention among MSM. This thesis report the factors associated with CCU among MSM with regular, casual and comercial partners. This thesis used cross-sectional design from Integrated Biological and Behaviour Surveillance for MSM 2013. Among 602 MSM was selected, CCU last month with regular partners is 31.9%, casual partners is 36.4%, and comercial partners is 42.4%. in multivariabel analysis showed factors were associated with condom use in casual partners are comprehensive knowledge (aOR = 1.89 95% CI : 1.1-3.1), information source from media (aOR = 2.7, 95% CI : 1.1-6.7), and source from health professional (aOR = 4.1, 95% CI : 1.9-9.2) were more likely to report consistent condom use. In comercial partners are source from health professional (aOR = 3.5, 95% CI : 1.1-11.1) and perceived for HIV infection (aOR = 2.88, 95% CI : 1.1-7.4). HIV intervention need to focus in key population especially MSM with all types of sex partners and it is important promote social acceptance pro-kondom norm.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S58836
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jalu Adi Dana
Abstrak :
Latar Belakang: Berdasarkan hasil program MDGs, di dunia infeksi baru HIV lebih rendah 35% jika dibandingkan tahun 2000 sementara di Asia infeksi baru HIV menurun 8% dibandingkan tahun 2005 namun di Indonesia infeksi baru HIV justru meningkat 48% pada tahun 2013 jika dibandingkan tahun 2005. Kementerian Kesehatan mengestimasi hingga 2025, jumlah infeksi baru HIV banyak terjadi pada populasi LSL. Penyebaran HIV pada populasi LSL karena rendahnya persepsi berisiko, tingginya multipartner seks, penggunaan napza suntik dan rendahnya penggunaan kondom. Metode: Penelitian kuantitatif dan menggunakan data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku tahun 2013. Dengan analisis regresi logistik berganda akan dilihat besar risiko persepsi berisiko tertular HIV dengan penggunaan kondom saat seks anal terakhir. Hasil: Odds ratio pada yang berpersepsi berisiko tertular HIV 2,18 kali untuk menggunakan kondom saat seks anal terakhir dibandingkan dengan yang berpersepsi tidak berisiko (95% CI 0,93 ? 5,11). Odds ratio pada yang berpersepsi berisiko tertular HIV 1,84 kali untuk menggunakan kondom saat seks anal terakhir dibandingkan dengan yang berpersepsi tidak berisiko (95% CI 0,72 - 4,74) pada kondisi pengetahuan yang sama, menjadikan televisi sebagai sumber informasi yang sama, kebiasaan membawa kondom yang sama, dan tergabung dalam komunitas yang jumlah anggotanya sama. Kesimpulan: Persepsi berisiko tertular HIV meningkatkan kemungkinan responden untuk menggunakan kondom saat seks anal terakhir. ......Background: Based on the MDGs program result, in the world new infections of HIV is reduce 35% than 2000, in Asia new infections of HIV declined 8% compared 2005 but new infection of HIV at Indonesia had been increased 48% in 2013 compared to 2005. The Ministry of Health estimates, by 2025 the number of new infections of HIV will increase at the population of MSM. The spread of HIV at the population of MSM because low of risk perception, high multipartner sex, injecting drugs and low of condom use. Methods: Qualitative and using data Integrated Biological and Behavioural Survey 2013. With multiple logistic regression analysis will be known odds ratio risk perception of HIV infections to condom use at last anal sex. Result: Odds ratio for the risk perception of HIV infections 2.18 times to use condoms during last anal sex compared with no risk perception (95% CI 0.93 to 5.11). Odds ratio for the risk perception of HIV infections 1.84 times to use condoms during last anal sex compared with no risk perception (95% CI 0.72 to 4.74) in the same state of knowledge, to television as the same resources , the same habit of bringing condoms, and members of the community the same number of members. Conclusion: The risk perception of infected HIV increases the likelihood of respondents to use condom at last anal sex.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Rianita
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu faktor risiko tingginya penularan IMS-HIV/AIDS adalah banyaknya pelanggan yang dilayani seorang WPS. Makin besar jumlah pelanggan, makin besar kemungkinan tertular HIV. Sebaliknya jika WPS telah terinfeksi IMS-HIV, maka makin banyak pelanggan yang mungkin tertular darinya. Rendahnya penggunaan kondom pada transaksi seks merupakan suatu masalah yang harus diperhatikan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktorfaktor yang berhubungan pada WPS dengan HIV/AIDS terhadap perilaku penggunaan kondom pada pelanggannya di Lokalisasi Batu 15 Kota Tanjungpinang tahun 2011. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Populasi studi adalah seluruh WPS dengan HIV/AIDS yang ada di Lokalisasi Batu 15, dengan jumlah sampel 45. Hasil penelitian didapatkan WPS dengan HIV/AIDS yang konsisten terhadap penggunaan kondom adalah 48.9%. Analisa menggunakan uji chi square, menunjukan bahwa terdapat hubungan antara variabel pendidikan, jumlah pelanggan, riwayat penyakit IMS, riwayat penyakit HIV, ketersediaan kondom dan dukungan teman sebaya dengan perilaku penggunaan kondom. Belum tercapainya target nasional penggunaan kondom pada WPS yaitu 60 %, maka perlu adanya kebijakan untuk condom use 100% di Lokalisasi Batu 15 dan promosi kesehatan tentang peningkatan pengetahuan HIV/AIDS dan penggunaan kondom
ABSTRACT
One of the highest risk factor for transmission of IMS-HIV/AIDS is the number of WPS. The more customers, the greater the likelihood of HIV infection. Conversely, if the WPS was infected with an STI, HIV medications, the more customers who might be infected. Low condom use in sex trafficking is a problem that must be taken into account. The purpose of this study was to determine the factors associated with WPS HIV/AIDS, condom use behavior to its clients in the localization of 15 Tanjungpinang City in 2011. In this study used cross-study design. WPS is the entire population with HIV/AIDS in localization of Batu 15, the number of samples, 45. Results of WPS with HIV/AIDS is consistent condom use rate of 48.9%. Analysis of the use Chi-square test, showed that there was a correlation between variables, the number of clients, the history of STDS, history HIV disease, the availability of condoms and peer support with the behavior of condom use. Not achieving national targets on the WPS is 60% condom use, it's a 100% condom use policy in the localization of Batu 15 and health promotion increased knowledge about HIV / AIDS and condom use.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Firli Kusuma Ardiati
Abstrak :
Prevalensi HIV pada LSL meningkat dari 6,5% (2009) menjadi 12,8% (2013). Akan tetapi, penggunaan kondom secara konsisten pada kelompok LSL pasangan tidak tetap hanya 38%. Penelitian ini bertujuan untuk melihat model konsistensi penggunaan kondom pada LSL pasangan pria tidak tetap non komersial di Tangerang, Jogjakarta, dan Makassar tahun 2013. Data yang digunakan adalah data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan jumlah sampel untuk penelitian ini sebesar 263 responden. Analisis data menggunakan Generalized Structural Equation Modelling (GSEM). Hasil analisis memperlihatkan pengetahuan komprehensif dan sumber informasi secara langsung mempengaruhi konsistensi kondom (koef path = 1,3 dan 1). Variabel persepsi setia dan penggunaan kondom untuk mengurangi risiko tertular HIV memiliki koefisien terbesar untuk membentuk variabel pengetahuan komprehensif (koef path = 3,5 dan 3,4). Secara tidak langsung, sumber informasi juga dapat mempengaruhi konsistensi kondom (koef path = 0,64). Variabel konselor, pertunjukkan, dan poster memiliki koefisien terbesar untuk membentuk variabel sumber informasi (koef path = 7,2; 5,2; dan 5,1). Secara keseluruhan, informasi dari konselor, pertunjukkan, dan poster berpengaruh terbesar untuk mempengaruhi konsistensi penggunaan kondom pada LSL. Oleh sebab itu, pemberdayaan konselor dan akses penyebaran informasi melalui pertunjukkan dan poster dapat ditingkatkan dalam upaya konsistensi penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV. ...... HIV prevalence among MSM increased from 6.5% (2009) to 12.8% (2013). However, consistency of condom use in MSM with casual partner only 38%. This study aims to looking the model of consistency of condom use in MSM male partners on casual partner in Tangerang, Jogjakarta and Makassar in 2013. The data used is data of Integrated Biological and Behavioral Survey (IBBS) in 2013. The study design using cross sectional with total sample for this study of 263 respondents. The data analysis using Generalized Structural Equation Modelling (GSEM). The results of analysis showed that comprehensive knowledge and resources directly affects the consistency of condom use (koef path = 1.3 and 1). Variable of faithful perception and use condoms to reduce the risk of spreading HIV have the largest coefficients of a comprehensive knowledge variable (koef path = 3.5 and 3.4). Indirectly, resources of information can also affect the consistency of condom use (koef path = 0.64). Variable of counselor, performances, and posters have the largest coefficients to form a resources of information variable (koef path = 7.2; 5.2; and 5.1). Overall, the informations from counselor, performance, and poster are the most influential to affect the consistency of condom use in MSM. Therefore, empowerment counselors and access for disseminating information through performances and posters can be increased as consistency of condom use program to prevent HIV transmission.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edis Mari Eko
Abstrak :
Pendahuluan: Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS (LSL ODHA) merupakan populasi yang paling rentan tertular melalui hubungan seks anal. Penggunaan kondom secara konsisten dapat memberikan perlindungan paling efektif terhadap infeksi serta dengan penanganan stigma dan komunikasi. Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui efektivitas hubungan antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom pada pasangan Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode purpossive sampling dengan jumlah sampel 144 responden. Instrumen yang digunakan: HIV Berger Stigma Scale, Communication Pattern Questionnaire–Short Form (CPQ-SF) dan kuesioner penggunaan kondom dengan pengambilan data pada bulan April 2023. Rata-rata responden berusia dewasa awal 18-40 tahun. Data dianalisis dengan SPSS 27.0. Hasil: ada hubungan yang bermakna antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom pada Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS (p=0,001; α =0,05). Hasil uji chi-square antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom yang tidak konsisten (OR=0.09; 95% CI= 0.042-0,.226; p=0.001 dan OR= 0.08; 95% CI= 0.040-0,19; p=0.001). Diperlukan pengembangan intervensi yang berkontribusi lebih positif terhadap peningkatan penggunaan kondom. Uji RCT tambahan dengan desain yang lebih ketat dan ukuran sampel yang lebih besar diperlukan di masa mendatang. Program dukungan komunikasi yang meminimalkan stigma dapat berguna bagi LSL ODHA sebagai bentuk pendekatan dukungan untuk pendidikan kesehatan tradisional yang selama ini telah dilakukan. ......Pendahuluan: Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS (LSL ODHA) merupakan populasi yang paling rentan tertular melalui hubungan seks anal. Penggunaan kondom secara konsisten dapat memberikan perlindungan paling efektif terhadap infeksi serta dengan penanganan stigma dan komunikasi. Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui efektivitas hubungan antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom pada pasangan Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode purpossive sampling dengan jumlah sampel 144 responden. Instrumen yang digunakan: HIV Berger Stigma Scale, Communication Pattern Questionnaire–Short Form (CPQ-SF) dan kuesioner penggunaan kondom dengan pengambilan data pada bulan April 2023. Rata-rata responden berusia dewasa awal 18-40 tahun. Data dianalisis dengan SPSS 27.0. Hasil: ada hubungan yang bermakna antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom pada Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS (p=0,001; α =0,05). Hasil uji chi-square antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom yang tidak konsisten (OR=0.09; 95% CI= 0.042-0,.226; p=0.001 dan OR= 0.08; 95% CI= 0.040-0,19; p=0.001). Diperlukan pengembangan intervensi yang berkontribusi lebih positif terhadap peningkatan penggunaan kondom. Uji RCT tambahan dengan desain yang lebih ketat dan ukuran sampel yang lebih besar diperlukan di masa mendatang. Program dukungan komunikasi yang meminimalkan stigma dapat berguna bagi LSL ODHA sebagai bentuk pendekatan dukungan untuk pendidikan kesehatan tradisional yang selama ini telah dilakukan.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlian Rista Aditya
Abstrak :
Prevalensi HIV pada LSL terus meningkat dari tahun ke tahun, 8% pada 2007 menjadi 17% pada 2011. Tingginya prevalensi HIV pada populasi ini disebabkan oleh pratek perilaku seks aman berupa penggunaan kondom secara konsisten yang masih rendah, 32% pada 2007 dan 24% pada 2011. Tujuan penelitian: Diperolehnya informasi yang mendalam tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat perilaku penggunaan kondom secara konsisten pada pekerja seks laki-laki panti pijat serta situasi dan pola penggunaan kondomnya. Desain penelitian: Kualitatif menggunakan rapid assessment procedures. Sebanyak 30 informan dipilih melalui ?stratified? purposive sampling dari 15 panti pijat laki-laki, diwawancarai secara mendalam menggunakan structured open-ended question, ditranskrip dan matriks dibuat untuk memilah data sesuai tema-tema yang muncul. Observasi situasi di panti pijat dan analisis dokumen dilakukan untuk melengkapi wawancara mendalam. Analisis-interpretasi data dilakukan berdasarkan 5 level Socio Ecological Model. Hasil: Sebagian besar faktor-faktor pada level individual (pengetahuan, motivasi dan kesiapan menggunakan kondom, niat, keputusan menggunakan kondom, keterampilan, dan selfefficacy) dalam situasi yang memadai dan menjadi faktor pendukung penggunaan kondom secara konsisten. Namun pengaruh faktor-faktor ini tidak langsung dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor interpersonal terutama klien, atasan/manajer panti pijat, teman dan pasangan tetap serta oleh faktor-faktor situasi organisasi panti pijat seperti aturan organisasi, mekanisme rantai suplai distribusi dan promosi kondom, struktur dan budaya organisasi. Faktor-faktor pada level komunitas tidak mendukung tetapi juga tidak menghambat secara langsung karena jejaring, kapasitas, kepemimpinan, partisipasi dan sumber daya komunitas masih embrional dan belum kuat. Faktor-faktor pada level kebijakan publik mendukung perilaku penggunaan kondom informan karena memungkinkan ketersediaan dan distribusi kondom serta program HIV berjalan di panti pijat. Namun karena adanya kontradiksi antara beberapa kebijakan publik, pengaruhnya menjadi terbatas. Ditemukan juga ada 3 pola umum penggunaan kondom pada informan yang merupakan model sederhana dari stage of change model, health believe model, precaution adoption process model dan social cognitive theory. Kesimpulan/rekomendasi: semua informan telah menggunakan kondom tetapi hanya sebagian kecil informan, sekitar 30%, yang penggunaan kondomnya konsisten. Faktor pada level interpersonal dan organisasional adalah faktor yang paling mempengaruhi penggunaan kondom informan dibandingkan faktor-faktor pada level individual, komunitas dan kebijakan publik. Disarankan agar intervensi pencegahan HIV menyasar lebih dalam faktor-faktor pada kedua level tersebut.
Background: HIV prevalence among MSM increase time to time, 8% in 2007 to 17% in 2011. High HIV prevalence among this population caused by low unsafe sex practices in form of consistent condom use, 32% in 2007 and 24% in 2011. Study purpose: to acquired insight of consistent condom use suporting and inhibiting factors among massage parlor-based male sex workers as well as situation and patterns of condom use behavior. Study design: qualitative approach using rapid assessment procedure method. Thirty informans were select through ?stratified? purposive sampling from 15 massage parlors, interviewed using structured open-ended questions, trancripted and matrix developed for data sorting to captured any emerged themes. Documents and secondary data analysis and observation carried out to suplement indepth interview. Data analysis and interpretation done based on 5 levesl of Socio Ecological Model. Results: Most of factors at individual level (knowledge, motivation and readiness to use condom, behavioral intention, deicion about acting, condom use skill, self-efficacy) were adequate and as supporting factors for consistent condom use practices. However influences of these factors was indirect and greathly influenced by interpersonal factors particularly by clients, massage parlor managers, peers and steady partners as well as by organizational factors such as massage parlor work regulation, condom supply chain management and promotion, organizational culture and structure. Factors at community level were neither support nor inhibit directly to consitent condom use practices. These are mainly caused by inadequate and embryonic stage of community networking, capacity, leadership, participation, and resources. Factors at public policy level support informant?s consistent condom use practices since these factors enabled condom availability and distribution and presence of HIV prevention program inside the massage parlors as well. However due to contradiction among those existing public policy, the influences were narrow. This study found 3 general patterns of informant?s condom use practices which are served as simple model of social cognitive theory, stages of change model, health believe model and precaution adoption process model. Conslusion/recommendation: All informants had used condom but only few of them, about 30%, had used it consistently. Factors at interpersonal and organizational level were the most influencing factors for consistent condom use practices among informants compared to factors at individual, community and public policy level. It is recommended to have deeper and more intensive intervention at those two levels.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T32564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahaean, Megawati A.
Abstrak :
Dalam seks komersial, kondom telah terbukti sebagai satu-satunya teknologi yang paling efektif untuk mengurangi risiko penularan HIV dan infeksi menular seksuai lainnya. Namun demikian, penggunaan kondom yang konsisten dikalangan WPS dan pelanggannya masih sangat rendah. Perilaku pemakaian kondom yang masih sangat rendah dikalangan WPS dan pelanggannya antara lain disebabkan karena pemakaian kondom dianggap mengurangi kenikmatan dalam melakukan hubungan seksual, disamping im WPS memiliki posisi tawar yang rendah dalam bemegoisasi dengan pelanggannya. Melihat pentingnya negosiasi pemakaian kondom sebagai upaya prevemif untuk menurunkan penyebaran vims HIV pads seks komersial, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian untuk mengetahui hubmmgan intensitas menawarkan kondom dcngan perilaku penggunaan kondom pada seks komersial. Desain penelitian adalah cross seclional terhadap 744 Wanita Penjaja Scks (WPS) yang menjadi responder: Survcilans Terpadu Biologis Perilaku 2007 di Jayapura dan Merauke yang dianalisis pada bulan Mei 2010. Analisis data yang digunakan adalah chi square dan regresi logistik ganda (mullqole logisric regression). Hasil analisis statistik dipcroleh prevalensi WPS yang tidak selalu menawarkan kondom kepada pelanggannya sebesar 45,9%, dan lcbih dari sepmuhnya (67,2%) adalah WPS tidak Iangsung. Demikian juga., prevalensi WPS yang tidak konsisten menggunakan kondom sebesar 50,2%, dan lebih dari separuhnya (66,6%) adalah WPS tidak langsung. Melaiui analisis dengan uji chi square diperoleh adanya tujuh variabel yang berhubungan secara bermakna dengan perilaku penggunaan kondom, yaitu variabel intensitas menawarkan kondom (p=0,000), umur (p==0,000), pendidikan (p=0,000), Rama bekcrja (p=-0,0l7), jumlah pelanggan (p=0,000), diskusi dengan petugas (p===0,000) dan ketersediaan kondom (p=0,000). Sedangkan melalui analisis multivariat dengan uji regresi Iogistik ganda diperoleh adanya hubungan yang sangat erat antara intensitas menawarkan kondom dengan perilaku pcnggunaan kondom setelah dikontrol variabel ketersediaan kondom sebagai corybzmder (p=0,000; OR=l l3,825). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka perlu dilakukan upaya-upaya intervcnsi HIV/AIDS yang Iebih komprehensif dan menjangkau kelompok sasaran WPS tidak Iangsung yang selama ini masih belum teljiangkau serta menjamin ketcrscdiaan dan distribusi kondom dcngan harga yang lebih teljangkau di tempat-tempat hiburan dan lokalisasi. Daftar bacaan : 91 (1977-2010)......ln commercial sex, condom has been proven as the only technology that most effective to reduce the risk of transmission of HIV and other sexually transmitted infections. However, consistent condom use among sex workers and their customers are still very low. Behavior of condom use remains low among female sex workers and their customers is partly because condom use is considered to reduce the pleasure in sexual relationships, besides that female sex worker has a low bargaining position in negotiating with customers. Seeing the importance of negotiating the use of condom as preventive measures to reduce the spread of HIV in commercial sex, it is necessary to conduct research to find out the relationship between condom communication and condom use behavior in commercial sex. The study design was cross sectional toward 744 female sex workers who were also participants in Integrated Biological Behavior Surveillance 2007, which located in Jayapura and Merauke, quantitative data were analyzed in May 2010. Data analysis using chi square and multiple logistic regression. Results obtained by statistical analysis were the prevalence of female sex workers who were not always otiering condom to their customers amounted to 45.9%, and more than half (67.2%) were indirect FSW. Similarly, the prevalence FSW who inconsistent in use of condoms by 50.2%, and more than half (66.6%) were indirect FSW. Through chi square analysis, it was obtained seven variables were significantly associated with condom use behavior, variable of condom communication (p = 0.000), age (p = 0.000), education (p = 0.000), duration of work (p = 0.017 ), number of customers (p = 0.000), discussions with public health officer (p = 0.000) and the availability of condoms (p = 0.000). While through multivariate analysis by multiple logistic regression, it was obtained a very close relationship between condom communication and condom use behavior aher controlling with availability of condom as a confounder (p = 0.000, OR = Based on these results, it is necessary to take the efforts of HIV / AIDS interventions in a move comprehensive method and reach indirect Female Sex Workers as target group and ensure the availability and distribution of condom at more affordable price in entertain establishments and brothel localization. Bibliography : 91 (I 977-20010)
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Hanifa
Depok: Universitas Indonesia, 2019
613 KESMAS 13:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Yusnita
Abstrak :
The Prediction of Condom Use among Transvestites Commercial Sex Workers (CSW) With Health Belief Model in West Jakarta 2002In preventing HIV/AIDS transmission, transvestites are an important group because they have high risk behavior to get HIV infection. Most transvestites are commercial sex workers (CSW) and have multiple sexual partners. Condom use at transvestite is lowest among high risk group. Condom use reduced enjoyment of sexual intercourse was biggest reason why they were not using condom, and they believed that they are not high risk group to get HIV infection. This study examines how the HBM contributes to the prediction of condom use as a public health behavior related to prevention of HIV. HBM theory focus on subjective perception such as perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit, perceived barrier and perceived self-efficacy. This perception was influenced by sociodemography factor (age, education), sociopsychology (peer group support), and structural factor (knowledge about disease). Design of this study is cross sectional. Population is CSW transvestites and sampling studies is CSW transvestites in West Jakarta. The instrument of collection data is scala and questioner. The data indicate that proportion of condom use at CSW transvestites is still low (38,3 %). Multivariate analysis found that perceived severity, perceived benefit, perceived barrier and perceived self-efficacy positively associated with condom use. Perceived severity is the most powerful predictor (0R=93,4). It is recommended that AIDS education intervention targeting CSW focus simultaneously on giving information about benefit of condom use, skill of condom use correctly, evaluating of probable biomedical, financial, and social consequences of contracting HIV and having AIDS.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T 10823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>