Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Rochani
"Adanya inequality of opportunity dan persistensi antargenerasi, menjadi ketertarikan bagi peneliti untuk meneliti mobilitas intergenerational dalam pendapatan maupun pendidikan. Namun belum banyak yang meneliti intergenerational pada kemampuan kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kemampuan kognitif anak dengan kemampuan kognitif orangtua, dengan variabel karkteristik rumah tangga sebagai variabel kontrol. Dengan menggunakan data IFLS5, hasil penelitian menunjukkan terdapat intergenerational kemampuan kognitif antara anak dengan orangtua. Faktor yang menunjukkan hubungan yang kuat yaitu pendidikan dan nutrisi. Sementara hubungan interaksi antara kedua orangtua dan anak, serta adanya perbedaan pandangan anak terhadap role model orangtua, penelitian ini menemukan bahwa kemampuan kognitif anak perempuan berhubungan dengan kemampuan kognitif ayah, sementara kemampuan kognitif anak laki-laki berhubungan dengan kemampuan kognitif ibu.

The existence of intergenerational transmission of inequality and its persistence became an interest for many researchers with abundant research in terms of intergenerational mobility in income and education. But not many have examined intergenerational cognitive abilities. This study aims to see the association between cognitive ability of children with parental cognitive abilities, controlling for household background. Using the IFLS5 data, it shows there is an intergenerational cognitive between the child and the parents. Where factors indicate a strong relationship is education and nutrition. Meanwhile the interaction relationship between both parents and children, as well as differences on the role model of their parents, this study found that cognitive of daughters are associated with father 39 s cognitive abilities, while cognitive ability of son is associated with mother rsquo's cognitive ability.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T49850
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Dea Pramaputri
"Setiap tenaga kerja membawa kemampuan yang unik ke pasar tenaga kerja, tetapi kemampuan tersebut mungkin telah terbentuk sejak masa kecil. Maka, penguasaan kemampuan kognitif pada masa kecil dianggap berkontribusi dalam mencapai penghasilan yang lebih tinggi di masa depan. Anak-anak Indonesia, akan tetapi, mencetak performa yang relatif rendah dalam berbagai penilaian yang terstandardisasi. Padahal, sebagian besar anak-anak tersebut akan menjadi tenaga kerja nasional di masa depan. Penelitian ini mengangkat isu tersebut dengan menguji pengaruh kemampuan kognitif masa kecil terhadap pendapatan tenaga kerja di Indonesia, dengan menggunakan data dari IFLS3 dan IFLS5 pada model seleksi Heckman.
Studi menemukan inteligensi pada masa kecil memiliki pengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap pendapatan. Selain itu, besar efeknya agak lebih tinggi daripada besarnya efek inteligensi saat dewasa terhadap pendapatan. Kemampuan matematika masa kecil juga berpengaruh, meski terbatas, untuk meningkatkan kesempatan memperoleh pendapatan karena bekerja. Oleh sebab itu, studi ini dapat menyimpulkan bahwa kemampuan kognitif masa kecil dapat berkontribusi pada kesuksesan masa depan di pasar tenaga kerja.

Every workforce brings a unique set of abilities to the labor market, but those abilities may have emerged ever since childhood. Mastery of cognitive ability at childhood, thus, has been considered to contribute to achieving higher earnings in the future. Indonesia rsquo s children, however, score a relatively low performance in various standardized assessments. Whereas, a majority of the children will become the nations workforce of the future. This study takes up the issue by examining the effect of childhood cognitive ability on earnings of workforces in Indonesia, using data from IFLS3 and IFLS5 on the Heckman selection model.
The study finds childhood general intellect has a statistically significant and positive effect on earnings. Furthermore, its effect magnitude is slightly higher than the magnitude of the effect of adulthood general intellect on earnings. Childhood mathematics ability also contributes, yet limited, to increase the chances of obtaining earnings because of working, while adulthood mathematics ability does not. Therefore, the study may infer that childhood cognitive ability contributes to future success in the labor market.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Putera
"Tidak bisa dipungkiri kemampuan kognitif merupakan modal dasar bagi anak-anak dalam berproduktivitas dan melakukan kegiatan sehari-hari. Pandangan pembentukan dan perkembangan kognitif anak sering hanya dilihat dari sudut pandang institusi pendidikan dan sebagai satu-satunya tempat dalam membentuk kognitif anak. Padahal, dalam perkembangan kognitif anak, institusi keluarga yaitu orang tua memiliki peran vital sebagai orang pertama yang dikenali dan dipercayai oleh anaknya sehingga analisis apakah orang tua berpengaruh dalam pembentukan dan perkembangan kognitif anak perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari apakah ada pengaruh waktu orang tua (ayah dan ibu) dalam bermain dan berinteraksi dengan anaknya terhadap perkembangan kognitif anak. Penelitian ini menemukan hasil bahwa waktu ayah ataupun ibu bermain dan berinteraksi dengan anaknya sama-sama mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap perkembangan kognitif anak di usia dini. Akan tetapi, ketika anak sudah beranjak remaja, waktu ayah ataupun ibu bermain dan berinteraksi dengan anaknya sudah tidak mempunyai pengaruh lagi. Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa investasi rumah tangga yaitu waktu ayah dan waktu ibu vital pada anak berusia dini dan kecil dalam perkembangan kognitifnya.

It is undeniable that cognitive abilities are the basic capital for children in productivity and doing daily activities. The view of the formation and cognitive development of children is often only seen from the perspective of educational institutions and as the only place in shaping children's cognitive. In fact, in the cognitive development of children, family institutions, namely parents, have a vital role as the first person to be recognized and trusted by their children, so an analysis of whether parents are influential in the formation and cognitive development of children needs to be done. This study aims to study whether there is an influence of parents' time (father and mother) in playing and interacting with their children on children's cognitive development. This research found that father and mother playing and interacting with their children both had a significant positive effect on children's cognitive development at an early age. However, when the child is a teenager, when the father or mother play and interact with their children have no influence anymore. Thus, this shows that household investment, namely father's time and mother's time is vital in early and small children in their cognitive development."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Anwar
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran analisis hubungan dukungan sosial dan olahraga terhadap kemampuan kognitif lanjut usia, menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional, dengan jumlah responden 133 lansia yang ada di PSTW Budi Mulia DKI Jakarta. Varibel pengaruh dalam penelitian ini adalah dukungan sosial dan olahraga, varibel terpengaruh dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif, sedangkan varibel confounding (usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan). Hasil penelitian mendapatkan hubungan dukungan sosial dan olahraga terhadap kemampuan kognitif bermakna, analisis menggunakan analisis bivariat (chi square) dengan alfa (<0,005) menunjukkan ada hubungan dukungan sosial dengan kemampuan kognitif (p value = 0,000) dan hubungan olahraga dengan kemampuan kognitif (p value = 0,001 ) Pada analisis regresi logistik hubungan dukungan sosial dan olahraga terhadap kemampuan kognitif dengan variabel confounding (umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan) menunjukkan bahwa lansia yang mendapatkan dukungan sosial baik berpeluang memiliki kemampuan kognitif yang baik 3,25 kali CI (95% ; 1,486 - 7,114) dibandingkan lansia yang mendapatkan dukungan sosial kurang setelah dikontrol varibel jenis kelamin, lansia yang melakukan kegiatan olahraga berpeluang 2.47 kali memiliki kemampuan kognitif CI (95%: 1,072 - 5,700) dibandingkan lansia yang kurang melakukan kegiatan olahraga setelah dikontrol varibel Jenis kelamin. Faktor yang paling dominan adalah dukungan sosial terhadap kemampuan kognitif. Dampak penelitian ini diharapkan kepada lansia untuk selalu beraktivitas dengan membaca, berolahraga dan kegiatan sosial lainnya sehingga kemampuan kognitif dapat dipertahankan.

The goal of this research is to describe relation analyze between social support and exercise with cognitive ability of older adult. Research design is descriptive correlation with cross-sectional approach. Number respondent are 133 older adult in Budi Mulia is nursing home Jakarta. Independent variables in this research are social support and exercise, dependent variable is cognitive ability, and confounding variable are ages, sex, and education level. The result of this research is a meaningful relation between social support & exercise with cognitive ability. This research uses bivarian analyze (chi square) with alfa (<0,005) describe the relation between social support with cognitive ability (p value = 0,000) and relation between exercise with cognitive ability (p value =0,002). In regretion logistic analysis the relation social support and exercise to cognitive ability with confounding variable (ages, sex, and education level) describe that older adults with good social support have good cognitive ability 3,25 times CI (95% ; 1,486 - 7,114), from older adult with less social support after controlled by sex variable. Older adults which doing good exercise have cognitive ability 2,47 times CI (95 % : 1,072 - 5,700) from older adults with less exercise after controlled by sex. The dominant factor is social support to cognitive ability, the impact of this research is to encourage older adult to always have activity like read, exercise & other social activities so their cognitive ability can be maintenance."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T17460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Ramadhany
"Penelitian ini bertujuan untuk  mengidentifikasi hubungan perilaku mengkonsumsi ikan terhadap kemampuan kognitif anak berusia 7-14 tahun dengan data yang diperoleh dari Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI) tahun 2014. Hasil uji regresi logistik biner menunjukkan bahwa perilaku mengkonsumsi ikan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemampuan kognitif. Begitu juga dengan variabel kontrolnya, yaitu stunting, pendidikan prasekolah, status bersekolah, pendidikan Ibu, dan daerah tempat tinggal, sedangkan pengeluaran per kapita tidak memiliki hubungan terhadap kemampuan kognitif. Hasil serupa ditunjukkan ketika dilakukan uji regresi logistik berdasar subgroup kelompok usia 7-12 tahun. Namun hasil berbeda terjadi pada kelompok usia 13-14 tahun, dimana variabel stunting, dan daerah tempat tinggal tidak mempunyai hubungan terhadap kemampuan kognitif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin sering anak mengkonsumsi ikan, maka peluang untuk mempunyai kemampuan kognitif tinggi semakin meningkat.

This study aims to identify the relationship of fish consumption behavior and its effect on cognitive abilities of children aged 7-14 years with data obtained from the 2014 Indonesian Family Life Survey (IFLS). The results of binary logistic regression tests indicate that fish consumption behavior has a significant relationship to cognitive ability. Also the control variables, namely stunting, early childhood education, schooling status, mother's education, and residential area, while per capita expenditure has no relationship to cognitive abilities. Similar results were shown when a logistic regression test was based on a subgroup of 7-12 years age group. However, different results occur in the age group 13-14 years, stunting and residential area does not have a relationship to cognitive abilities. The results of this study indicate that the more often children consume fish, the more opportunities to have high cognitive abilities."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willbert Nielson
"Latar Belakang: Prevalensi Stunting di Indonesia masih lebih tinggi dari yang ditetapkan oleh WHO. Stunting menyebabkan defisit pertumbuhan fisik anak untuk usianya, serta defisit kinerja kognitif dan akademik jangka pendek maupun jangka Panjang. Telah dilaporkan adanya hubungan antara kondisi stunting dengan penurunan kadar IGF-1, serta hubungan antara kadar IGF-1 dengan perkembangan kognitif. Pengukuran kadar IGF-1 yang dikaitkan dengan pertumbuhan dan perkembangan lazim dilakukan pada IGF-1 darah. Diketahui bahwa saliva mengandung biomarker yang terkandung di dalam darah, termasuk IGF-1, dalam kuantitas yang jauh lebih rendah. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar IGF-1 saliva dengan kemampuan kognitif dan status gizi stunting pada anak-anak usia 6-8 tahun. Metode: Sampel saliva merupakan sediaan biologis tersimpan dari penelitian tahun 2019 pada populasi siswa/i sekolah dasar (SD) kelas 1-2 Kecamatan Nangapanda, Ende, Nusa Tenggara Timur yang telah dikelompokan berdasarkan status gizi stunting dan normal. Sampel saliva diuji menggunakan Bradford assay untuk melihat jumlah total proteinnya, setelah itu sampel diuji menggunakan ELISA kit human IGF-1 untuk melihat kadar IGF-1. Perkembangan kognitif dinilai berdasarkan skor Raven’s Colored Progressive Matrices. Analisis data menggunakan SPSS. Hasil: Dalam penelitian ini, total protein saliva anak normal 824,47 mg/ml dan pada anak stunting 879,45 mg/ml. Kadar IGF-1 saliva anak normal 7,50 ng/ml dan pada anak stunting 5,64 ng/ml. tidak berbeda bermakna. Proporsi IGF-1 terhadap total protein anak normal 1,04×10-2 dan pada anak stunting 8,96×10-3. Tidak ada perbedaan signifikan proposi kadar IGF-1 saliva antara anak normal dan stunting (p>0,05), dan antara skor perkembangan kognitif anak normal 4,53 dan pada anak stunting 3,04. Korelasi antara variabel adalah sebagai berikut: korelasi positif sangat lemah antar kadar IGF-1 dengan status gizi (r=0,147), korelasi positif sangat lemah antar skor perkembangan kognitif dengan status gizi (r=0,192), tidak ada korelasi antar kadar IGF-1 dengan skor perkembangan kognitif (r=-0,034). Kesimpulan: Pada anak stunting usia 6-8 tahun yang kadar IGF-1 saliva dan perkembangan kognitifnya tidak berbeda bermakna dengan anak normal, masih terlihat bahwa kondisi stunting berhubungan dengan penurunan kognitif, dan bahwa penurunan kadar IGF-1 saliva dapat mengindikasikan kondisi stunting tetapi tidak berhubungan dengan penurunan perkembangan kognitifnya.

Background: The prevalence of Stunting in Indonesia is still higher than what had been determined by WHO. In addition to a deficit in a child's stature for their age, stunting has also been associated with short- and long-term deficit in cognitive and academic performance. It had been reported that there were corelations between stunting with decreased IGF-1 level and cognitive impairment. The measurement of IGF-1 level in these studies were taken from blood. Saliva contains significantly lower concentration of biomarkers that are present in blood. Objective: Analyzing the relationship between salivary IGF-1 levels with cognitive abilities and nutritional status in stunted children aged 6-8 years. Method: Saliva were taken from stored biological specimen derived from a research in 2019 at students grades 1-2 elementary schools in Nangapanda, Ende, East Nusa Tenggara, and then grouped based on stunting and normal nutritional status. Saliva samples were tested using the Bradford assay to measure the total amount of protein, the levels of IGF-1 were tested using the human IGF-1 ELISA. The cognitive development scores were measured using Raven Colored Progressive Matrices. The data were analyzed using SPSS. Result: In this study, total protein in normal children 824,47 mg/ml and in stunted children 879,45 mg/ml. Salivary IGF-1 levels in normal children 7,50 ng/ml and in stunted children 5,64 ng/ml. Proportion Salivary IGF-1 to total protein in normal children 1,04×10-2 and in stunted children 8,96×10-3. There was no significant difference between normal and stunted children. Cognitive development scores in normal children 4,53 and in stunted children 3,04. The correlations between variables were as follows: very weak positive correlation between IGF-1 levels and nutritional status (r=0.147), very weak positive correlation between cognitive development scores and nutritional status (r = 0.192), no correlation between IGF-1 levels and cognitive development scores (r = - 0.034). Conclusion: In stunted children aged 6-8 years whose salivary IGF-1 levels and cognitive development score were not significantly different from normal children, there was still an indication that stunting was associated with cognitive decline, and that a decrease in salivary IGF-1 levels could develop stunting conditions but was not associated with decline in cognitive development."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library