Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yaumil Rizki
"Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mengelola dana pensiun publik melalui program Jaminan Pensiun sebagai perlindungan atas hilangnya penghasilan ketika mencapai usia pensiun. Dana pensiun dapat dikeluarkan apabila peserta sudah memenuhi sebab terjadinya pengajuan klaim pensiun. Terdapat tiga penyebab pengajuan klaim pensiun pada BPJS Ketenagakerjaan, yaitu mencapai usia pensiun, cacat total tetap dan meninggal dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi durasi kepesertaan hingga terjadinya klaim pensiun dengan keberadaan competing risk (risiko bersaing) karena perbedaan sebab pengajuan klaim pada program jaminan pensiun. Pada penelitian ini juga akan dikaji faktor yang berpengaruh terhadap durasi pengajuan klaim pensiun serta estimasi tabel multiple decrement berdasarkan ketiga kejadian pengajuan klaim pensiun. Penggunaan data kepesertaan dan pengajuan klaim dari Jaminan Pensiun pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah DKI Jakarta periode 2019-2021 akan dilakukan estimasi melalui pendekatan competing risk dengan metode non-parametrik melalui Kaplan-Meier dan semiparametrik melalui regresi Cox Proportional Hazard. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengajuan klaim karena kejadian meninggal dunia dimulai pada usia 17 tahun dan setengah pengajuan klaim terjadi pada usia 40 tahun. Sedangkan pengajuan klaim karena mencapai usia pensiun terjadi pada usia 60-80 tahun. Rasio klaim (hazard) pada jenis kejadian cacat total tetap bernilai kurang dari 1 pada usia di bawah 55 tahun dan bernilai 0 setelahnya. Sedangkan hazard pada jenis kejadian mencapai usia pensiun akan bernilai kurang dari 1 pada usia dibawah 57 tahun dan bernilai lebih dari 1 setelahnya. Sementara itu, hazard pada jenis kejadian meninggal dunia akan bernilai kurang dari 1 pada usia dibawah 49 tahun dan bernilai lebih dari 1 setelahnya. Selain itu beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pertama kali seorang peserta mengajukan klaim Jaminan Pensiun tediri atas jenis kelamin, masa iur, masa kepesertaan dan jenis klaim.

Social Security Agency (BPJS) of Employment managing public pension funds through a pension security program as protection against loss of income upon reaching retirement age. The participant will get the benefit if they are eligible with some category of pension security. There are three category claim of pension security at BPJS Employment, such as reaching retirement age, permanent total disability and death. The research purpose is to estimate duration of participation submit pension claim based on competing event on pension program, analyze the factor that affect time to first time of participant submit a pension claim and to build multiple decrement tables based on survival probabilities for competing risks. The use of data participant and submission of claims from the Pension Security at BPJS Employment DKI Jakarta regional office for the period 2019- 2021 will be estimated through a competing risk approach with non-parametric methods through Kaplan-Meier and semi-parametric through Cox Proportional Hazard regression. The result show that pension claims caused by death started at the age of 17 years and half the claims occurred at the age of 40 years. Meanwhile, claims caused by retirement age occur at the age of 60-80 years. The results of this study also indicate that the factors of gender, contribution period, membership period and claim category significantly affect the survival time to first time of participant submit a pension claim. Then, the claim ratio (hazard) due to claim caused by permanen total disability is less than 1 for those under 55 years old and deserves 0 thereafter. Meanwhile, the hazard due to the claim for retirement age will be less than 1 for those under 57 years old and more than 1 thereafter. The hazard on the cause of death claims will be worth less than 1 for those under 49 years old and worth more than 1 thereafter."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Haikal Hakim
"Pemeliharaan berfungsi untuk memperpanjang umur aset atau barang. Pemeliharaan dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu reaktif, preventif, proaktif, dan prediktif. Pemeliharaan preventif bertujuan untuk meminimalkan risiko kegagalan dengan melakukan pemeliharaan secara berkala. Dalam pemeliharaan preventif, hal-hal yang perlu dicari adalah Median Time to Failure (MTTF), Distribusi Kegagalan, Analisis reliabilitas, Kurva Hazard dan Cumulative Failure. Analisis reliabilitas adalah estimasi benda tetap berfungsi melewati waktu tertentu. Model yang biasanya digunakan adalah reliabilitas parametrik, yang menggunakan pendekatan distribusi dalam perhitungan reliabilitas. Metode yang digunakan umumnya adalah Maximum Likelihood Estimation (MLE). Objek penelitian yang digunakan adalah mesin vertical packaging dalam pengemasan makanan ringan. Penelitian berfokus kepada reliabilitas mesin dan suku cadangnya (Pin Bushing, Thermocouple, Heater, dan lainnya) serta failure mode terhadap reliabilitas mesin. Analisis dimulai dengan Fault Tree Analysis (FTA) untuk membuat hirarki failure mode yang ada. Failure mode berguna dalam pengelompokkan efek kegagalan terhadap distribusi. Hasil men unjukkan data berdistribusi Weibull CR (Competing Risk), yang menunjukkan failure mode jamak. Pada contoh pin bushing, ditemukan bahwa kurvanya paling mendekati hasil analisis mesin  Hasil analisis menunjukkan bahwa reliabilitas mesin pada 90% sekitar 150 jam dan 80% sekitar 480 jam. MTTF dari mesin yang digunakan mendekati 2500 jam.  Temuan lebih buruk daripada acuan, temuan dapat menjadi dasar improvement kepada pemeliharaan preventif. Temuan kurva hazard yang umum terjadi pada suku cadang elektronik juga muncul pada suku cadang mekanik yaitu “monotone decreasing hazard” dengan likelihood hazard selalu menurun sepanjang waktu

Maintenance functions to extend the life of assets or goods. Maintenance is divided into four classifications, namely reactive, preventive, predictive, proactive, and predictive. Preventive maintenance aims to minimize the risk of failure by carrying out regular maintenance. In preventive maintenance, the things you need to look for are Median Time to Failure (MTTF), Failure Distribution, Reliability Analysis, Hazard Curve, and Cumulative Failure. Reliability analysis is an estimate of whether an object will continue to function over a certain time. The model usually used is parametric reliability, which uses a distribution approach in calculating reliability. The method used generally is Maximum Likelihood Estimation (MLE). The research object used is a vertical packaging machine for packaging snacks. The research focuses on the reliability of the machine and its spare parts (Pin Bushing, Thermocouple, Heater, etc.) as well as failure modes on machine reliability. The analysis begins with Fault Tree Analysis (FTA) to create a hierarchy of existing failure modes. Failure mode is useful in grouping the effects of failure on distribution. The results show that the data has a Weibull CR distribution, which indicates multiple failure modes. In the example of the pin bushing, it was found that the curve was closest to the engine analysis results. The analysis results showed that engine reliability at 90% was around 150 hours and 80% was around 480 hours. The MTTF of the engine being used  is close to 2500 hours. Even though the results are in contrast to other research, the findings can be the basis for improvements to preventive maintenance. The common hazard curve finding that occurs in electronic spare parts also appears in mechanical spare parts, namely "monotone decreasing hazard" with the likelihood hazard always decreasing over time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Sakinah
"Keberhasilan generasi muda di masa depan bergantung kepada proses transisi dari sekolah ke bekerja. Proses transisi ini sangat penting tetapi juga mengkhawatirkan karena berdampak jangka panjang terhadap berbagai aspek di masa depan. Sayangnya, penduduk usia muda menghadapi lebih banyak tantangan di pasar kerja akibat kurangnya kualifikasi human capital. Maka memastikan penduduk usia muda memperoleh keterampilan (skill) yang tepat melalui pembentukan keterampilan (skill formation) adalah salah satu cara untuk mengurangi risiko kegagalan transisi sekolah ke bekerja. Penelitian ini menganalisis transisi sekolah ke bekerja melalui tahapan transisi sekolah ke bekerja dan risiko untuk mendapatkan pekerjaan transited, yaitu pekerjaan yang mengklasifikasikan penduduk muda telah berhasil menyelesaikan transisi. Berbagai jenis skill formation dieksplorasi dalam penelitian ini, yaitu pelatihan, magang, pengalaman bekerja ketika sekolah dan kombinasinya. Dengan menggunakan data penduduk usia 19-29 tahun dari Sakernas tahun 2022-2023, analisis dilakukan dengan regresi logistik ordinal dan survival analysis-competing risk regression. Hasilnya, skill formation yang berbeda memberikan kontribusi yang berbeda. Skill formation berperan sebagai suplemen untuk melengkapi pendidikan formal yang dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan posisi tawar penduduk usia muda di pasar kerja pada fase transisi sekolah ke bekerja. Pengalaman pelatihan dan bekerja ketika sekolah meningkatkan kecenderungan atau peluang penduduk usia muda untuk mencapai tahap transisi yang lebih tinggi, sedangkan dalam jangka pendek pengalaman magang menurunkan kecenderungan untuk mencapai tahap transisi yang lebih tinggi. Pelatihan paling berkontribusi bagi penduduk kelompok rentan (perempuan, di perdesaan serta berpendidikan SMP ke bawah) dan yang berpendidikan perguruan tinggi. Dalam jangka pendek magang hanya berkontribusi positif bagi lulusan SMK. Bagi lulusan perguruan tinggi, pengalaman magang berkontribusi positif jika dikombinasikan dengan pelatihan. Pengalaman pelatihan dan bekerja ketika sekolah berkontribusi lebih tinggi pada lulusan SMA daripada SMK. Di sisi lain, jika dilihat berdasarkan lama mencari kerja, hanya pelatihan yang signifikan meningkatkan risiko penduduk usia muda untuk mendapatkan pekerjaan transited. Artinya pelatihan meningkatkan risiko untuk menjalani masa pencarian pekerjaan transited yang lebih pendek.

The future of young generation greatly depends on school to work transition process. This transition represents an important but also vulnerable moment in the life of young people. It is also a delicate phase that can affect so many aspect in the future. But in reality, young people face more challenges in the labor market due to a lack of human capital qualifications. So, ensuring young people to acquire the right skills through skill formation is one effective way to reduce the risk of a failed transition. This study analyzes young people's school-to-work transition through its stages and the risks of getting a transited job, a job that classifies young people have successfully completed the transition. Various types of skill formation were explored, such as training, internships, work experience while in school and their combinations. Using data of people aged 19-29 years from Sakernas 2022-2023, the analysis was carried out using ordinal logistic regression and survival analysis-competing risk regression. The results show that different skill formation has different contributions. Skill formation acts as a supplement to formal education which give value added to young people and increase their bargaining position in the labor market during school to work transition. Training and work experience while in school increases the odds  to reach a higher transition stage, while in the short term, internship reduces the odds to reach a higher transition stage. Training contributes the most to vulnerable groups (women, young people in rural areas and those with low education) but also those with tertiary education. In the short term, internships only contribute positively to SMK graduates. For those with tertiary education, internship contributes positively when combined with training. Training and work experience while inschool contributes more to those who graduating from SMA than SMK. On the other hand, based on the job searching duration, the only skill formation that significantly increases the risk of getting a transited job is training. This means that training increases the risk of having a shorter transited job searching period.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library