Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tomohiko Klimura
"ABSTRACT
This paper concerns the history of Australia's International support for the self determination and independence of east timor, a former portuguese ecolony that was invaded by indonesia under presidence suharto in december 1975 and unilaterally annexed in july 1976. The australian support mobilized many people and lasted until august 1999, when the popular consultation was held in east timor following the decision to make it happen by indonesian president habibie, who had replaced suharto to the previous year. "
Tokyo: Center for Asian and Pacific Studies, Seikei University, 2020
915 RAPS 45 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"In this paper,the author considers that if we are to realize the goal of the alleviation of the health threat resulting from tobacco use, a modest, but possibly useful start of balance between free trade in tobacco controls would be to explore a more lenient space space for tobacco control polocy from the existing dichotomy contexts within the WTO legal order....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aura Lu Lu Tazkiya Aham
"Kemajuan teknologi telah membuat perilaku manusia lebih efisien, menciptakan inovasi seperti Deepfake, yang menggunakan data dan algoritma untuk menggantikan wajah seseorang secara realistis daam konten yang dihasilkan. Meskipun Deepfake menimbulkan kekhawatiran etis dan hukum yang signifikan karena penyalahgunaannya, sering kali menciptakan konten tanpa izin yang pada akhirnya merusak reputasi, teknologi ini juga menawarkan solusi hemat biaya, seperti dalam perikalanan, karena dapat digunakan untuk membuat iklan imersif untuk demografi tertentu. Namun, penggunaan Deepfake dalam periklanan menantang prinsip-prinsip perlindungan konsumen yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, karena regulasi saat ini tidak secara eksplisit mengatur praktik AI atau Deepfake. Hak konsumen atas keamanan dan informasi yang benar dikompromikan oleh ikah yang menyesatkan. Oleh karena itu, transparasi dalam penggunaan Deepfake sangat penting untuk memastikan keamanan konsumen dan menegakkan hak-hak mereka.

Technological advancements have made human behavior more efficient, creating innovations like Deepfake, which uses data and algorithms to realistically replace an individual’s face in the generated content. While Deepfake raises significant ethical and legal concerns due to its misuse, often creating content without consent, eventually damaging reputations, it also offers cost-effective solutions like in advertising as it can be used to create immersive advertisements for specific demographics. However, the use of Deepfakes in advertising challenges consumer protection principles that are outlined in Law Number 8 of 1999, as current regulations do not explicitly address AI or Deepfake practices. Consumers’ rights to security and truthful information are compromised by misleading advertisements. Therefore, transparency in using Deepfakes is crucial to ensure consumer safety and uphold their rights."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London New York: Routledge, 2016
343.087 CHI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Hijrah Hati
"Materialisme sebagai salah satu sisi gelap dari perilaku konsumen (Hirschman, 1991 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2020) telah banyak diteliti oleh para ahli baik di negara-negara barat (misal Richins, 1994) maupun di negara-negara timur (misal Keng, Jung, Jiuan & Wirtz, 2002). Tingginya perhatian para ahli terhadap materialisme adalah karena materialisme dinilai telah banyak menimbulkan berbagai konsekuensi negatif terhadap kesejahteraan psikologis (well-being) individu seperti: menurunnya tingkat kepuasan hidup (Richins & Dawson, 1992 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), menurunnya tingkat kebahagiaan (Belk,1985 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), Berta meningkatnya tingkat depresi (Kasser & Ryan, 1993 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002). Berbagai konsekuensi negatif tersebut tentunya tidak berkesesuaian dengan tujuan awal dari individu dalam mengejar materi yakni sebagai cara untuk menunjukkan keberbasilan mereka dalam hidup, mencari kebahagiaan dan meraih apa yang disebut sebagai "good life".
Meskipun demikian, hubungan negatif antara materialisme dan kesejahteraan psikologis (well-being) ternyata harus kita cermati secara seksama. Hal ini disebabkan karena beberapa penelitian yang ada telah menunjukkan bukti bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut sangatlah kompleks dan bersifat misterius (enigmatic). Adapun beberapa variabel yang dianggap dapat mempengaruhi hubungan antar kedua variabel tersebut adalah: kualitas pendidikan (misal Campbell 1981; Diener, 1994; dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), orientasi keagamaan (LaBarbera & Gurhan, 1997 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), latar belakang keluarga (Burroughs & Rindfleisch,1997 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), sumber daya ekonomi (Cohen & Cohen,1996 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), dan kehadiran konflik nilai (Burroughs & Rindfleisch, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Christopher dan Schlenker (2004), menunjukkan bahwa ada salah satu variabel lain yang dapat mempengaruhi hubungan antara materialisme dan kesejahteraan psikologis (well-being), yakni seljpresentaironal concerns. Adapun self-presentational concerns mengacu pada rasa takut atas penilaian negatif dari pihak lain (fear of negatif evaluation) dan orientasi terhadap identitas sosial (social identity) yang tinggi. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh materialisme terhadap komponen afeksi dan kesejahteraan psikologis, yakni: afeksi positif dan afeksi negatif temyata akan menurun jika self-presentational concerns dikontrol secara statistik.
Berbagai hasil penelitian diatas pada akhirnya mendorong peneliti untuk melakukan studi mengenai pengaruh materialisme terhadap kesejahteraan psikologis (well-being) dengan memperhitungkan aspek self-presentational concerns di Indonesia. Hal ini perlu untuk dilakukan mengingat hasil penelitian terbaru di Indonesia (Palupi, 2005) menunjukkan bahwa tingkat orientasi konsumen Indonesia tergolong cukup tinggi yakni sekitar 54,1 %.
PeneIitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sampel sebanyak 400 responden berusia 17 hingga 72 tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui dua metode yakni secara konvensional dan online.
Sebelum analisis terhadap tujuan utama penelitian dilakukan, peneliti melakukan kajian psikometrik terhadap alat ukur materialisme yang selama ini digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Hasil penelitian tersebut mendukung temuan Richins (2004) yang menyatakan bahwa short form Material Value Scale 9 item yang dikembangkan Richins memiliki kemampuan yang setara dengn long-form Material Value Scale yang terdiri 18 atau 15 item. Dengan menggunakan alat ukur tersebut dan beberapa alat ukur lainnya, diperoleh bukti bahwa self-presentational concerns merupakan variabel yang mempengaruhi hubungan antara materialisme dan kesejahteraan psikologis (well-being). Dengan kata lain, keinginan untuk memberikan impresi yang baik pada orang lain, mendorong banyak individu untuk mengejar materi yang dipandang sebagai lambang kesuksesan, inti kehidupan, dan sumber kebahagiaan mereka."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Habeahan
"Personalized advertising yang dikirimkan melalui Short Message Service (SMS) kepada konsumen menjadi kesempatan yang baik bagi pemasar. Namun, dalam studi sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat empat anteseden yang dapat mengakibatkan advertising avoidance pada personalized advertising, yaitu privacy concerns, perceived personalization, advertising irritation, dan advertising skepticism.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkat advertising avoidance pada dua jenis pengiriman pesan iklan melalui SMS yaitu SMS iklan location-based dan SMS iklan unsolicited. Studi dilaksanakan dengan metode survey dan dianalisa dengan pendekatan multigrup SEM dengan bantuan software LISREL 8.72.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anteseden perceived personalization, advertising irritation, dan advertising skepticism dalam mempengaruhi advertising avoidance adalah berbeda antara SMS iklan location-based dan SMS iklan unsolicited.

Personalized advertising sent via Short Message Service (SMS) to the consumers is a good opportunity for marketers. However, the previous study shows that there are four antecedents that caused personalized advertising avoidance, which are privacy concerns, perceived personalization, advertising irritation, dan advertising skepticism.
This study aims to compare personalized advertising avoidance sent via two different methods of SMS: location-based SMS advertising and unsolicited SMS advertising. This study is done using survey method and analyzed using SEM with multi group approach. LISREL 8.72 is used to analyze the data.
The results shows that the effect perceived personalization, advertising irritation, and advertising skepticism on advertising avoidance are different between location-based SMS advertising and unsolicited SMS advertising.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T46050
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabil Tegar
"

Peningkatan ke layanan premium di electronic wallet (e-wallet) membutuhkan informasi pribadi pengguna seperti kartu tanda penduduk (KTP). Dengan banyaknya isu privasi yang terjadi, penelitian terkait privasi informasi di konteks e-wallet dan mobile payment justru masih jarang. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi privacy concerns pada peningkatan ke layanan premium e-wallet dengan basis model antecedents–privacy concerns–outcomes (APCO) lalu meninjau fenomena privacy paradox melalui teori privacy calculus. Model diuji menggunakan metode covariance-based structural equation modeling (CB-SEM) dengan data survei yang terkumpul dari 804 pengguna e-wallet Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa privacy awareness, information sensitivity, privacy policy, dan trust berpengaruh secara signifikan terhadap privacy concerns pengguna. Lalu, trust, perceived benefits, dan privacy concerns berpengaruh secara signifikan terhadap intention to upgrade ke layanan premium. Penelitian ini juga menemukan bukti empiris fenomena privacy paradox yang disebabkan oleh hubungan yang lebih kuat antara perceived benefits dengan intention to upgrade dibandingkan privacy concerns dengan intention to upgrade. Penelitian ini memperdalam pengetahuan dalam konteks e-wallet dan mobile payment dengan memperkenalkan layanan premium serta memberikan wawasan terkait perilaku privasi pengguna.


Premium services upgrade in electronic wallets (e-wallets) requires the user’s personal information such as identity cards. With so many privacy issues occurring, research related to information privacy in the context of e-wallet and mobile payment is still scarce. This study analyzes the factors that affect privacy concerns in upgrading to premium e-wallet services on the antecedents–privacy concerns–outcomes (APCO) model and then examines the privacy paradox phenomenon using the privacy calculus theory. The model was tested using the covariance-based structural equation modeling (CB-SEM) method with survey data collected from 804 Indonesian e-wallet users. The results of this study indicate that privacy awareness, information sensitivity, privacy policy, and trust significantly affect privacy concerns. Furthermore, trust, perceived benefits, and privacy concerns significantly affect the intention to upgrade into premium services. This study also found empirical evidence of the privacy paradox phenomenon caused by a stronger relationship between perceived benefits and intention to upgrade compared to privacy concerns with the intention to upgrade. This study deepens the body of knowledge in the context of e-wallet and mobile payment by introducing premium services and also provides insight related to its users’ privacy behavior.

"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Zulfahmi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana konsumen di Indonesia menghadapi online behavioral advertising (OBA). Sebagai salah satu negara dengan pengguna internet terbesar di Asia, praktek pemasaran digital di Indonesia dianggap sebagai cara yang paling efektif untuk mempromosikan produk dan penggunaan online behavioral advertising merupakan salah satu tehnik yang paling umum digunakan pada pemasaran digital. Penerapan online behavioral advertising dianggap memberikan banyak keuntungan bagi para pengiklan terutama dalam hal efisiensi biaya dan efektifitas suatu kegiatan promosi. Namun di sisi lain, praktik OBA dalam pemasaran menimbulkan kekhawatiran serius mengenai privasi konsumen karena sifatnya yang terselubung. Pada prakteknya, OBA melacak dan merekam setiap perilaku konsumen di internet tanpa meminta izin konsumen terlebih dahulu. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan konsumen terhadap praktek OBA ini akan mengakibatkan risiko bagi privasi konsumen itu sendiri. Penelitian kuantitatif ini ingin mengkaji bagaimana konsumen menghadapi online behavioral advertising dengan menggabungkan dua pendekatan yaitu berdasarkan Persuasion Knowledge Model (PKM) dan Protection Motivation Theory (PMT). Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner online kepada pengguna internet di seluruh Indonesia dengan memanfaatkan media sosial (Whatsapp, Facebook, Instagram dan Twitter)

This study examines how consumer knowledge about online behavioral advertising (OBA) tactics affects ad avoidance behavior in display ads and video ads on Instagram social media platforms. The study combines two theoretical approaches, the Persuasion Knowledge Model (PKM) and the Protection Motivation Theory (PMT). The online survey examined how consumers cope with OBA based on their persuasion knowledge, cognitive appraisal, and cognitive processing variables. Structural equation modeling was used to analyze the data collected from 211 consumers aged 18-34 years who are active Instagram users. The results reveal that from the cognitive appraisal variables, the perceived risks were indirectly associated with ad avoidance throughout privacy concerns without being related to persuasion knowledge, perceived benefits were significantly associated with persuasion knowledge. Still, it was not associated with privacy concerns, persuasion knowledge was indirectly associated with ad avoidance throughout self-efficacy, and privacy concerns partially mediated such associations with ad avoidance. From the cognitive processing variables, reactance was significantly associated with ad avoidance without being related to persuasion knowledge, and perceived personalization was associated with persuasion knowledge and significantly related to ad avoidance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library