Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Antonius
Abstrak :
Tak pelak lagi teknologi Internet dan Electronic Commerce ( e-commerce ) menimbulkan paradigma baru dalam kehidupan. Melalui jaringannya yang bersifat global memungkinkan dilakukannya transaksi dan penjelajahan ke seluruh pelosok dunia hanya melalui komputer personal tanpa sedikitpun harus berpindah tempat. Teknologi ini benar-benar menghilangkan batas ruang dan waktu. Pemanfaatannya tidak hanya sebatas lembaga teknologi dan usaha saja tapi telah menyebar sampai dunia perbankan. Globalisasi sudah di depan mata, sebagai gambaran di Asia [AFTA] akan berlangsung pada tahun 2003. Kompetisi di banyak sektor telah terjadi dan tidak dapat dihindari. Bagaimanakah cara untuk memenangkan bisnis ? Bagaimana sektor perbankan dapat selamat menghadapi globalisasi ini ? Bagaimana bank dapat mengimplementasikan electronic commerce (e-commerce)? Tesis ini menjelaskan dan memberikan analisa bagaimana bank dapat mengimplementasikan e-commerce. Aspek apa saja yang harus disiapkan sebelum menuju jaringan global ? Tesis mengambil sampel 3 bank besar. Bank tersebut telah menggunakan komputer dan komunikasi data dalam rutin operasionalnya. Bank tersebut juga telah menjalankan layanan ATM, kartu kredit dan jasa layanan lainnya. Bank juga meiliki cabang yang banyak, dan juga nasabahnya. Setelah melakukan evaluasi situasi kondisi bank dan pelayanan jaringan internet ternyata untuk melakukan e-commerce masih memerlukan banyak hal. Tetapi ada beberapa tahap yang dapat menolong bank untuk masuk menuju e-commerce. Tahapan tersebut adalah Pembenahan kedalam, membangun internet banking sebagai e-commerce B-to-C, membangun e-commerce B-to-B dengan bekerjasama dengan perusahaan retail yang besar, dan yang terakhir adalah dengan mempersiapkan jasa layanan baru bagi semua nasabahnya.
No point of return thai Internet and Electronic Commerce technology shift paradigm of lives. That global network give the possibility for everyone to find, search something, and make transaction, without need moving the position and only use personal computer connect to the network. There are no-borders of time and geographical anymore. And these technologies not just used on technical environment but it's already use also on banking application. Globalization will come soon, for example in Asia [AFTA] will start on next 2003. Competition on any sector will happen. How to win in business? How banking sector can survive on that global situation? How bank can implement e-commerce? This thesis gives explanations and an analyzing of how the bank can implement e-commerce. What aspects have to be prepared before go to global network. The thesis takes 3 big-banks that already used computer and data communication on they routine banking operations. They already implement ATM services, Credit Card services and others. The banks also have numbers of branches and have many of customers. After evaluate the situation and condition of banking and internet network service, prediction of implement e-commerce in banking still need many thing to be done. But there are many steps can help the bank make the preparation for becoming a player in globalization. And the steps are Internal system and networks preparation, Running internet banking as a B-to-C e-commerce system, Running B-to-B e-commerce system by joint with big retail customers, and Develop new services for all customers.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrah Nur
Abstrak :
Sebelum keluarnya Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, posisi pemerintah sangat dominan dalam menentukan kebijakan-kebijakan tentang perhubungan, khususnya angkutan ekonomi (publik), seperti bis kota dan angkutan kecil lainnya dan angkutan non ekonomi, seperti Bus AC dan Taksi. Khusus angkutan taksi, pengaturan yang berlebihan dapat dikatakan sebagai intervensi pasar, karena angkutan taksi ini mempunyai karakteristik yang tidak sama dengan angkutan lainnya dan lebih bersifat individual, sehingga konsumen akan bersedia membayar apabila tingkat pelayanannya sesuai dengan harapan. Melihat semangat dari Undang-undang tersebut diatas yang lebih berat kepada kepentingan konsumen tentu akan sangat menguntungkan apabila kebijakan-kebijakan yang berdampak kepada angkutan taksi lebih berorientasi pasar, seperti penentuan tarif. Penentuan tarif untuk angkutan non ekonomi menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 sudah dapat ditetapkan oleh masing-masing operator angkutan dan yang sesuai dengan mekanisme pasar. Tetapi yang terjadi adalah bahwa penetapan tarif ini ditetapkan oleh asosiasi yang nyata-nyata tidak sesuai dengan Undang-undang tersebut Dan peranan pemerintah dalam hal ini ternyata juga tidak memperkuat posisi undang-undang tersebut, akan tetapi semakin memperlemah posisi undang-undang dengan mengeluarkan beberapa kebijakan yang saling bertentangan dengan perundangan yang berada di atasnya. Pada angkutan jalan, Organda merupakan satu-satunya asosiasi yang membawahi semua moda angkutan yang adaa. Peranan Organda dalam menjembatani hubungan antara masing-masing operator dengan pemerintah sangat strategis dalam upaya melakukan pembinaan-pembinaan untuk keuntungan perusahaan maupun keimtungan konsumen yang menggunakan jasa ini. Organda (dalam hal ini unit taksi) pada pengambilan keputusan dalam penetapan tarif terlalu memaksakan kehendak perusahaan yang mempunyai modal besar sehingga dalam pelaksanaan ketentuan tarif baru tersebut timbul gejolak penolakan diantara operator angkutan taksi, hal ini merupakan suatu indikasi bahwa dalam pengambilan keputusan tidak berada pada keputusan yang dapat menyenangkan semua pihak. Peranan Organda dalam melakukan pembinaan terhadap anggotanya, belum terlalu maksimal. Melihat kondisi yang ada setelah keluarnya Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 tersebut, maka untuk angkutan non ekonomi peranan pemerintah tidak boleh terlalu besar serta kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan dan tidak sesuai dengan semangat Undang-undang tersebut harus segera direvisi secara komprehensif dan tidak secara parsial perkebijakan dan juga harus ada sinkronisasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam mengeluarkan suatu kebijakan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T5112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
A.J. Ibnu Wibowo
Abstrak :
Persaingan yang terjadi dalam industri jasa telekomunikasi, khususnya telepon seluler GSM, semakin ketat. Manajer operator seluler GSM perlu lebih memahami dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggannya dengan baik( agar tidak berpindah ke operator lain. Oleh karena itu, pemahaman secara mendalam atas perilaku berpindah pelanggan sangat panting untuk menjaga pelanggan yang dimiliki agar tidak berpindah, selain tetap berusaha untuk mencari pelanggan baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif dari efek pendorong dan efek penarik terhadap intensi berpindah, serta pengaruh negatif dari efek penambat terhadap intensi berpindah. SeIain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh negatif dari efek penambat terhadap hubungan antara efek pendorong dan intensi berpindah, serta pengaruh negatif dari efek penambat terhadap hubungan antara efek penarik dan intensi berpindah. Tujuan selanjutnya yaitu untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif dari intensi berpindah terhadap perilaku berpindah. Sampel penelitian ini yaitu mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang menjadi pelanggan layanan operator telepon seluler GSM minimal enam bulan. Sampel berjumlah 230 orang, yang diperoleh dengan menggunakan metode convenience sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar data empiris dalam penelitian ini memberi dukungan adanya pengaruh negatif dari efek penambat terhadap intensi berpindah, serta pengaruh positif dari intensi berpindah terhadap perilaku berpindah. Sebaliknya, data penelitian ini tidak mendukung adanya pengaruh positif dari efek pendorong dan efek penarik terhadap intensi berpindah. Selain itu, data penelitian ini juga tidak mendukung adanya pengaruh negatif dari efek penambat terhadap hubungan antara efek pendorong dan intensi berpindah. Hasil selanjutnya menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh negatif yang signifikan dari efek penambat terhadap hubungan antara efek penarik dan intensi berpindah.
A reasonably strong competitive atmosphere can now be felt among service provider of telecommunication industry, especially GSM mobile phones. The GSM operator management of cell phone needs to really understand its clients' needs and struggle very hard to cater to them in order to win the battle. Therefore, it is no doubt crucial for service provider of cell phone to possess profound understanding on why one client stay with one provider or leave them to move to another The purposes of this research are to know whether there are any positive effects of push and pull factors to the clients' intention to migrate,- and the negative effects of mooring factors to people's attitude to do so. Furthermore, this research also discusses whether there are any negative effects of mooring factors to the relationship between push effects and clients' intention to migrate. Likewise the drawbacks of mooring effects related to the pull effects and clients' intention to migrate. Another case is whether there are any positive effects of clients' intention to migrate to the people's attitude to do so. This research is conducted among 230 economic students of Economic Faculty of University of Indonesia who have used GSM cell phone providers for at least six months and the method used is the convenience sampling method. Most of the result obtained from this research supported the idea that there is a negative effect of mooring factors to the intentions to migrate, and that there is as well a positive effect of clients' intention to migrate to his attitude. On the other hand, the data does not approve that there is a positive effect of push and pull factors to client's intention to migrate. Neither, in addition, do they support the notion that there is a negative effect of mooring effects towards relationship between pull effects and people's intention to migrate. Later it is discovered and proved that no significant negative effect of mooring effects towards relationship between pull effects and intention to migrate is found.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20267
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Although fully by additional law,but decentralization policy of autonomic area always contains problems.Including matter of policy implementing process which partly yields in asset conflict between many regency and decentralization regency......
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bernika Irnadianis Ifada
Abstrak :
Trend hidup back to nature makin marak dimanapun, termasuk di Indonesia , maka persaingan berbagai jenis industri di Indonesia yang memiliki basis produk berbahan baku tumbuhan atau bahan alami seperti jamu dan kosmetika tradisional meningkat. Meskipun kondisi ini masih diikuti oleh stigma tentang khasiat dan efek dari produk jamu, namun tingkat persaingan temyata semakin tinggi dikarenakan permintaan pasar yang senantiasa meningkat, diikuti daya akomodir masing-masing industri untuk mengatisipasinya yaitu dengan peningkatan kapasitas produksi, dan yang tidak bisa dielakkan adalah dukungan potensi hayati Indonesia yang kaya akan tumbuhan atau Mega Bio-Diversity. Salah satu pemain terbesar di industri jamu dan kosmetika tradisional Indonesia adalah PT. Mustika Ratu Tbk, yang berlokasi di Graha Mustika - Pancoran Jakarta, hingga scat ini mampu menguasai tiga puluh persen (30% ) dari total pangsa pasar. Perusahaan yang sudah lebih dari duapuluh dua tahun malang melintang di industri jamu dan kosmetika tradisional ini memiliki produk yang hampir mencakup seluruh lapisan usia dan kebutuhan. Produk-produknya tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, namun juga telah diekspor dengan kontribusi penjualan yang meningkat setiap tahunnya. Perkembangan perusahaan dalam kurun waktu tahun 2002, 2003 hingga 2004, kapasitas produksi PT. Mustika Ratu Tbk , selalu meningkat hingga mencapai jumlah 4512 ton. Meski demikian karena tingginya tingkat persaingan di industri ini maka tidak menutup kemungkinan posisi Mustika Ratu kini mampu direbut oleh pesaingnya dalam waktu yang tidak lama. Untuk itulah kinerja Public Relations sebagai bagian dari divisi di perusahaan haruslah maksimal demi kemajuan. Agar mampu bersaing dengan seluruh pemain di industri jamu dan kosmetika tradisional, PT. Mustika Ratu membutuhkan strategi public relations yang baik, tepat dan mumpuni, dalam membantu bagian pemasaran, yang menjadi induk dari divisi public relations di Mustika Ratu, untuk kemudian membukukan volume penjualan yang sesuai dengan target. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keberlakuan teori strategi public relations yang mendukung pemasaran produk industri, dalam hal ini PT. Mustika Ratu Tbk, guna menyusun rekomendasi yang dapat digunakan untuk mempertahankan loyalitas konsumen lama dan meraih lebih banyak lagi konsumen yang melakukan buying action terhadap produk perusahaan. Kerangka konsep yang digunakan berhubungan dengan definisi dan lingkup strategi komunikasi pemasaran, konsep public relations sendiri tentunya, serta komunikasi. Untuk mempermudah pengertian maka dibuat sistematika organisasi pemikiran, penulis menggunakan berbagai penjelasan tentang strategi dan komunikasi, serta ruang lingkup public relations sendiri, agar dapat mempertemukan kepentingan strategi public relations dengan volume penjualan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif-kualitatif, yang berusaha menggambarkan, memaparkan situasi dan kondisi, tetapi tidak mencari atau menjelaskan hubungan, juga bukan mengkaji hipotesis atau membuat prediksi. Pencarian data dilakukan melalui metode wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen serta data pendukung lainnya. Temuan yang dihasilkan dari penelitian berupa paparan serta deskripsi dari pelaksanaan program-program public relations yang dilakukan oleh PT. Mustika Ratu Tbk, bersama divisi promosi, yang jugs berada dibawah bagian pemasaran dalam memperoleh volume penjualan yang diinginkan serta untuk memperbaiki citra produk jamu, seperti maksimalisasi publikasi atau media exposure, serta event khusus. Strategi yang dilakukan PT. Mustika Ratu Tbk ini tidak banyak berbeda dengan perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Namun untuk dapat lebih baik dan mempertahankan posisi market leader seperti saat ini, maka Mustika Ratu harus lebih maksimal lagi memberdayakan public relations division berikut seluruh elemen-elemennya, meski upaya dekat dengan media memiliki peran panting, namun demi peningkatan kinerja make elemenelemen strategi dan program-programnya mutlak dikembangkan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutini
Abstrak :
Pertumbuhan pasar swalayan di Indonesia akhir-akhir ini terns meningkat. Hal ini terjadi selain karena adanya perubahan kebutuhan dan gaya belanja dalam masyarakat yang semakin praktis, juga karena semakin terbukanya pasar ritel di Indonesia yang mengakibatkan masuknya sejumlah peritel asing ke Indonesia. Apalagi masuknya peritel asing juga disertai dengan berbagai keunggulan balk modal maupun teknologi, dan langsung membuat pasar swalayan sekelas hypermarket. Meningkatnya pertumbuhan pasar swaiayan ini berdampak pada semakin tingginya tingkat persaingan antar pasar swaiayan. Semakin ketatnya tingkat persaingan memicu semakin gencarnya promosi yang dilakukan oleh berbagai pasar swalayan, khususnya promosi penjualan yang relatif semakin gencar dilakukan. Hal ini dapat dipahami mengingat promosi penjualan merupakan salah sate kunci dari bauran komunikasi pemasaran untuk meransang adanya penjualan dengan lebih besar dan lebih cepat. Maraknya promosi penjualan tentu menguntungkan (bermanfaat) bagi konsumen, meskipun konsumen tetap harus bijaksana dalam menyikapi berbagai praktek promosi. Manfaat yang diterima konsumen dapat dikelompokkan menurut manfaat utilitarian dan hedonik. Manfaat utilitarian bersifat instrumen (extrinsic), fungsional (tangible) dan kognitif, sedangkan manfaat hedonik bersifat non instrumen (intrinsic), experiential, dan afektif untuk tujuan kesenangan diri sendiri. Berbagai teknik promosi juga dapat dikelompokkan kedalam promosi moneter dan nonmoneter. Promosi moneter berorientasi pada harga, sedangkan promosi nonmoneter berorientasi bukan pada harga. Oleh karena itu penelitian ini mencoba untuk mengevaluasi promosi penjualan berdasarkan rerangka multi manfaat terhadap konsumen pasar swalayan. Penelitian ini dilakukan terhadap konsumen dari beberapa pasar swalayan (Carrefour, Hero, Matahari, TipTop, Ramayana, Naga, Goro, dan Makro) secara quota sampling dengan menggunakan kuesioner secara terstruktur. Dad 360 kuesioner yang disebar diperoleh 240 kuesioner yang terisi lengkap. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menentukan klasifikasi manfaat yang diterima konsumen pasar swafayan dari promosi penjualan berdasarkan dimensi dimensi utilitarian dan hedonik. 2. Untuk menentukan klasifikasi teknik promosi penjualan yang dilakukan pasar swalayan berdasarkan dimensi promosi moneter dan nonmoneter. 3. Untuk mengetahui apakah manfaat dari promosi penjualan yang diterima konsumen pasar swalayan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan promosi moneter dan nonmoneter yang dilakukan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan program LISREL 8,51 dan menggunakan Maximum Likelihod sebagai metode estimasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manfaat kehematan, kualitas dan kenyamanan secara signifikan dan positif termasuk dalam klasifikasi dimensi manfaat utilitarian. Manfaat ekspresi nilai, hiburan dan eksplorasi secara signifikan dan positif termasuk dalam klasifikasi dimensi manfaat hedonic. Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian Chandon, Wansink, dan Laurent (2000) dimana manfaat ekspresi nilai berhubungan secara signifikan dan positif baik terhadap dimensi utilitarian maupun hedonik. Potongan harga, kupon dan multiunit pack secara signifikan dan positif termasuk dalam klasifikasi dimensi promosi moneter. Sampel, undian berhadiah dan hadiah langsung secara signifikan dan positif termasuk dalam klasifikasi dimensi promosi nonmoneter. Hasil ini sejalan dengan peneltian Chandon, Wansink, dan Laurent (2000) dimana potongan harga, kupon, rabat dan multiunit pack mewakili promosi moneter, dan hadiah langsung (gift), sampel dan undian (sweepstakes) mewakili promosi nonmoneter. Selain itu manfaat kehematan, kualitas, hiburan, dan eksplorasi secara positif memiliki pengaruh terhadap keberhasilan promosi moneter. Manfaat kenyamanan dan ekspresi nilai secara negatif memiliki pengaruh terhadap keberhasilan promosi moneter. Meskipun hanya manfaat hiburan, eksplorasi, dan ekspresi nilai yang signifikan. Manfaat hiburan dan eksplorasi secara positif memiliki pengaruh terhadap keberhasilan promosi nonmoneter, sedangkan manfaat kehematan dan ekspresi nilai secara negatif memiliki pengaruh terhadap keberhasilan promosi nonmoneter, meskipun hanya manfaat hiburan dan eksplorasi yang signifikan. Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian Chandon, Wansink, dan Laurent (2000) dimana manfaat kehematan, kenyamanan dan ekspresi nilai berhubungan secara positif dan signifikan terhadap promosi moneter. Promosi nonmoneter berhubungan secara positif dan signifikan terhadap manfaat ekspresi nilai, hiburan, dan eksplorasi.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T20337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romi Gozali Rukmawijaya
Abstrak :
Berkembangnya bisnis taksi di Jakarta yang tidak diimbangi dengan system pelayanan yang balk membuat persaingan di bisnis ini hanya dikuasai oleh sedikit merek dari banyaknya merek taksi yang beroperasi di Jakarta. Tingkat persaingan yang tidak imbang membuat pelaku bisnis taksi mencoba untuk merebut pasar dengan Cara-cara yang tidak baik walaupun cara tersebut tidak melanggar hukum, misalnya dengan meniru penampilan fisik dari market leader. Saat ini banyak pengusaha taksi yang hanya meniru ciri fisik penampilan saja tanpa diikuti oleh peningkatan kualitas pelayanan. Hal ini bisa dimaklumi karena pada saat ini belum ada standar kulaitas pelayanan yang berlaku dalam bisnis taksi ini. Dengan tidak adanya sistem pelayanan yang standar membuat pelanggan hanya pasrah dan menerima saja baik atau buruk pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa taksi. Bahkan pelanggan cenderung berhati-hati dalam memilih taksi berkaitan dengan buruknya image pelayanan taksi di Jakarta. Agar bisa bersaing para pengusaha taksi harus bisa memahami apa yang harus dilakukan untuk dapat memenuhi kepuasan pelanggan agar mereka bisa menjalin hubungan yang balk dan bisa menjadikan mereka Ioyal. Aspek ketidak berwujudan dari suatu hubungan merupakan suatu nilai tambah yang dapat dikembangkan menjadi suatu keunggulan kompetitif yang tidak mudah ditiru oleh pesaing. Menjalin ikatan yang kuat dengan pelanggan dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas hubungan (Bruggen, Kacker, dan Nieuwlaat, 2001). Tingginya tingkat kepuasan, kepercayaan, dan komitmen pelanggan adalah karakteristik penting bagi kualitas hubungan yang berkualitas tinggi dan berjangka panjang (Anderson dan Narus, 1990; Coleman dan Robicheaux, 1994; Morgan dan Hunt, 1994). Penelitian ini dilakukan untuk mengukur dimensi kualitas jasa taksi dengan metode SEROUAL yang kemudian dihubungkan kepada loyalitas pelanggan melalui kepercayaan dan komitmen pelanggan. Penelitian dilakukan melalui survei terhadap 170 responden pengguna taksi yang tersebar di wilayah Jakarta. Data yang diperoleh kemudian diproses dan dianalisa dengan menggunakan SPSS 12.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukan ternyata dari lima dimensi kualitas jasa yang ada dalam metode SERVOUAL baru dua saja yang memiliki hubungan positif terhadap kepuasan pelanggan, yaitu Assurance dan Eniphaty. Penampilan fisik atau tangible yang selama ini menjadi fokus para pengusaha taksi, ternyata tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Walau demikian, kepuasan pelanggan menyeluruh terbukti memiliki pengaruh yang positif terhadap kepercayaan, komitmen dan loyalitas pelanggan. Dari penelitian ini dapat disusun implikasi manajerial yang bisa dijadikan pedoman bagi pengusaha taksi untuk lebih meningkatkan kualitas dimensi jasanya yang saat ini masih belum baik agar bisa bersaing dengan perusahaan taksi yang lain, sehingga pelangganpun mempunyai lebih banyak pilihan merek taksi yang dapat memberikan pelayanan yang lebih baik.
The growth of the taxi business in Jakarta does not come with the well-standardized procedure of service. Therefore there are only few companies left in the competition. Thus there are only several companies are taking part of this public transportation business base on hundred registered companies. With the rapid growth of the public transportation business have created several taxi services engage to the unfair conduct; Even though, they do not cross any guideline or law. For the example; some companies have created their vehicles similar with the leading competitor such as body appearance. However, they cannot deliver best service to the passengers as their well know competitor. That circumstance can be found because they have lack of knowledge on customer standard quality. All of these conditions have made the passengers intend to select the taxi service very carefully, without the standardized on quality standard often the passenger always get the unpleasant consequences. The taxi companies need to recognize how to improve their performance to their clients. They need to deliver best quality of service to their clients, in order to satisfy their passengers. The taxi companies have to create good relationship with their customer. 13y delivering the best service and maintained good relationship with their clients, the companies has made their clients loyal to them. All of these aspects above have created the brand image which can not be easily copy by other competitors. In order to have relationship with their customer, the companies need to improve their quality of relationship to their clients (Bruggen, Kacker, and Nieuwlaat, 2001). The highest satisfaction, trust, and the committed customer are characteristic to maintain their best quality of service and long-term relationship with their customer (Anderson and Narus, 1990; Coleman and Robicheaux, 1994; Morgan and Hunt, 1994). This research is perform in order to measure the quality of dimension of the taxi service based the SERQUAL method in which connected to the customer-loyalty trust and the commitment of the customer. The research is taken by several surveys based on one hundred seventy correspondents which are the customer of the taxi service in Jakarta. All these data are gathered, processed, and analyzed using SPSS 12.0 for windows. The final result of this research has determined five points the quality of dimension of service. Which is come form SERVQUAL, and it is only can be found of two methods such as Assurance and Empathy, The physical attraction or the tangible which usually become the focus of the taxi service companies does not have any significant relationship to the customer satisfaction. However, the customer satisfactions determine to have the positive impact on trust, commitment, and loyalty to their taxi service. This research can create managerial implication on the taxi service. The necessary action need to be taken by taxi companies in order to give their customer the flexibility to choose any taxi companies as they want and desire.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20598
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Faisal Hasbullah
Abstrak :
Perubahan lingkungan bisnis di abad 21 sangat dinamis dan sulit diprediksi baik dalam bidang ekonomi, sosial dan politik, menuntut organisasi untuk selalu rnenyesuaikan diri pada perubahan lingkungan, baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Untuk itu, sebuah organisasi harus lebih progresif, inovatif dan mampu melakukan integrasi secara terus-menerus. Penopang keunggulan bersaing sebuah organisasi adalah keunggulannya dalam belajar, yang merupakan proses yang mendasari dan melahirkan perubahan. Dengan demikian sebuah organisasi harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi organisasi pembelajar (learning organization). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa besar tingkat penerapan learning organization di Akaderni Pimpinan Perusahaan dan menjelaskan apakah Akademi Pimpinan Perusahaan termasuk dalam kategori learning organization? kemudian mendeskripsikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan oleh Akademi Pimpinan Perusahaan agar menjadi learning organization? Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian tingkat eksplanasi deskriptif, sedangkan metode penelitian yang dipakai adalah metode survey yang diperkuat dengan wawancara dan studi dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 147 orang dan teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 65 responden dengan kriteria yang ditentukan yaitu karyawan tetap Akademi Pimpinan Perusahaan yang terdiri dari tenaga pengajar tetap baik yang memiliki jabatan struktural maupun tidak dan tenaga administratif, memiliki tugas yang erat keterkaitannya dengan dimensi-dimensi dari lima sub sistem, dan memiliki jenjang pendidikan SLTA ke atas. Instrumen yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah kuesioner learning organization profile yang diambil dari buku karangan Marquardt berjudul Building The Learning Organization; A System Approach to Quantum Improvement and Global Success". Kuesioner ini digunakan untuk mengukur variabel tingkat penerapan learning organization. Kuesioner disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen penelitian, komponen yang diukur, sub komponen yang diukur dan nomor item instrumen dapat dengan jelas diurut keterkaitannya satu dengan lainnya dan hasil analisis data dan deskripsi data hasil penelitian dapat diketahui bahwa tight penerapan learning organization di Akademi Pimpinan Perusahaan adalah bernilai rata-rata 19,24 dan berada pada range result 16-23 = fair (cukup) 1 Nilai ini lebih rendah 2,76 dari tidak rata-rata learning organization 500 organisasi dunia hasil penelitian Marquardt. Untuk masing-masing sub sistem nilai rata-ratanya adalah sebagai berikut: pertama, Dinamika Pembelajaran 19.05, kedua, Transformasi Organisasi 20.11, ketiga, Pemberdayaan Manusia 19.98, ke-empat, Pengelolaan Pengetahuan 19.45, dan kelima, Pemberdayaan Teknologi 17.58. Secara keseluruhan tingkat penerapan learning organization, menurut penilaian responden berada pada tingkat diterapkan pada bagian tertentu (39.75%), dan belum/sedikit diterapkan (37:23%). Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai akhir maupun nilai masing-masing sub sistem learning organization di Akademi Pimpinan Perusahaan lebih rendah dibandingkan nilai rata-rata yang dicapai oleh 500 organisasi di dunia hasil penelitian Marquardt, dan tingkat penerapannya baru pada tahap diterapkan pada bagian tertentu organisasi (skala 2) dan belum/masih sedikit diterapkan (skala 1), artinya tingkat penerapan learning organization di Akademi Pimpinan Perusahaan belum cukup baik, sehingga Akademi Pimpinan Perusahaan belum dapat disebut sebagai learning organization. Untuk dapat disebut sebagai learning organization menurut Marquardt, penerapan ke lima sub sistem learning organization harus berada pada skala 3 (diterapkan pada sebagian besar organisasi) dan skala 4 (diterapkan secara penuh/menyeluruh dalam organisasi). Upaya-upaya yang perlu dilakukan agar Akademi Pimpinan Perusahaan dapat meningkat ke tahap menjadi learning organization adalah membangun komitmen bersama antara pimpinan dan seluruh karyawan untuk menjadi organisasi pembelajar, dalam perekrutan pegawai dijaring dengan sister recruitment yang baik sehingga menghasilkan orang-orang yang berkualitas dan memiliki kemampuan dan kemauan untuk terus belajar, untuk membangun pembelajaran yang efektif semua anggota organisasi harus memiliki persamaan persepsi dan pandangan atas kegiatan, tujuan dan arah organisasi di masa depan melalui adanya visi yang jelas, budaya yang mendukung, dan strategi-strategi yang inovatif untuk mendorong terjadinya pembelajaran, mernberi kesempatan seluas-luasnya kepada karyawan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan pemberian beasiswa. Pimpinan harus bertindak sebagai instruktur dan mentor dalam aktivitas pembelajaran, pimpinan juga harus menjadi model dan asisten pembelajar. Menciptakan kesadaran bagi semua karyawan akan pentingnya mengumpulkan dan menyebarkan pengetahuan melalui workshop, simposium dan internal benchmarking. Dalam aplikasi teknologi APP perlu menyediakan dan membangun sistem informasi yang berbasis komputer, interne, sistem Online komputer, LAN, dan lain-lain.
The change of business environment in 2151 century which is very dynamic and difficult to be predicted in the field of economy, social and politic, makes the organization has to keep adjusting to the change of environment, both in internal environment and external environment. Therefore, an organization has to be more progressive, innovative, and be able to carry out the integration continuously. Support of the competition success of an organization is a superiority in learning which is a process that becomes the basis and produces the change. Thus, an organization has to be developed as could as possible to be able to become a learning organization. This research is aimed at describing of how is the learning organization applied at The Academy For Industrial Management, and explaining whether The Academy for Industrial Management is categorized as a learning organization, and then describing the efforts which have to be carried out by The Academy For Industrial Management to be able to become a learning organization. The research design utilized is a research with descriptive explanation level, while the research method utilized is a survey method supported by interview and documentation study. Population in this research is as many as 147 persons and the sample method utilized is a purposive sampling which has 65 respondents with determined criteria namely, the permanent employees of The Academy For Industrial Management which consist of lecturers both those who have a structural position or not and the administration staffs, who have the duty closely related to the dimensions of the five learning organization sub-systems, and have educational background of Senior High School and upper level. Instrument utilized in carrying out this research is a questionnaire of learning organization profile quoted from the book written by Marquardt with the title " Building The Learning Organization: A System Approach to Quantum Improvement and Global Success." This questionnaire is used to measure the application level variable of the learning organization. The questionnaire is arranged based on the centers of the research instrument, measured components, measured sub-components, then the item number of instrument can be clearly traced relating to the each other relationship. From the results of data analysis and the description of research result data, it can be known that the application level of learning organization at The Academy For Industrial Management has an average point of 19,24 and it means that it is in 16-23 result range - fair. This point is lower 2,76 point of the average point of the learning organization from 500 world organizations based on Marquardt's research results. The average point of each sub-system is as follows: first. Learning Dynamic is 19,05 point. second. Organization Transformation is 20,11 point. third. People Empowerment is 19,98 point. fourth. Knowledge Management is 19,45 point. Fifty. Technology Application is 17,58 point. In overall, application level of learning organization according to the respondents is in a certain determined level (39,75%) and haven't been applied yet (37,23%). So, it can be concluded that the final point and the point of each sub-system of learning organization is tower than the average point reached by 500 world organizations based on the results of Marquardt's research, and the application level of learning organization at The Academy For Industrial Management has just been applied at a certain part of the organization (scale-2) and has not been applied yet or has just been little applied (scale-1), it means that the application level of learning organization at the Academy For Industrial Management has not well enough done, so that the Academy For Industrial Management hasn't been able yet to be categorized as the learning organization. To be able to be considered as a learning organization according to Marquardt, the application of the five sub-systems of learning organization has to be in scale-3 (applied at the most part of the organization) and scale-4 (fully/comprehensively applied in the organization). Efforts required to be carried out in order that the Academy For Industrial Management can be in the level to become a learning organization is, by making the commitment together between the leader/head and all employees. The employee recruitment is carried out by a good recruitment system so that it can have the quality people who has ability and will to continuously learn to form an effective learning. All members of the organization have to have the same perception and opinion upon the activities, objectives and organization's direction in the future through a clear vision, supporting culture, and innovative strategies to support the learning. to give the opportunity as wide as possible for the employees to continue their study to the upper level education by giving scholarship. The Leader has to act as an instructor, trainer and mentor in learning activity; the leader has also to become the model and assistant of the learning. The leader has to build the awareness to all employees about the importance of pursuing and wide spreading knowledge through the workshop, symposium, and internal benchmarking. In the technological application, The Academy For Industrial Management has to provide and establish an information system with the basis of computer, internet, computer on-line system, and others.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21578
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Ngamal
Abstrak :
Tesis ini dibuat bertujuan untuk mengetahui strategi promosi yang tepat dalam memenangkan persaingan dalam industri mobil nasional pada PT. Indomobil Niaga Internasional (suzuki). Meneliti faktor-faktor apa saja yang patut dipertimbangkan dalam melaksanakan strategi. Untuk mengetahui masalah-masalah diatas, maka dilakukan penelitian pustaka, penelitian lapangan, dengan melakukan wawancara maupun membagikan kuesioner kepada para pakar dalam bidang pemasaran dan promosi pada PT. Indomobil Niaga Internasional. Dari hasil penelitian dilakukan dengan pengelolahan data menggunakan AHP Maka, ditemukan bahwa strategi promosi yang paling tepat digunakan dalam memenangkan persaingan pada industri mobil adalah strategi promosi fokus segmen. Untuk faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyusun dan melaksanakan strategi adalah faktor internal dan eksternal sbb: Faktor eksternalnya adalah. 1) Daya beli, 2)Prilaku Konsumen, 3)pertumbuhan ekonomi 4)kebijakan pemerintah, 5) Kebijakan Transportasi, 6)tingkat bunga. Sedangkan faktor internal yang paling dominan adalah 1) Produk, 2) Harga, 3)distribusi. Diikuti dengan faktor-faktor lain seperti produksi, organisasi, dan Sumber daya manusia. Untuk sasaran strategi promosi yang paling tepat adalah segmen demografis.
This Thesis is made to known the aim of the exactly promotin strategy to win the competition withinnational car industry at PT. Indomobil Niaga International (Suzuki). Than examine what are the factors that must be considerable when doing the strategy. Because of that, to understands all the problems, it must do a book research, field research, as well as spreading an questionair to an expert in marketing and promotion at the PT. PT. Indomobil Niaga International. From this research result, it continued with processing the data using the AHP. So, from this processing data, it found that the most appropriate promotion strategi to winning the competition in car industry is with focusing promotion strategi segment. The factors that affecting Strategi is Internal and external factors, are: External Factor is 1) Purchase efforts, 2) Consumer Behaviour, 3) Ecomonic Growth, 4) Goverment Policy, 5) Transportation Policy, and 6) Level Of Interest. While the most dominan in Internal Factor are:1) Product, 2) Price and 3) distribution. Followed with the other factors like, production, Organization and Human Resources. The most appropriate aim of strategic promotion is demographic segment.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T 19241
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>