Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Tatok Taranggono
Abstrak :
ABSTRAK Salah satu isu lingkungan perkotaan yang dihadapi saat ini ialah semakin menciutnya areal pertanian sebagai konsekuensi. pertumbuhan kota. Lahan agraris yang tersedia di wilayah kota dimanfaatkan untuk kegiatan pembangunan, antara lain untuk pemukiman. Pada akhirnya, lingkungan yang semula dalam keadaan seimbang dan serasi mulai terganggu, begitu pula halnya dengan manusia sebagai penghuni lingkungan tersebut. Pada sisi lainnya, Pemerintah Daerah DKI Jakarta sebagai aparat pelaksana pembangunan kota ingin mempertahankan salah satu kantong pertanian di Condet yang merupakan salah satu bagian dari wilayah Jakarta Timur. Kantong pertanian ini dihuni oleh penduduk asli kota Jakarta yakni suku Betawi yang mempunyai mata pencaharian dari kegiatan usaha tani buah-buahan. Pada perkembangan selanjutnya, daerah ini diakui sebagai kawasan Cagar Budaya Condet. Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk mempertahankan ekosistem pertanian di Cagar Budaya Condet antara lain dengan mengeluarkan berbagai kebijaksanaan berupa ketetapan-ketetapan seperti : 1. Penetapan wilayah Condet yang dikembangkan secara terbatas, mengingat sebagai daerah penghasil buah-buahan. 2. Penetapan mempertahankan wilayah Condet sebagai daerah pertanian buah-buahan. 3. Pengaturan penebangan pohon di wilayah Condet harus seminimal mungkin, dan harus minta izin sebelumnya. 4. Pelarangan untuk melakukan mutasi tanah, merubah tata guna tanah termasuk memusnahkan tanaman khas Condet yaitu salak, duku dan melinjo. 5. Pelarangan untuk mendirikan bangunan yang melebihi ketentuan koefisien dasar bangunan (RDB) sebesar 20 %. 6. Penetapan bahwa tanaman khas Condet seperti duren Sitokong dan duku serta Salak Condet sebagai barang langka yang harus di jaga dari kepunahan. Pengembangan kota melalui pembangunan fisik mulai menyentuh kawasan ini seperti pembangunan sarana transportasi berupa jalan, perbaikan kampung dan pembangunan pemukiman baru. Pada hakekatnya, pembangunan yang mengandung unsur perubahan bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan beserta isinya . Dengan adanya perubahan fisik di kawasan Cagar Budaya atau sekitarnya, merangsang pendatang dari luar untuk tinggal menghuni di dalam wilayah ini. Pada akhirnya, masyarakat petani suku Betawi yang menghuni kawasan Cagar Budaya di Condet paling merasakan pengaruh pengembangan kota.Saat ini kegiatan pengalihan fungsi lahan oleh petani merupakan gejala yang terlihat menonjol di kawasan Cagar Budaya. Padahal sebelumnya, mereka memenuhi kebutuhan hidup bagi diri dan keluarganya dengan memanfaatkan lahan untuk kegiatan usaha tani buah-buahan. Terjadilah perubahan budaya masyarakat setempat. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh beberapa kejelasan mengenai: 1. Deskripsi tentang Cara-cara pengalihan fungsi lahan dengan berbagai situasi yang menyertainya, yang dilakukan oleh masyarakat petani Betawi dalam konteks upaya tanggapannya terhadap lingkungan yang telah berubah. 2. Faktor yang mendukung kelancaran pengalihan fungsi lahan baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Dampak sosial budaya yang terjadi akibat pengalihan fungsi lahan. Hasil survai awal ditemui 40 orang masyarakat petani yang seluruhnya berasal dari etnis yang sama (Betawi). Penelitian yang bersifat deskripsi kualitatif ini menggunakan metode studi kasus. Selain karena studi kasus yang tidak memerlukan informan dalam jumlah banyak, dan setelah melalui beberapa tehnik sampling serta beberapa pertimbangan lainnya aaka ditemukanlah sejumlah lima petani yang dijadikan informan. Penentuan lima informan ini juga dibantu oleh informan kunci dan seorang pemuka masyarakat Betawi yang tinggal di kawasan Cagar Budaya. Penelitian yang dilakukan merupakan kajian terhadap kehidupan keluarga petani. Dari kajian keluarga memungkinkan kita dapat mengetahui jaringan sosial di dalam mana keluarga menggantungkan kehidupan mereka, dan dengan analisis keluarga memungkinkan untuk memandang gejala sosial budaya yang akan dikaji sebagai realitas kehidupan manusia. Pengumpulan data dilakukan dengan jalan wawancara mendalam yang ditunjang dengan menggunakan metode pengamatan partisipasi. Pola analisis yang dilakukan pada penelitian ini ialah analisis non statistik, dan karena data yang terkumpul bersifat deskriptif kualitatif maka akan dianalisis menurut isinya. Dari hasil penelitian ditemukan hal-hal sebagai berikut : 1. Profesi petani buah merupakan pekerjaan yang diwariskan secara turun temurun dan merupakan salah satu ciri tradisionalitas masyarakat Betawi disamping tata cara kehidupan sehari-hari yang bersendikan ajaran agama Islam. Cara-cara melakukan usaha tani buah seperti menanam, memelihara dan memanen hasil kebun juga diperoleh secara turun temurun . 2. Selain profesi petani, mereka melakukan mobilitas pekerjaan di luar sektor usaha tani, tapi belum merupakan hal yang utama. Sedangkan kegiatan usaha tani buah semula adalah merupakan andalan utama kehidupan mereka. 3. Pemilikan lahan diperoleh dari warisan orang tua, dan sistem pewarisan telah dilembagakan dalam pranata sosial budaya setempat dengan ketentuan laki mendapat dua bagian sedangkan perempuan satu bagian. Pertambahan keluarga disertai sistem pewarisan yang ada secara alamiah turut memberikan tekanan terhadap lahan usaha tani. 4. Pendatang baru di wilayah cagar budaya ikut mempercepat pengalihan kepemilikan lahan. Pengalihan fungsi lahan baik dengan cara langsung maupun tidak langsung yang dilakukan oleh masyarakat petani Betawi merupakan suatu tindakan yang adaptif dalam menanggapi perubahan lingkungan yang terjadi. Tindakan adaptasi yang dilakukan bersifat situasional. 5. Pengalihan fungsi lahan dengan cara di atas dapat berjalan lancar oleh karena didukung administrasi pengalihan yang tidak efektif. Ada ketidakkonsistenan dalam penegakan aturan administrasi pengalihan fungsi lahan. Dan proses administrasi tersebut dipengaruhi oleh faktor ekologis yaitu sosial budaya. 6. Dampak lingkungan fisik berkaitan dengan perubahan tata guna lahan usaha tani yang berubah jadi pemukiman. Kemampuan sebagai "catchment area" menjadi semakin berkurang. Keberadaan tanaman salak, pohon duku dan melinjo yang dilindungi sebagai tanaman langka terancam kepunahan. Dengan hadirnya pendatang yang kebanyakan berasal dari golongan ekonomi lemah menambah kuantitas limbah padat buangan rumah tangga. 7. Dampak lingkungan sosial budaya antara lain keinginan menjadi petani pada generasi muda cenderung menurun, demikian pula dengan pendidikan yang bersendikan agama Islam. 8. Eksistensi Cagar Budaya di wilayah Condet yang mencakup tiga Kelurahan sulit untuk dipertahankan. Yang masih bisa diharapkan adalah sebahagian kecil wilayah Kelurahan Balekambang, tepatnya sepanjang Daerah Aliran Sungai Ciliwung. Dari aspek pelaksanaan dibutuhkan kerangka administrasi yang tepat dan sebaiknya secara trans sektoral yaitu melibatkan unit-unit yang berkepentingan terhadap pencagaran.
ABSTRACT One of the urban environment issues being faced at presents is the reducing number of agricultural area as a consequences of the urban development. The agrarian land available in the city territory is used for development activities, among others for human settlement. Finally, the environment which was initially balanced and harmonious starts to be disturbed, likewise with the human beings as occupants of the environment concerned. On the other side, the Administration of the Special Region of the Capital City Jakarta (DKI Jakarta) as the city development executive apparatus would like to maintain one of the parts of East Jakarta territory. The agricultural pocket is occupied by the original population of Jakarta city namely the Betawi ethnic group whose livelihood is from fruit agricultural business activities. In its further development, this region is recognized as the Condet Cultural preservation territory. Various efforts have been conducted by the Administration of the Special Region of Capital City Jakarta to maintain the agricultural ecosystem in Condet - the Condet Cultural Conservation among others by issuing various policies in the form of determinations such as : 1. The determination of the Condet territory which is developed with limitations bearing in mind that this territory is producing fruits. 2. The determination to maintain Condet territory as the fruit agricultural region. 3. The arrangement of the cutting of trees in Condet territory, which must be as minimum as possible, and obtain the prior approval. 4. The prohibition to carry out land transfers, to change the land use including the destruction of Condet special plants namely "salak" (zalacca/zallaca edulis); "duku" (lansium/ lansium domesticum) and melinjo (gnetum gnomon). 5. The prohibition to construct buildings exceeding the building basic coefficient (KDB) of 20%. 6. The determination that the Condet special plants such as "duren Sitokong" and "duku" and "salak Condet" as scarce fruits which must be safeguarded from extinction. The city development through the physical development has started to touch this territory such as the development of the transportation means in the form of roads, hamlet improvements and the development of new settlements. In fact, the development containing the element of change is aimed at enhancing the quality of the environment and its contents. With the existence of the physical change in the Cultural Conservation Territory or its surrounding, it has stimulated new comers from outside areas to settle within this territory. Finally, the farmers of the Betawi ethnic group which occupies the Condet Cultural Conservation area in Condet will be greatly affected by the citydevelopment. At present, the activities of transferring the function of land by the farmers constitutes the most conspicuous symptom within this Cultural Conservation territory. Whereas in the past, they have met the daily necessities for himself and his family by utilizing the land to grow fruits as fruit farmers. Thus, a change has taken place in culture. Through this research, it is hoped that several clarifications will be obtained about the following: 1. The description concerning the land function transfer procedure with the various situations accompanying it, which is conducted by the Betawi farming community in the context of its efforts to react to the changing environment. 2. The factor which supports to smoothen the land function transfer whether directly or indirectly. 3. The socio-cultural impact that occurs due to the land function transfer. In the initial survey result, we met 40 farmers who entirely originated from the same ethnic group (Betawi). This research, which is descriptive qualitative in nature, used the case study method. In addition, because this case study does not require a large number of informants, and after several sampling techniques and several other considerations, five farmers were used as informants. The determination. to choose these informants is also assisted by a key informant and one Betawi public figure who lives in the Cultural Conservation territory. The research constitutes a study on the life of farmer's family. From the study on the farmer's family life, it was possible for us to know the social network upon which the family life depends, and with the family analysis it was possible for us to view the socio-cultural symptoms to be studied as the reality of the human lives. The data collection is conducted by way of thorough interviews supported by using the participative observation method. The analysis pattern conducted in this research is the nonstatistical analysis, and because the data collected are descriptive qualitative in nature, they will be analysed according to their content. In the research result, the following matters were discovered : 1. The profession of the fruit farmers constitutes a hereditary occupation and one of the characteristics of the Betawi community tradition, besides the daily way of life which is based on the Islamic teaching. The way of conducting fruit farming business such as planting, caring, and harvesting is also derived hereditarily. 2. In addition to being fruit farmers, they also perform jobs outside the farming business sector, but this does not yet constitute the primary business. Whereas the fruit farming business activity since the beginning constitutes their main reliance for their lives. 3. The land ownership is also inherited from the ancestors, and the inheritance system has been institutionalized in the local socio-cultural order with the provision that a male heir gets two parts whereas an heiress only one part. The additions in the family members are accompanied by the existing system of inheritance which naturally also emphasizes on the farming business land. 4. The newcomers in this cultural conservation territory takes part -in accelerating the land ownership transfer. The land function transfer, whether directly or indirectly, conducted by the Betawi farming community constitutes an adaptive action in response to the environmental change that has taken place. The adaptive action taken is situational in nature. 5. The land functional transfer mentioned above can run smoothly because it is supported by the transfer administration which is not effective. There are inconsistencies in the upholding of land function transfer administration. And said administration process is influenced by the ecological factor namely the socio-cultural factor. 6. Environmental impact is linked to the change in the use of farming business land, which has changed into a settlement. The capability as catchments area is decreasing. The existence of "salak" plant, "duku" plant and "melinjo" plant which are protected as scarce plants are threatened with extinction. With the arrival of newcomers who are of the economically weak group has increased the quantity of the household solid waste. 7. The socio-cultural impacts are among others the declining trend to become farmers among the young generation, likewise with the education which is based on Islam. 8. The existence of the Condet Cultural Conservation in the Condet territory comprising of three sub districts/ villages is difficult to maintain. What can be expected is the small part of Balekambang sub district, to be exact is the territory along the Ciliwung River Basin. From the execution aspect, the proper administrative framework shall be required preferably transectoral, namely involving units which are interested in the natural preservation.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Siswarini Larasati
Abstrak :
Sebagian besar dari anggota masyarakat suku-bangsa dididik dan dibesarkan dengan bahasa daerahnya, sehingga akibatnya pengaruh yang paling dominan bagi mereka adalah pengaruh bahasa tersebut. Pengaruh ini dapat dilihat, misalnya, pada orang berbicara dan logat seseorang. Kecendrungan dari setiap warga masyarakat suku-bangsa untuk berbicara dalam bahasa daerah dalam kehidupannya sehari-hari adalah akibat kebiasaan berbahasa sejak kecil
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S12783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abd. Nashir
Abstrak :
AbSTRAK. Condet atau yang dulu dikenal dengan sebutan Tanjong Oost merupakan suatu daerah yang letaknya di wilayah Kecamatan Kramat Jati sekarang. Sewaktu terjadi kerusuhan petani, Condet bernaung di Kewedanaan Pasar Rebo, Kabupaten Meester Cornelis, Keresidenan Batavia. Kawasan ini berstatus tanah partikelir, sejak ja an VOC, tepatnya sekitar tahun l770-an, tanah ini dikuasai oleh keluarga Ament. Oleh karena adanya eksploitasi tuan tanah tersebut secara berlebihan, maka para penduduknya menjadi resah, benci dan merasa dendam. Keresahan itu semakin bertambah oleh adanya pihak-_pihak luar masyarakat Condet yang ikut mematangkan suasana kebencian terhadap tuan tanah. Dengan sendirinya bentrokan tidak dapat dihindari lagi antara penduduk Condet yang dipimpin oleh Entong Gendut berhadapan tuan tanah yang didukung oleh aparat keamanan pemerintah Hindia Belanda yang terdiri dari barisan polisi dan tentara. Akhirnya dalam bentrokan pihak penduduk Condet dapat ditumpas dengan jatuhnya beberapa korban antara lain Entong Gendut mati tertembak. Peristiwa itu terjadi pada bulan April 1916.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Amir Said
1981
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Cininta Tiana Karima
Abstrak :
Skripsi ini membahas rumah tradisional Betawi di Condet pada awal sampai pertengahan abad ke 20 dengan meninjau dari segi gaya arsitekturnya Tujuan penulisan adalah untuk mencari latar budaya yang berpengaruh pada rumah tradisional Betawi di Condet Untuk mengungkapkannya dilakukan dengan menelusuri pembentukan etnik Betawi yang terjadi karena adanya proses asimilasi dari berbagai etnik Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu membandingkan arsitektur tradisional Betawi dengan arsitektur tradisional lain yang terdapat di Nusantara ataupun dari pengaruh asing Hasil penelitian yang ditemukan menunjukkan bahwa rumah tradisional Betawi di Condet dipengaruhi oleh budaya dari etnik Jawa Sunda Melayu Eropa Arab dan Cina
This thesis discusses about the Betawi traditional house in Condet from the beginning until the mid of 20th century by reviewing of its architecture style The aim this thesis is to find the cultural background that came into the Betawi traditional house in Condet We need to explore how Betawi ethnic formed as an assimilation among certain ethnics in order to reveal the secret The method used in research that compares the Betawi traditional architecture with other traditional architecture in Indonesia or from foreign influence Results of the research were found indicate that the Betawi traditional house in Condet is influenced by the culture of Java Sunda Malay Europe Arab and China etnics.
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S60303
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Sadili Somaatmadja
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Venny Kartika Widihastuti
Abstrak :
Pada tahun 1975 Gubernur KDKI Jakarta telah mengeluarkan SK Gubernur No. D.I-70903/a/30/1975 sebagai Penegasan Penetapan Kelurahan Condet Kampung Tengah, Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati Wilayah Jakarta Timur sebagai daerah buah-buahan. Penetapan ini dimaksudkan untuk memelihara keaslian dan kelestarian lingkungan di kawasan Condet pada khususnya dan Jakarta pada umumnya. Sejalan dengan perkembangan dan pembangunan kota Jakarta yang sangat pesat, dimana kebutuhan lahan atau tanah untuk pembangunan prasarana jalan, fasilitas sosial, fasilitas ekonomi, perumahan dan lainnya tentu meningkat, maka konsekuensi yang terjadi adalah munculnya berbagai perubahan di kawasan Condet. Terjadinya perubahan pertumbuhan jumlah penduduk, adanya perubahan fungsi lahan yang menyebabkan jenis tanaman-tanaman khas seperti duku dan salak semakin berkurang kualitas dan kuantitasnya, juga adanya perubahan sosioekonomi dan budaya yang mempengaruhi pelestarian pertanian dan atau perkebunan di kawasan Condet. Masalah-masalah tersebut di atas menyebabkan kawasan Condet tidak dapat bertahan sebagai kawasan penghasil buah-buahan. Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini difokuskan pada analisis aspek pengelolaan lingkungan kawasan Condet yang melibatkan peranserta masyarakat Betawi atau masyarakat lokal yang berdomisili di kawasan Condet. Rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah: peranserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan kawasan Condet tidak signifikan atau buruk karena masyarakat tidak terlibat secara aktif. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitan ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) mengetahui sejauh mana peranserta masyarakat Betawi dalam pengelolaan lingkungan kawasan Condet. (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan berkurangnya lahan perkebunan di kawasan Condet (3) melihat kemungkinan pengembangan kawasan Condet sebagai kawasan wisata agro di DKI Jakarta. Secara keseluruhan penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu cara atau metode yang digunakan untuk manganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan apa adanya tentang data yang terkumpul, sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas: (a) Variabel bebas (independent variable). Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah pengelolaan. Pengelolaan yang dimaksud di sini mencakup 7 (tujuh) aspek sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. (b) Variabel terikat (dependent variable). Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah peranserta.. Dalam hal ini peranserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan kawasan Condet. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas yaitu aspek-aspek pengelolaan dengan variabel terikat yaitu peranserta masyarakat, dilakukan dengan analisis korelasi menggunakan uji korelasi pearson product moment. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan adanya sikap responden yang positif mengenai pengembangan kawasan Condet ini, ada pula yang tidak. Sikap positif ini didapat karena responden merasa akan adanya peningkatan ekonomi mereka dengan adanya pengembangan kawasan. Selebihnya responden mempunyai pendapat bahwa kawasan Condet, tidak lagi dapat dipertahankan sebagai kawasan penghasil buah-buahan. Kondisi lahan perkebunan di kawasan tersebut sudah tidak lagi memadai, karena semakin sempitnya lahan. Komposisi jumlah masyarakat Betawi juga menurun seiring dengan tingginya arus pendatang di kawasan Condet. Jumlah responden yang menyatakan setuju atas pengembangan kawasan sebagai kawasan wisata agro ini 7 orang atau 28%, tidak setuju 13 orang atau 52 % dan ragu-ragu 5 orang atau 20%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) masyarakat tidak terlibat secara aktif dalam pengelolaan lingkungan kawasan Condet. Penilaian aspek-aspek pengelolaan, baik secara deskriptif maupun analisis, menunjukkan nilai yang buruk. (2) faktor-faktor yang menyebabkan kawasan Condet tidak bertahan sebagai daerah penghasil buah-buahan disebabkan oleh, berkurangnya lahan akibat praktek jual beli dan pertumbuhan penduduk secara alami maupun akibat urbanisasi di kawasan tersebut. Adapun dari kesimpulan di atas, maka saran yang diberikan adalah (1) Daerah penghasil buah-buahan harus mampu memberikan peluang bagi terpenuhinya kebutuhan masyarakat di dalam kawasan. (2) pelurusan persepsi mengenai kawasan "cagar budaya" Condet (3) sasaran dan tujuan pengembangan kawasan wisata agro harus jelas dan terarah sesuai konsep pelestarian, pemeliharaan dan pengembangan kawasan. (4) pemerintah hendaknya melakukan sosialisasi mengenai tujuan pengembangan kawasan wisata agro.
Back in 1975 the governor of KDKI Jakarta has issued SK Gubernur No. D.I-70903/a/30/1975 to debelop several area in the East of Jakarta region to specialize in fruit agriculture. The scope of the SK included Kelurahan Condet Kampung Tengah, Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Balekambang of Kecamatan Kramat Jati. This recommendation aimed to preserve the environmental condition of Condet area, and Jakarta in general. Further, with the development and expansion of Jakarta, the accelerating for transport, social, and economic facility has resulted several changes in Condet area. Changes in population trends reduced the quantity and quality of several native fruits, such as duku and salak. Shift of social, economical, and cultural values within the community has affected the agricultural preservation around Condet area. These problems have forced changes in the government policy in preserving Condet's fruit production. The above problems had leaded this research to focus on the analysis of environmental development of Condet area to include participation of the Betawi community and other local community member. The case formulation that can be shown is: The participation of Betawi community in managing Condet Conservation has not significant value. The purpose of the research are: (1) to explore the extend of Betawi community involvement in Condet environmental preservation. (2) identify several factors, which cause the declining of agricultural area in Condet. (3) to explore the possibility to develop Condet area as an agricultural-tourism in Jakarta. The nature of this research was addressed by descriptive method. Descriptive method is a method, which is used to analize a certain data by describing the condition with certain variable, situation, and circumstances. This research contains both independent variable (x) and dependent variable (y). The independent variable in this case is the development as mention in Government Policy on Environmental Management W No. 2311997. Dependent variable of the research were the community involvement, in this case, to the environmental preservation of Condet area. To determine the relation between these independent variable and dependent variable, analytical test were conducted through Pearson Product Moment. Field study has shown the positive and negative attitude of respondent toward preservation of Condet area. Respondent felt that Condet area is not suitable anymore to be preserving as a fruit-production areas. It is felt that the condition of land are incapable to support the agriculture plan because of the increasing available land. It was also found that composition of Betawi people within the community are declining as an effect of urbanization. Total respondent, which agree to the development of agriculture tourism in the are 7 respondent (28%), 13 respondent (52%) did not support the plan, and 5 respondent (20%) undecided. This research has concluded that (1) community has not been actively involved in environmental preservation. (2) Condet area were unable to preserve its capacity as a fruit-production region because of the land trading practice and increase of population, which occurred through natural circumstances and urbanization. From the conclusion drawn above, it is suggested that (1) fruit-production areas have to be able to allow local community to fulfill their needs. (2) shift perception of Condet preservation area. (3) clarity on the purpose and target of agricultural tourism in relation to preservation, conservation, and development of the area. (4) active government approach to socialize the purpose of agriculture-tourism within the particular area.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13376
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robby Prianto Soesetyo
Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Triyana Mardiani
Abstrak :
Skripsi ini membahas pemertahanan tradisi pernikahan pada keluarga keturunan Arab di Condet Jakarta Timur. Skripsi ini membahas perbedaan dan persamaan tradisi pernikahan pada keluarga keturunan Arab dahulu dan sekarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pernikahan keturunan Arab di Condet mengacu pada ajaran dan tradisi Islam, juga salah satu bentuk dari asimilasi terhadap kebudayaan sekitar. Tradisi pernikahan yang dipertahankan yaitu perjodohan,malam pacar, akad nikah, resepsi pernikahan, dan ngunduh mantu. Hanya waktu,tempat dan prosesi pelaksanaannya saja yang membedakannya antara dahulu dan sekarang.; ......This focus of this study is discusses retention wedding traditions in Arab families in Condet East Jakarta. This study is discusses the differences and similarities of the wedding on the family tradition of Arab descent past and present. This study used qualitative methods through interviews and observation. The results show that the marriage of Arab descent in Condet refers to the teachings and traditions of Islam, is also a form of assimilation to the surrounding culture. Tradition maintained that marriage matchmaking, malam pacar, ceremony, wedding reception, and ngunduh mantu. Only time, any place and procession implementation distinguishes between past and present.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45851
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library