Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kharamaria Aninditya Adinatha
Abstrak :
Budaya ditemukan sebagai moderator social loafing, dimana social loafing berkurang atau bahkan hilang di antara orang-orang dengan budaya kolektivisme tetapi tidak untuk orang-orang dari budaya individualistis. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek social loafing saat partisipan dengan budaya kolektivisme berkerjasama dengan partisipan dengan budaya individualistis dalam kelompok melalui tugas kognitif sederhana (membuat daftar nama negara dengan enam huruf atau lebih dalam dua menit). Penelitian ini menggunakan design three-level independent groups dimana 36 mahasiswa (baik orang Indonesia atau orang Australia) ditentukan secara acak untuk bekerja secara individual (coactive) atau dalam kelompok (collective) baik terdiri dari tiga orang Indonesia (collective-Indonesian) atau satu orang Indonesia dan dua orang Australia (collective-mixed). Social loafing adalah variable dependen dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian menemukan bahwa partisipan dalam kondisi coactive secara signifikan membuat daftar nama negara yang lebih panjang dibanding partisipan-partisipan di dua kondisi collective. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara hasil partisipan di kondisi collective-Indonesian dengan partisipan di kondisi collective-mixed. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya tidak mempengaruhi social loafing. Keterbatasan dan saran juga dibahas dalam penelitian ini. ...... Culture has been found to be a moderator of social loafing in which social loafing is reduced or even eliminated among people of collectivistic cultures but not for those of individualistic cultures. This study aimed to examine the effects of social loafing when collectivistic participants work together in a group with participants who are individualistic through a simple cognitive task (listing names of countries with six or more letters in two minutes). A three-level independent-groups design was used where 36 university students (either Indonesian or Australian in ethnicity) were randomly assigned to work individually (coactively) or in groups of three (collectively) either consisting of three Indonesians (collective-Indonesian) or one Indonesian and two Australians (collective-mixed). Social loafing was the dependent variable in the study. Independent-groups t-tests revealed that participants working coactively significantly listed more countries than those working in the two collective conditions. It also revealed that there was no significance difference in the performance of participants in the collective-Indonesian condition compared to those in the collective-mixed condition, suggesting that cultural values do not influence social loafing. Improvements regarding methodological issues have been recommended as well as suggestions for future research.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fatiya Ranu Wardhani
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji urutan perolehan Theory of Mind ToM , serta menguji hubungan antara pengasuhan kolektivitas dengan perolehan ToM pada anak-anak di Bogor, Indonesia. Untuk itu, peneliti akan menguji 100 anak berusia 5-7 tahun 53 laki-laki, 47 perempuan menggunakan Skala ToM Wellman dan Liu 2004 . Orang tua anak juga diminta untuk mengisi self-report pengukuran Skala Pengasuhan Individualitas-Kolektivitas Rudy Grusec, 2001 , untuk melihat hubungan antara pengasuhan kolektivitas dan perolehan ToM anak. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa partisipan anak pada penelitian ini lebih banyak yang menguasai Knowledge Access dibanding Diverse Belief. Hasil tersebut menunjukkan bahwa urutan perolehan ToM anak-anak di Bogor sesuai dengan urutan perolehan ToM anak-anak di negara dengan budaya kolektivitas lain Tiongkok dan Iran . Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengasuhan kolektivitas orang tua memiliki hubungan positif yang signifikan dengan perolehan ToM anak r = .298, p < 0.01 . Selain itu, pengasuhan kolektivitas juga memiliki hubungan yang signifikan dengan perolehan Diverse Desire r = .247, p < 0.01 dan perolehan Knowledge Access anak r = .174, p < 0.05 . Hasil penelitian ini semakin memperkuat dugaan bahwa pengalaman budaya yang diterima anak akan mempengaruhi perkembangan ToM pada anak.
ABSTRACT
This study aims to examine Theory of Mind ToM sequence, and examine the correlation between collectivism parenting with the acquisition of ToM in children in Bogor. 100 children in Bogor, Indonesia age 5 7 years, 53 boys, 47 girls were assessed using the ToM Scale Wellman and Liu 2004 . Parents were also required to complete self report measurements of the Individualism Collectivism Parenting Scale Rudy Grusec, 2001 to see the correlation between collectivism parenting and the acquisition of ToM children. The results of this study indicated that children in Bogor mastered Knowledge Access more than Diverse Belief. It shows that ToM sequence of children in Bogor matched with other collectivism countries sequence Chinese and Iraninan sequence . The results of this study also showed that collectivism parenting had a significant positive correlation with the child rsquo s acquisition of ToM r .298, p
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Salsabila Putri Herfina
Abstrak :
Nilai merupakan tujuan yang bervariasi dalam kepentingannya dan berfungsi sebagai pedoman dalam kehidupan manusia. Sosialisasi budaya pada kehidupan individu juga dapat memengaruhi pemilihan perilaku mereka, serta prioritas nilai yang mungkin terbentuk dalam hidup mereka. Salah satu bentuk orientasi budaya merupakan budaya kolektivisme, dimana individu mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari kelompok dan mengutamakan tujuan kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara nilai dan kolektivisme pada emerging adulthood. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Portrait Value Questionnaire (PVQ)-21 untuk pengukuran nilai dan The Individualism-Collectivism Interpersonal Assessment Inventory (ICIAI) untuk pengukuran kolektivisme. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 258 partisipan emerging adults menggunakan analisis korelasional menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara 9 tipe nilai, yaitu stimulation, hedonism, achievement, power, security, conformity, tradition, benevolence, dan universalism dan empat jenis hubungan kolektivisme, yaitu keluarga, teman dekat, kolega, dan orang yang tidak dikenal, pada emerging adulthood. Adanya korelasi antara nilai dan kolektivisme diharapkan dapat menjadi sarana penanaman nilai yang positif dalam masyarakat untuk pencapaian tujuan bersama yang positif. ......Values are goals that vary in importance and serve as guidelines in human life. Cultural socialization in an individual's life can also influence their choice of behavior, as well as the value priorities that may form in their lives. One form of cultural orientation is collectivism, where individuals identify themselves as part of a group and prioritize group goals. This study aims to see if there is a relationship between values and collectivism in emerging adulthood. The instruments used in this study are the Portrait Value Questionnaire (PVQ)-21 for measuring values and The Individualism-Collectivism Interpersonal Assessment Inventory (ICIAI) for measuring collectivism. The results of a study conducted on 258 emerging adults using correlational analysis showed that there is a significant relationship between 9 types of values, which are stimulation, hedonism, achievement, power, security, conformity, tradition, benevolence, and universalism and four types of collectivism relationships, which are family, close friends, colleagues, and strangers, in emerging adulthood. The correlation between value and collectivism is expected to be a means of instilling positive values in society for the achievement of positive common goals.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This study investigated how managers in Korea and the U.S.A, representing collectivistic and individualistic cultures respectively, differ in their behavioral intentions to take certain actions after their groups have their eta failed to achieve the goals. Based on previous research, it was predicted would take that Korean managers, in contrast with the US managers, would take more responsibility for group failure. A field simulation more persona p methodology was used to test the hypothesized relationships. A simulated incident in a incident of group failure was presented to practicing managers in the subjects were asked Io indicate their behavioral questionnaire. Then intentions. A study of 165 managers suggested that there were cultural differences in managerial responses to group failure. As hypothesized, Korean managers were more likely to claim personal responsibility for group failure, relative to the US managers.
Journal of Population, 10 ( 2) 2004 : 79-88, 2004
JOPO-10-2-2004-79
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Sekarwangi
Abstrak :
Tujuan - Tujuan dari penelitian yang disajikan dalam makalah ini adalah untuk mengisi kesenjangan dalam studi sebelumnya dan melihat apakah pilihan kata-kata yang digunakan oleh pemberontak moral akan mengurangi atau meningkatkan keinginan seseorang untuk memutuskan untuk membeli produk hijau. Selain itu, bagaimana budaya individualis dan kolektivis memoderasi hubungan antara dua variabel. Metodologi - Proses pengumpulan data akan dilakukan melalui survei Qualtrics, yang nantinya didistribusikan kepada responden Indonesia dan Belanda. Setelah mengumpulkan data, saya berhasil mengumpulkan 147 responden dan menjalankan regresi untuk menguji hipotesis. Temuan - Dalam makalah penelitian ini, saya tidak dapat menemukan dukungan untuk kedua hipotesis. Namun, saya menemukan bahwa ada beberapa alasan mengapa orang akan bereaksi berbeda ketika mereka dihadapkan dengan pemberontak moral yang menggunakan pernyataan bermuatan moral. Saya juga menemukan pembenaran terhadap fakta bahwa meskipun seseorang berasal dari budaya kolektivis, mereka masih memikirkan kepentingan mereka sendiri daripada pendapat kelompok. Orisinalitas – Tulisan ini mencoba mengisi kekosongan yang ada dalam literatur masa lalu dengan melihat bagaimana pemberontak moral dapat mempengaruhi niat seseorang untuk membeli produk hijau dan juga dengan menambahkan budaya kolektivis vs individualis sebagai moderator. ......Purpose - The objective of the study presented in this paper is to fill the gap in the past studies and see whether the choice of words used by moral rebels will decrease or increase one's desire to decide to purchase green products. Moreover, how individualist and collectivist cultures moderate the relation between the two variables. Methodology - The process of data collection will be conducted through a Qualtrics survey, which later on distributed to Indonesian and Dutch respondents. After collecting the data, I managed to gather 147 respondents and run a regression to test the hypothesis. Findings - In this research paper, I wasn’t able to find support for both hypotheses. However, I found that there are several reasons why people would react differently when they are faced with moral rebels that use morally charged statements. Also, I found a justification for the fact that even though someone comes from a collectivist culture, they still think about their own interest instead of the group’s opinion. Originality - This paper tried to fill in the gap that exists in the past literature by looking at how moral rebels can affect someone's intention to purchase green products and also by adding the collectivist vs individualist culture as the moderator.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library