Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desi Nuraini
"Pekerja kontraktor lepas pantai memiliki risiko tinggi dan pada fase Hook-up, Pre-commissioning dan Commissioning menerapkan sistem daily trip yang mana pekerja menempuh perjalanan dari darat ke laut selama ±2,5 jam tergantung kondisi cuaca. Aktivitas pada fase Hook-up, Pre-commissioning dan Commissioning dengan berbagai karakteristik pekerjaan meliputi pengangkatan, pengelasan dan pengetesan. Perjalanan dan aktivitas tersebut dapat menyebabkan kelelahan. Di PT X sudah terjadi dua kali near miss dan tiga kali property damage dengan akar masalah yang menunjukkan gejala dan efek dari kelelahan. Kelelahan dapat mengurangi kemampuan pengambilan keputusan, keterampilan komunikasi, produktivitas, kewaspadaan, kinerja fisik dan mental serta menurunkan motivasi kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran kelelahan dan mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi kelelahan pekerja kontraktor lepas pantai pada fase Hook-up, Pre-commissioning dan Commissioning. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain studi cross-sectional. Sampel penelitian diambil dari jumlah populasi pekerja kontraktor lepas pantai sebanyak 153 pekerja. Kuesioner Fatigue Assessment Scale (FAS) digunakan untuk mengukur kelelahan subjektif, kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) digunakan untuk mengukur kualitas tidur, kuesioner Sleep Hygiene Index untuk mengukur sleep hygiene dan Pulse Oximeter digunakan untuk mengukur denyut nadi atau detak jantung. Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan kuantitatif, analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Uji statistik menggunakan chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan 5% (CI=95% dan α=5%) dan multivariat regresi logistik. Hasil pengukuran kelelahan secara subjektif menunjukkan 27,5% pekerja mengalami kelelahan sebelum bekerja. Pengukuran kelelahan subjektif setelah bekerja dan pengukuran kelelahan objektif menunjukkan mayoritas pekerja mengalami kelelahan masing-masing sebanyak 53,6% dan 52,9%. Terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi kesehatan, kualitas tidur, sleep hygiene, beban kerja dan desain roster dengan kelelahan subjektif sebelum bekerja (dengan nilai p<0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara usia, status gizi, kualitas tidur, sleep hygiene dan beban kerja dengan kelelahan subjektif setelah bekerja. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia, kondisi kesehatan, waktu tidur, kualitas tidur, sleep hygiene dan beban kerja dengan kelelahan objektif. Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kelelahan pekerja kontraktor lepas pantai yaitu usia, status gizi, kondisi kesehatan, waktu tidur, kualitas tidur, sleep hygiene, beban kerja dan desain roster. Faktor kualitas tidur adalah faktor dominan yang berpeluang mempengaruhi kelelahan subjektif sebelum dan setelah bekerja, sedangkan faktor dominan yang berpeluang mempengaruhi kelelahan objektif yaitu beban kerja.

Offshore contractor workers have high risk and for the phase of hook-up, pre-commissioning and commissioning implementing daily trip system, where workers take trips from onshore to offshore for ±2,5 hours depending on weather conditions. Activities in phase of hook-up, pre-commissioning and commissioning with various characteristics of work including lifting, welding and testing. These trips and activities can cause fatigue. In PT X there have been two near misses and three property damage with root cause that show symptoms and effect of fatigue. Fatigue can reduce decision-making skills, communication skills, productivity, alertness, physical and mental performance and decrease work motivation. Purpose of this research was to overview fatigue and identify what factors affect fatigue of offshore contractor workers in the phase of hook-up, pre-commissioning and commissioning. This research uses observational analytical methods with cross-sectional study design. Research sample taken from offshore contractor workers population as many as 153 workers. Fatigue Assessment Scale (FAS) questionnaire used to measure subjective fatigue, Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire used to measure sleep quality, Sleep Hygiene Index questionnaire used to measure sleep hygiene and Pulse Oximeter used to measure pulse or heart rate. Obtained data are analyzed with quantitative approaches, data analysis using univariate, bivariate and multivariate analysis. Statistical test used chi-square with confidence interval is 95% and error interval is 5% (CI=95% and α=5%) and multivariate logistic regression. Results of subjective fatigue measurement prior work showed that 27,5% workers had fatigue. Subjective fatigue measurement after work and objective fatigue measurement showed that the majority of workers have fatigue each as much as 53,6% and 52,9%. There are significant relationships between health condition, sleep quality, sleep hygiene, workload and roster design with subjective fatigue prior work (with p value<0,05). There are significant relationships between age, nutritional status, sleep quality, sleep hygiene and workload with subjective fatigue after work. There are significant relationships between age, health conditions, sleep quantity, sleep quality, sleep hygiene and workload with objective fatigue. It can be concluded that factors which affect fatigue of offshore contractor workers are age, nutritional status, health conditions, sleep quantity, sleep quality, sleep hygiene, workload and roster design. Sleep quality factor is the dominant factor that has the opportunity to affect subjective fatigue, while the dominant factor that has opportunity to affect objective fatigue is workload."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas ndonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Nursatyani
"ABSTRAK
Industri farmasi memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan terkait dengan produk obat yang dihasilkannya. Industri farmasi berkewajiban menjamin bahwa obat yang dihasilkan harus memiliki khasiat, keamanan dan kualitas yang memenuhi standar yang telah ditetapkan yaitu Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOB . Pemerintah dan industri farmasi bertanggung jawab dalam proses pembuatan obat dengan penerapan CPOB yang dilakukan secara konsisten agar obat yang di hasilkan memiliki kualitas yang baik dan melindungi konsumen. Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker PKPA di PT. AstraZeneca Indonesia merupakan salah satu sarana bagi calon Apoteker mendapatkan ilmu serta pengetahuan secara mendalam tentang penerapan CPOB pada industri farmasi. Calon apoteker diharapkan dapat mengerti peranan, tugas dan tanggung jawab Apoteker di Industri Farmasi. Selain itu, calon apoteker diharapkan memiliki pengetahuan dan pengalaman praktis serta memiliki gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di Industri Farmasi. Calon Apoteker juga diberikan tugas khusus yang berjudul ldquo;Commissioning Testing Alat Thermohygrometer untuk Area Cool Warehouse rdquo;. Tugas khusus ini bertujuan agar calon apoteker dapat mempelajari proses penyiapan dan penyusunan dokumen serta melakukan pengujian commissioning alat Thermohygrometer sebagai rangkaian proses kualifikasi alat di PT. AstraZeneca Indonesia.

ABSTRACT
The pharmaceutical industry has an important role in the health services related with the resulting drug products. The pharmaceutical industry is obliged to guarantee the resulting drug product must have efficacy, safety and quality according to the established standard i.e. Good Manufacturing Product GMP . The government and the pharmaceutical industry are responsible in the drug production process with the application of GMP must be consistently implement in order to produced the drug with good quality and protect the customers. Internship program at PT. AstraZeneca Indonesia was one of the tools for students to gain deep knowledge about the application of GMP in pharmaceutical industry. The students are expected to understand about the role, duties and responsibilities of pharmacist in the pharmaceutical industry. Other than that, the students are ecpected to have practical knowledge and experience with a clear picture of the pharmaceutical work problems in the pharmaceutical industry. Student was also given a special assignment entitled ldquo Commissioning Testing of Thermohygrometer for Cool Warehouse Area rdquo . This special assignment was aim to student to study about the process of preparing up to compiling the document and performing the commissioning protocol of Thermohygrometer as a series of qualification process at PT. AstraZeneca Indonesia."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Ghaisani Syaputri
"ABSTRAK
Proyek Engineering Procurement Construction Commissioning (EPCC) memiliki tahap uji coba untuk mencapai unjuk kinerja yang disyaratkan dalam kontrak sebelum pabrik dapat diserahterimakan ke pemilik. Proyek ini memiliki tantangan yang sangat besar, seperti fase overlaps dan saling ketergantungan antar aktivitas, rincian aktivitas yang sangat akurat, dan ketidakpastian dalam akurasi prediksi yang timbul selama proyek berlangsung. Banyak penjadwalan proyek EPCC tidak selaras dengan jadwal commissioning. Oleh karena itu, pengaturan waktu dan sumber daya menjadi faktor penting dalam keberhasilan penyelesaian commissioning pabrik. Makalah ini bertujuan untuk meminimalkan keterlambatan commissioning melalui peningkatan penjadwalan commissioning pada proyek pabrik industri pengolahan gas dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Critical Path Method (CPM). Metode AHP menghasilkan prioritas sistem commissioning yang kemudian digunakan dalam penjadwalan menggunakan metode CPM. Hasil menunjukkan jadwal commissioning durasi pendek, karena beberapa kegiatan paralel antara pre-commissioning dan konstruksi. Durasi waktu penyelesaian commissioning berkurang dari 309 hari menjadi 293 hari.

ABSTRACT
Engineering Procurement Construction Commissioning (EPCC) project has a trial/testing phase to achieve the performance guarantee required in the contract before the plant handed over to the operator. This project has enormous challenges, such as overlapping phases and interdependencies between activities, very accurate details of activities, and uncertainties in the accuracy of predictions that arise during the project. Many EPCC project scheduling is not aligned with commissioning schedule. Therefore, time and resource arrangements are an important factor in the successful completion of plant commissioning. This paper aims to minimize commissioning delays by increasing commissioning scheduling in gas processing industry plant projects using the Analytical Hierarchy Process (AHP) and Critical Path Method (CPM). AHP method produces a commissioning system priorities, then used in CPM scheduling. The results showed a short duration commissioning schedule, because of some parallel activities between pre-commissioning and construction. The duration of completion commissioning time reduces from 309 days to 293 days."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ispranto Kurnia Adhy
"Pembangkit lislrik panas bumi berkembang pesat pada saat ini, karena merupakan salah satu sumber energi pengganti selain migas. PT XYZ dalam hal ini juga ikut berperan aktif dalam tahapan engineering, procurement, konstruksi industry energi PLTP ini. Dalam kegiatan konstruksi tersebut PT XYZ mempunyai potensi keuntungan maupun resiko kerugian terhadap kegiatan ini. Pada 5 tahun terakhir ini PT XYZ mengalami kerugian akibat kecelakaan pada tahapan commissioning, meskipun hal ini sudah diasuransikan, antara lain data kecelakaan sebagai berikut : a. Kerusakan Furnish pada saat commissioning di proyek Blue Sky Refenery pada tahun 2005 b. Bocomya Reaklor Urea pada saat commissioning di proyek Kujang I B di tahun 2005. c. Pada proyek PLTP Kamojang- 4 terjadi kerusakan pada separator dan pipe line pada tahapan kegiatan commissioning pada tahnn 2007, Dalarn hal iui resiko perusabaau unruk mendapat potensi kerugian dari kegitan commissioning ini cukup besar, jika dilihat darl pengalaman proyek-proyek sebelumnya tahapan commissioning menyumbang banyak kecelakaan yang menimbulkan potensi kerugian pada peruaahaan, meskipun dalam hal ini proteksi kesehatan dan keselamatan kerja melalui process safety management sudah dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan evalusi terhadap process safety management yang digunakan sebagai proteksi terhadap hazards/bahaya-bebeya yang ada pada kegiatan commissioning ini. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas proteksi K3 yang dilakukan untuk menoegah kerugian perusahaan pada tahapan kegiatan commissioning pipa sags pada pembangunan PLTP.

Geothermal power energy rapidly grow in this time because as one of energy source substitution besides oil and the reserve gas is progressively attenuate. PT XYZ in this case also contribute is active in industrial construction of this geothermal power energy. In the activity of construction, PT XYZ have loss risk and also advantage potency to this activity. At 5 the last year PT XYZ experience loss of accident effect at step commissioning, though this thing have been insured, for example accident data as follows : 1. Damage of Funish at commissioning in project of Blue Sky Refenery in 2005 th 2. Damage of area Reactor at commissioning in project ujang I B in 2005 th 3. At project of PLTP Kamojang - 4 happened damage at separator and pipe line atstep of commissioning activities in the year 2007th. Therefore require to be done by evaluation to protection system process safety management (K3) which applied as protection to Hazards on the this commissioning activity. In general purpose of research is to how know big level of protection effectiveness process safety management (K3) which done to prevent loss of company at phases of pipe sags commissioning activities at geothermal power energy development."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20859
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library