Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
This research was aimed to comprehend structural and pattern change of agricultural commodity growth and identify potential superior commodity in Brebes regency. It was done purposively using secondary data of Brebes's rate of agricultural commodity product and Central Java's agricultural production rate in period 1993-2002. As supporting data, was used Gross Regional Domestic Product (GRDP) per capita based on 1993 constant price. Analytical techniques used Loqation Quotient, Shift Share, Growth ratio model, Overlay and Klassen Typology. Result of this study indicated that commodity produced for own need and sellable to other regions were potato, red onion, chili, banana, clove, vanilla, tea, cotton, duck, buffalo, local chicken, and bandeng fish. Overall, there was change of rate of agricultural commodity production during observation period in Brebes regency positively compared to change of agricultural commodity rate in Central Java. Commodity with positive performance were rice, corn, cassava, potato, red onion, chili, mango, star fruit, kapok, clove, coconut, tea, cashew, cotton, cow, goat, shrimp, bandeng, blanak and terinasi. Commodities having dominant growth, either in Brebes regency or in Central Java province were potato, red onion, mango, kapok, clove, shrimp, bandeng and terinasi, while commodity that advanced and grow fast were potato, red onion, duck, and bandeng. Results of overlay analysis indicated that commodities that surplus and grow dominantly, competitively were potato, red onion, chili, clove, tea and bandeng. Based on analyses of the five techniques, commodities that were superior commodity priority were red onion, bandeng and potato.
580 AGR 19 (1-4) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Subhechanis Saptanto
Abstrak :
Indonesia memiliki potensi kelautan yang besar dimana diperkirakan perairan Indonesia mampu memproduksi 6,4 juta ton ikan tiap tahunnya dengan pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 5,79 % per tahun. Dengan potensi sumberdaya perikanan tersebut diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir komoditas perikanan yang cukup diperhitungkan di mancanegara. Penelitian ini menggunakan pendekatan Gravity Model yang diaplikasikan dalam subsektor perikanan dengan tujuan untuk mengetahui potensi ekspor perikanan Indonesia di 28 negara tujuan ekspor dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor perikanan. Variabel-variabel yang digunakan antara lain nilai ekspor riil, GDP nominal, jumlah penduduk, jarak relatif, nilai tukar riil efektif dan interaksi antara tarif dengan dummy integrasi ekonomi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis data panel dengan menggunakan fixed effect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum seluruh variabel berpengaruh secara signifikan kecuali untuk variabel nilai tukar riil efektif Indonesia. Tanda variabel yang berlawanan dengan hipotesis adalah variabel jumlah penduduk mitra dagang yang seharusnya bernilai positif dan interaksi antara tarif dan APEC yang seharusnya bernilai negatif. Peningkatan jumlah penduduk mitra dagang menyebabkan penurunan nilai ekspor. Sedangkan variabel interaksi tarif dan APEC bemilai positif karena tujuan ekspor perikanan Indonesia lebih banyak ke Amerika Serikat dan Jepang yang memang merupakan anggota dari APEC. Berdasarkan hasil estimasi model dengan menggunakan fixed effect diperoleh informasi bahwa terdapat lima negara yang umumnya menjadi tujuan ekspor komoditas perikanan Indonesia, antara lain : Amerika Serikat, China, Mesir, Inggris dan Jepang. ......Indonesia has a big potency in fisheries sub sector because Indonesian sea is predicted to be able to produce 6,4 million tonnage fish/year with growth rate 5,79 %/year. With this potency, Indonesia may become high exporter country in the world. This study is using Gravity Model approach is implemented in fisheries sub sector and aimed to analyze the potency from 28 importer countries and factors that related with fisheries commodities export value. Variables in this study are export value, nominal GDP, population, real effective exchange rate, relative distance and interaction between tariff and dummy of economic integration. Analysis of method is using panel data analysis with fixed effect. The result shows that in general, all variables influence significantly; except real effective exchange rate of Indonesia. Variable sign of trade partner population and interaction between tariff and APEC dummy do not conform with hypothesis. An increase in trade partner population will decrease export of value. An interaction between tariff and APEC dummy will increase export of value because both of United States of America and lapan are large importers in fisheries sub sector and member of APEC, as the result Indonesia still exports fisheries commodities eventhough the tariff is increasing. Based on estimation the model, the other result shows there are big five importers of fisheries commodities such as United States of America, China, Egypt, England and Japan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T25875
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Nurdiana
Abstrak :
Bisnis kerajinan tangan atau handicraft adalah bentuk usaha yang didasari oleh hobi atau kreativitas. Nilai suatu barang khususnya barang-barang komoditas mempunyai nilai yang dapat dipertukarkan dalam kehidupan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan cara pandang masyarakat modern melihat suatu nilai pada kerajinan tangan yang didemonstrasikan melalui pameran. Penelitian ini menggunakan metode etnografi yang dilakukan di @Salsabila.bordir sebagai pusat kerajinan tangan yang berada di wilayah Depok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk kerajinan tangan memiliki nilai tambah pada kehidupan manusia serta mempunyai kelas “sacrifices values”. Penelitian ini menemukan bahwa nilai suatu objek akan berguna dalam kehidupan sosial. @Salsabila.bordir berhasil membawa kerajinan tangan mereka untuk didemonstrasikan di berbagai negara. @Salsabila.bordir dapat menunjukkan bahwa nilai dari barang yang mereka demonstrasikan dapat diterima oleh masyarakat internasional. Hal ini menunjukan bahwa produk atau komoditas yang mereka bawa tetap memiliki daya tarik yang cukup diminati oleh masyarakat di luar negeri ......Handycraft business is a business based on hobby or creativity. In general a price of an item especially comodities has a value exchange. This research examined the way modern people see the price of the handycraft which demonstrated in the from the exhibition. This research was conducted through an ethnographic methodology in @Salsabila.bordir as one of the handycraft center in depok area. The result of this research showed that a handycraft can also have an additional value for human life as well as have a "sacrifices values". The research also found that a value of an object can be usefull in social life. @Salsabila.bordir proved that their handycraft could be demonstrated in many countries with the value which they brought in their handycrafts. This researce also showed the attractive sides od their products or commodity to people abroad
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aiello, Giorgia
London: Sage, 2020
302.23 AIE v
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Bintang R.
Abstrak :
Sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi, pemakaian komoditi lantanida terus meningkat. Aplikasinya yang semakin luas mendorong tersedianya unsur-unsur tersebut dengan harga relatif murah. Sumber komersial unsur-unsur tersebut adalah mineral-mineral seperti monasit dan basnasit. Untuk memperoleh unsur tersebut diperlukan teknik pemisahan yang sederhana. Dengan tersedianya berbagai jenis ligan makrosiklik yang mempunyai keselektifan yang tinggi terhadap berbagai logam di pasaran, perlu diteliti kemungkinan pemanfaatannya untuk memisahkan lantanida baik sebagai kelompok maupun sebagai individu. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum ekstraksi kedua ion logam Sm3+ dan Yb3+ dengan kriptan [2,2,1] dan [2,2,2] sebagai kompleks lantanida kriptat serta penentuan tetapan ekstraksi dan spesi yang terekstrak. Selanjutnya hasil yang diperoleh dapat dipergunakan untuk menentukan kelayakan metoda ekstraksi pelarut ini untuk pemisahan kedua ion tersebut. Penelitian dilakukan dengan mengamati pengaruh pH, jenis dan konsentrasi kriptan, pengaturan kepolaran pelarut terhadap person ekstraksi dan perbandingan distribusi (D) dengan mengukur konsentrasi ion-ion logam setelah ekstraksi dengan G.F. AAS. Beberapa sifat kompleks seperti stoikiometri logam-kriptan terhadap ekstraksi kompleks lantanida kriptat juga diamati dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Hasil percobaan dengan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan terbentuknya kompleks lantanida kriptat dalam kloroform dengan perbandingan stoikiometri logam : ligan = 1 : 1, yang diperkuat dengan molihat pengaruh konsentrasi kriptan terhadap %E. Selektivitas ekstraksi kriptan [2,2,1] pada pH 6 diperoleh %E untuk Sm(III) dan Yb(III) masingmasing adalah 76,02 dan 61,31; sedangkan dengan kriptan [2,2,2] pada pH 5 berturut-turut adalah 87,23 dan 36,31. Log K,, untuk Sm (III) dan Yb (I11) dengan kriptan [2,2,1] pada pH 6 masing-masing -1,003 dan -1,768 sedangkan dengan kriptan [2,2,2) pada pH 5 berturut-turut adalah 9,095 dan -2,552. Spesi yang ada di dalam ekstraksi diramalkan adalah MLH'C14 pada daerah pH 3 - 4, MLCI3 pada daerah pH 4 - 5 dan MLCI2OH pada daerah pH 6. Pada komposisi pelarut 6% n-heksan dalam kloroform didapat nilai %E untuk ekstraksi Sm(ltl) dan Yb(lit) dengan kriptan [2,2,1] pada pH 6 masing-masing 50,79 dan 18,70 sedangkan dengan kriptan [2,2,2] pada pH 5 berturut-urut adalah 89,40 dan 18,69. Pada ekstraksi campuran dengan menggunakan kriptan [2,2,1] pada pH 6 dan pelarut 6% n--heksanlCHCl3 diperoleh %E berturut-turut adalah 85 untuk Sm(UII) serta 16 untuk Yb(Il1), sedangkan dengan kriptan [2,2,2] pada pH 5 dan pelarut 0% nheksanikloroform diperoleh %E masing-masing 91 untuk Sm(III) dan 8,5 untuk Vb[lll). Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa kedua unsur lantanida tersebut dapat dipisahkan satu sama lain dengan kriptan [2,2,1] dan [2,2,2] dengan menggunakan ion Cl sebagai pasangan ion dan pengaturan kepolaran pelarut. ...... In line with the development of Science and Technology, the usage of lanthanide commodities keeps growing-up. Wide growing applications creates the availability of these elements with relatively cheap price. Commercial resources of these elements are minerals such as monazite and bastnaesite. Procuring these elements needs a simple separation method. The availability of various types of macrocyclic ligands which have high selectivity towards various metals, needs an observation of applications to select lanthanide either in group or individually. The research target is to get an optimum extraction of metal ions Sm(III) and Yb(III) with [2,2,1] and [2,2,2] cryptands as lanthanide cryptates and to determine extraction constants and the extracted species. Then the obtained result can be used to determine the validity of this solvent extraction method for the separation of the two ions. Research was done by learning the effect of pH, cryptand's type, varying concentrations of the cryptands and adjustment of solution's polarity. Percentage extraction and the distribution ratio (D) are known by measurement of metal ion after extraction with MS G.F. Complex behavior such as the stoichiometric of lanthanide cryptates was examined using W Vs spectrophotometer. UV-Vis spectrophotometer shows the formation of lanthanide cryptates in chloroform with the ratio of metal versus ligand = 1 : 1, which is strengthened by actualilization of the effect of cryptand's concentration versus % E. Extraction with cryptand [2,2,1 ] was selective at pH 6 and gave %E for Sm (III) and Yb (111) respectively are 76,02 and 61,31; while cryptand [2,2,2] at pH 5 are 87,23 and 36,31. Log K for Sm (Ill) and Yb (III) with cryptand [2,2,1 ] at pH 6 are -1,003 and -1,768; whereas cryptand [2,2,2] at pH 5 are 9,095 and -2,552. Species that expected at the extraction is MLH+CI4 in the pH range 3 - 4 and MLCI2OH at pH 6. At an 6% n-hexane in chloroform, obtained %E for extraction of Sm(III) and Yb(III) with [2,2,1] at pH 6 are 50,79 and 18,70 while using [2,2,2] at pH 5 are 89,40 and 18,69. At a mixed extraction using [2,2,1] at pH 6 and 6% n-hexane/CHCI3, %E are obtained to be 85 for Sm(lll) and 16 for Yb(lll), while using [2,2,2] at pH 5 and 0% n-hexanelchtoroform %E are obtained 91 for Sm (III) and 8,5 for Yb(III). From these experiments, it is concluded that the two lanthanide ions are able to be separated from each other with cryptand [2,2,1] and [2,2,2] using CI- as an ion pair and adjustment of solution's polarity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsyad Hadi Prasetyo
Abstrak :
Penerapan Prinsip Kelaziman dan Kewajaran Usaha dalam pelaporan dokumentasi transfer pricing merupakan konsep utama yang wajib dipatuhi oleh Wajib Pajak serta menjadi pedoman otoritas pajak dalam melakukan pemeriksaan, termasuk atas transaksi afiliasi pembelian komoditas yang dilakukan oleh industri solar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian putusan keberatan dengan Prinsip Kelaziman dan Kewajaran Harga atas sengketa pajak koreksi transfer pricing pembelian barang komoditas solar murni yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang bergerak di industri solar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, riset dokumen, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penerapan Prinsip Kelaziman dan Kewajaran Harga antara otoritas pajak yaitu Pemeriksa Pajak dan Penelaah Keberatan dengan Wajib Pajak PT X, yang mana terdapat kelemahan dalam penerapannya baik dari sisi otoritas pajak maupun Wajib Pajak jika ditinjau dari teori, konsep dan regulasi yang ada. Peneliti menyarankan agar Wajib Pajak yang melakukan transaksi afiliasi pembelian komoditas agar melakukan pengujian kewajaran secara segregasi dengan menggunakan metode Comparable Uncontrolled Price sebagai metode transfer pricing utama di Dokumen Lokal, kemudian dapat melakukan pengujian agregasi dengan menggunakan Transactional Net Margin Method (TNMM) sebagai metode transfer pricing pendukung pada Pengujian Konjungtif. ...... The application of the Arm's Length Principle in the reporting of transfer pricing documentation is the main concept that must be obeyed by the Taxpayer as well as being a guideline for tax authorities in conducting audits, as well as for affiliated commodity purchase transactions conducted by the solar industry. This study aims to analyze the suitability of the objection decision with the Arm's Length Principle of the tax dispute on correction of the transfer pricing of purchases of pure diesel commodity goods carried out by taxpayers engaged in the solar industry. This research uses a qualitative approach with in-depth interview data collection techniques, document research, and literature study. The results showed that there were differences in the application of the Arm's Length Principle between the tax authorities, namely the Tax Auditor and Objection Reviewer with PT X Taxpayers, which each side had weaknesses in their application when viewed from theories, concepts and regulations. The researcher recommends that taxpayers who conduct commodity purchase affiliate transactions carry out segregation comparability test using the Comparable Uncontrolled Price method as the main transfer pricing method in Local Documents, then can do aggregation test using the Transactional Net Margin Method (TNMM) as the transfer pricing method support for Conjunctive Analysis.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Syaiful Anam
Abstrak :
Batubara bitumen adalah salah satu komoditas ekspor non migas unggulan Indonesia. Dalam ekspor-impor antar negara-negara ASEAN tahun 2001, Indonesia adalah eksportir utama dengan volume ekspor sebesar 9,9 juta MT dan memiliki keunggulan kompetitif dengan nilai ekspor sekitar US$ 242 juta. PT. Berkala Internasional adalah perusahaan swasta, bergerak dalam bidang perdagangan dan pertambangan batubara, berskala menengah dan berorientasi ekspor. Tahun 2001 perusahaan telah mampu memproduksi 1,8 juta MT batubara dari tambang Bengkulu dan Kalimantan Selatan. Dari total produksi, sebesar 630.000 MT (35%) diekspor ke Malaysia, Philipina dan Thailand, sedangkan sisanya untuk pasar lokal di Pulau Jawa. Volume ekspor tersebut memenuhi pangsa 6,35% dari total ekspor Indonesia ke ASEAN. Penelitian dilakukan dengan pendekatan metode Evaluasi Faktor Eksternal dan Internal untuk menganalisis beberapa faktor lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi aktivitas bisnis ekspor perusahaan. Selanjutnya dilakukan evaluasi dan penilaian faktor-faktor tersebut dengan pendekatan metode analisis SWOT untuk memperoleh gambaran obyektif tentang peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan evaluasi dan penilaian beberapa faktor internal dapat diketahui kekuatan yang dimiliki yaitu faktor lokasi tambang, ketepatan pengiriman, kapasitas utilitas, pelayanan order, rentabilitas dan Skala ekonomis. Sedangkan faktor keragaman produk, manajemen dan produktivitas sumber daya manusia, pengalaman karyawan serta kebijakan harga adalah kelemahan yang dimiliki perusahaan. Peluang potensial yang dapat dimanfaatkan dengan maksimal adalah terbukanya kawasan perdagangan bebas, perkembangan ekonomi regional, kemajuan di bidang teknologi industri serta kebijakan pemerintah yang kondusif. Sedangkan ancaman yang dihadapi perusahaan adalah faktor tingginya tingkat persaingan atau rivalitas di antara para pesaing industri batubara, kekuatan tawar menawar pihak pembeli dan kekuatan tawar menawar pernasok. Berdasarkan hasil analisis SWOT dapat diidentifikasi dan diketahui posisi bisnis perusahaan saat ini berada pada kuadran I (Growth Oriented Strategy) yangmendukung strategi pertumbuhan agresif dalam kinerja dan produktivitas menyeluruh termasuk, proses produksi, pemasaran, penjualan, pangsa pasar, pendapatan dan keuntungan perusahaan melalui alternatif strategi fokus baik biaya dan diferensiasi; peningkatan dan perluasan kapasitas dan efisiensi produksi; peningkatan dan pengembangan pangsa pasar maupun penetrasi pasar baru; pengembangan diversifikasi dan diferensiasi produk, proses produksi dan pemasaran; serta peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10914
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfi Haris
Abstrak :
Pembangunan ekonomi daerah bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat yang ada di daerah, akan tetapi daerah memiliki kemampuan keuangan dan sumber daya yang terbatas sehingga konsukuensinya pembangunan harus di fokuskan pada sektor sektor yang memiliki keunggulan dan memberikan dampak pengganda (Multiplier effect) yang besar terhadap sektor-sektor lainnya. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi sektor dan subsector yang mempunyai keunggulan kemudian bagiamana sektor /subsector unggulan tersebut dijadikan sebagai sektor/subsector prioritas dalam perencanaan perencanaan pembangunan ekonomi daerah. Metode yang digunakan menggunakan gabungan antara metode LQ yang bertujuan untuk mengetahui sektor/subsector basis dan metode shift share yang bertujuan untuk melihat pola pertumbuhan serta mengetahui sektor sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 7 subsektor unggulan yang tradeable adalah sub sektor subsektor kehutanan, subsektor listrik, perdagangan besar dan eceran, angkutan jalan raya, subsektor industri makanan dan minuman, perkebunan subsektor perbankan. Dari 7 subsektor unggulan terdapat 6 subsektor yang masuk dalam program prioritas pada RPJMD Lampung Utara tahun 2010- 2014 sedangkan 1 subsektor unggulan lainnya tidak masuk RPJMD, Sedangkan yang mendapat dukungan alokasi anggaran terbesar yaitu sub sektor yaitu subsektor jasa pemerintahan lainnya, sub sektor administrasi pemerintahan dan sektor kontruksi sedangkan subsektor unggulan mendapatkan porsi anggaran kurang dari 3 % , sehingga perlu distribusi anggaran yang lebih merata terutama terhadap subsektor unggulan.
Local economic development aims for the welfare of society that existed in the area, but the area has the financial capacity and resources are limited so konsukuensinya development should be focused on those sectors which have advantages and multiplier impacts (multiplier effect) a large effect on other sectors . So the purpose of this study was to identify the sector and subsector that has the advantage then bagiamana sector / subsector is used as a leading sector / subsector priority in the planning of local economic development planning. The method used to use a combination of the LQ method that aims to determine the sector / subsector base and shift share method that aims to look at patterns of growth and to know the sectors that have a competitive advantage. The results showed there were seven sub-sector is leading the tradeable sector sub sub forestry, electricity sub-sector, wholesale and retail trade, road transport, food and beverage industry sub-sectors, the banking sub-sector plantations. Of the seven sub-sectors are seeded into six sub-sectors in the priority programs in North Lampung RPJMD year 2010-2014 while the other leading a sub-sectors not included RPJMD, while receiving the support of the largest budget allocation of sub-sectors, namely other government services sub-sectors, sub sectors of public administration and construction sub-sector while leading a portion of the budget is less than 3%, so it needs a more equitable distribution of the budget, especially to sub-eminent.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30064
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Puspa Restiawan
Abstrak :
Besarnya potensi komoditas nikel di Indonesia menjadikannya salah satu komoditas ekspor terbesar Indonesia. Untuk melakukan optimalisasi atas potensi tersebut pemerintah  memberlakukan kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel mentah, untuk mendukung percepatan hilirisasi dan pertumbuhan industri dalam negeri. Kebijakan tersebut direspon negatif dari pihak Uni Eropa dan dilayangkan gugatan pada World Trade Organization (WTO). Dalam konteks kegiatan ekspor penerapan bea keluar merupakan salah satu alternatif kebijakan yang dapat diimplementasikan, namun hingga saat ini belum terdapat komunikasi yang terintegrasi dalam pemerintah untuk merespon permasalahan tersebut. Berdasarkan pemaparan diperlukan analisis lebih lanjut atas faktor yang berpengaruh terhadap proses formulasi kebijakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis formulasi kebijakan bea keluar nikel ditinjau dari multiple stream theory untuk memaparkan lebih lanjut atas beberapa faktor yang berpengaruh terhadap proses formulasi kebijakan tersebut dengan problem stream, policy stream, dan politics stream. Penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma post positivist dengan pengumpulan data melalui studi lapangan dan kepustakaan. Hasil dari penelitian ini memaparkan bahwa kebijakan bea keluar nikel sudah memiliki urgensi pada problem stream. Pada policy stream, diketahui belum terdapat keterlibatan yang intensif antar pemangku kebijakan. Serta, pada politics stream, pemangku kepentingan memiliki keberpihakan terhadap kondisi industri hilirisasi yang baru saja berkembang. Kebijakan bea keluar memiliki peluang untuk dapat menjadi sumber penerimaan dalam negeri, serta memiliki tantangan dari hadirnya konfontrasi baik dari pelaku industri dan juga WTO sebagaai pihak eksternal. ......The significant potential of nickel commodities in Indonesia makes it one of the country's largest export commodities. To optimize this potential, the government has implemented a policy banning the export of raw nickel ore to support the acceleration of downstream processing and domestic industrial growth. This policy has been met with negative responses from the European Union and resulted in a lawsuit filed at the World Trade Organization (WTO). In the context of export activities, the implementation of export duties is one alternative policy that can be considered. However, to date, there has been no integrated communication within the government to address this issue. Based on this situation, further analysis is required on the factors influencing the policy formulation process. The objective of this research is to analyze the formulation of nickel export duty policy from the perspective of the multiple stream theory, to further elaborate on the various factors affecting this policy formulation process, namely the problem stream, policy stream, and politics stream. This research employs a post-positivist paradigm approach, with data collected through field studies and literature review. The results of this study indicate that the urgency of the nickel export duty policy is evident in the problem stream. In the policy stream, there is a lack of intensive involvement among policymakers. Additionally, in the politics stream, stakeholders show support for the nascent downstream industry. The export duty policy has the potential to become a source of domestic revenue but also faces challenges from confrontations with both industry players and external parties such as the WTO.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library