Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reynaldi Alvandry
Abstrak :
Mobilitas masyarakat perkotaan yang tinggi menyebabkan tumbuhnya kebutuhan akan tempat untuk melepas penat. Kedai kopi dianggap sesuai dengan tren dan gaya hidup masyarakat perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakteristik lokasi kedai kopi dan preferensi pengunjung kedai kopi. Preferensi dapat terbentuk berdasarkan persepsi terhadap kedai kopi, atribut-atribut kedai kopi, dan motivasi kunjungan. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian adalah analisis spasial dengan metode deskriptif berdasarkan hasil penyebaran kuisioner kepada pengunjung. Hasil yang diperoleh adalah setiap kedai kopi memiliki karakteristik lokasi yang beragam. Pengunjung dengan motivasi sosial lebih memilih kedai kopi dengan site yang mendorong terjadinya interaksi sosial yang lebih tinggi. Pengunjung dengan motivasi mental dan motivasi fisik lebih memilih kedai kopi dengan site yang mendorong terjadinya interaksi sosial yang lebih rendah. Pengunjung dengan motivasi intelektual dan status lebih memilih kedai kopi berdasarkan faktor-faktor di luar karakteristik lokasi. Pengunjung dengan frekuensi kunjungan yang semakin tinggi dan durasi yang semain lama lebih memilih kedai kopi dengan site yang mendorong terjadinya interaksi sosial yang lebih rendah. ...... High mobility in urban communities raise a growing need for a place to unwind. Coffee shops are considered in accordance with the trends and lifestyles of urban communities. Each visitor has a different reason in choosing a coffee shop, and which coffee shop which more preferred. This study aims to determine the characteristics of the location of a coffee shop and a visitor's preferences coffee shop. Preferences can be formed based on the perception of the coffee shop, the attributes of the coffee shop, and motivation of the visitor. The method used to achieve the purpose of the research is descriptive spatial analysis method based on the results of questionnaires to visitors. The results obtained every coffee shop has the characteristics of diverse locations. Visitors with a social motivation prefer a coffee shop with a site that encourage a higher social interaction. Visitors with mental motivation and physical motivation prefers coffee shop with a site that encourage a lower social interaction. Visitors with intellectual motivation and status prefers coffee shop based on factors beyond the characteristics of the location. Visitors with a higher frequency of visits and longer duration prefer a coffee shop with a site that encourage a lower social interaction.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63745
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Coffee shop saat ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk menikmati kopi, tetapi telah menjadi tempat bersosialisasi, hiburan dan produktivitas. Beberapa pengunjung coffee shop memiliki kecenderungan untuk beraktivitas dan menghabiskan waktu di coffee shop secara berkala, sehingga secara tidak sadar penggunaan ruang yang berulang dapat menciptakan keterikatan emosi pada tempat (place attachment). Penelitian ini membahas tentang tingkat keterikatan terhadap ruang antara responden laki-laki dan perempuan di coffee shop. Metode penelitian pendekatan kualitatif survey dengan menyebarkan kuisioner kepada 36 orang pengunjung coffee shop, menggunakan metode analisis uji beda rata-rata dua sampel independen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keterikatan terhadap ruang di Roemah kopi tergolong dalam kategori sedang dan hasil hipotesa tidak terbukti karena tidak terdapat perbedaan tingkat keterikatan antara responden laki-laki dan perempuan. Penelitian ini memberikan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang place attachment pada ruang publik.
JSIO 14:3 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Putri Ananta Poli
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui transformasi tempat pada rumah yang menjadi coffee shop di Kota Manado. Dari tujuan tersebut, memunculkan pertanyaan tentang bagaimana transformasi tempat pada rumah yang menjadi coffee shop. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuisioner daring pada 39 responden yang diolah menggunakan analisis kualitatif. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa rumah sebagai first place dengan fungsi domestik, berubah penggunaan ruangnya menjadi third place, yaitu tempat untuk berinteraksi sosial. Perubahan tempat ini didorong oleh keinginan orang untuk bekerja di luar rumah saat pandemi. Selain kegiatan domestik, juga terjadi kegiatan produksi dan berkumpul yang menjadi karakter dari second dan third place. Kegiatan yang terjadi pada waktu dan tempat yang bersamaan, pada akhirnya menciptakan tempat baru di dalam rumah, yaitu fourth place. Penelitian ini kemudian bisa menjadi masukan bagi pembuat kebijakan untuk meninjau kembali kebijakan perkotaan dalam bidang perumahan dan permukiman agar penggunaan ruang di rumah dapat dimaksimalkan dengan baik. ......The purpose of this study was to determine the transformation of the place in the house into a coffee shop in Manado City. From this goal, it raises the question of how to transform a place in a house into a coffee shop. The study was conducted using an online questionnaire on 39 respondents who were processed using qualitative analysis. The findings in this study indicate that the house as the first place with a domestic function, changes its use of space into a third place, which is a place for social interaction. This change of place is driven by people's desire to work outside the home during the pandemic. In addition to domestic activities, there are also production and gathering activities which are the characteristics of the second and third places. Activities that occur at the same time and place, ultimately create a new place in the house, namely the fourth place. This research can then be input for policy makers to review urban policies in the housing and settlements sector so that the use of space at home can be maximized properly.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Suryo Bhuwono Winarso
Abstrak :
Banyaknya para pemain bisnis kedai kopi dalam skala mikro membentuk satu kelemahan dari strategi “red ocean” yaitu “persaingan pasar dagang sangat sengit dan rumit”. Kelemahan dari strategi “red ocean” mengakibatkan beberapa pemilik usaha bisnis kedai kopi tersebut mengambil keputusan yaitu menjual kopi dengan harga yang terjangkau. Keputusan tersebut berpengaruh terhadap barista seperti: penurunan gaji pokok barista, tunjangan dan bonus yang minim, serta tidak ada upah insentif. Penurunan tersebut dinilai mampu menyebabkan kerentanan terhadap profesi barista. Studi ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi terhadap kondisi kerentanan yang terjadi terhadap profesi barista berdasarkan pengalaman kerja serta melakukan eksplorasi terhadap konteks yang melatarbelakangi terjadinya kerentanan tersebut. Penelitian dilakukan dengan mempelajari pengalaman hidup yang didapatkan dengan melakukan wawancara secara mendalam dan bersifat semi-terstruktur terhadap 12 barista dalam rentang waktu 1-2 bulan. Penelitian juga dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap pemilik kedai kopi sebagai uji keabsahan data. Penelitian tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisis tematik. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan: (1) kerentanan yang disebabkan dari pekerjaan, (2) kerentanan yang disebabkan oleh lingkungan sosial, dan (3) kerentanan yang disebabkan oleh perspektif barista dalam melihat karier kedepan. ......The large number of coffee shop business players on a micro scale forms one weakness of the "red ocean" strategy, namely "trade market competition is very fierce and complicated". The weakness of the "red ocean" strategy resulted in some coffee shop business owners making decisions by selling coffee at affordable prices. The decision affected baristas such as: lowering barista's salary, allowances and bonuses with minimum standard, and no incentive pay. The decrease is considered to be able to cause precarious to the barista profession. This study aims to explore the conditions of precarious that occur to the barista profession based on work experience and explore the context in which this precarious occurs. The research was conducted by studying the lived experiences obtained by conducting in-depth, semi-structured interviews with 12 baristas over a period of 1-2 months. The research was also conducted by interviewing coffee shop business owners as a test of data validity. The research was analyzed by using thematic analysis. This research resulted in several findings: (1) precarious caused by work, (2) precarious caused by the social environment, and (3) precarious caused by barista’s perspectives on future careers.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Pratama Putra
Abstrak :
ABSTRAK
Third place adalah tempat pemenuh kebutuhan dan aktivitas komplementer di luar first place dan second place. Seiring perkembangan zaman, teknologi dan informasi semakin mudah diakses. Hal tersebut berdampak terhadap bagaimana gaya bekerja zaman sekarang. Third place yang awalnya merupakan tempat berkumpul untuk melepas lelah dan stress serta bersosialisasi, hadir sebagai pilihan tempat untuk bekerja. Skripsi ini bertujuan untuk mengkaji mengapa fenomena pemanfaatan coffee shop sebagai tempat kerja dapat terjadi, dan faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap fenomena tersebut. Dari kajian teori serta studi kasus yang dilakukan pada coffee shop yang ada di kawasan Jakarta Selatan, terlihat bahwa pengunjung memperlakukan coffee shop sebagaimana fungsi third place. Namun, sebagian pengunjung yang datang ke coffee shop mendapatkan experience yang memberikan meaning bahwa tempat tersebut dapat dimanfaatkan sebagai tempat kerja. Untuk menjawabnya, dilakukan pengamatan terhadap elemen ruang maupun non-ruang dari coffee shop yang membuktikan kondisinya sebagai third place sekaligus melihat pemanfaatnya sebagai tempat kerja.
ABSTRACT
Third place is a place which fulfills complementary needs and activities beyond the first place and second place. As time progressed, technology and information have became more accessible. It has a significant impact on today rsquo s working ethic. Third place which was originally a place to gather, relieve stress and also socialize, presents as an option of workplace. This thesis aims to examine why the phenomenon of utilizing coffee shop as a workplace occurs and what factors affecting the phenomenon. Through the literatures and case studies conducted on coffee shops around South Jakarta, it appears that the users treat coffee shop the way a third place should be. However, some of them get experience which gives meaning of coffee shop as a workplace. Responding the phenomenon, it is necessary to observe the spatial and also non spatial elements that prove the condition of coffee shop as a third place and at same time seeing it as a workplace.
2017
S67972
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alief Sulthan Jordan
Abstrak :
Karakteristik Tempat dan Konsumen saling berkaitan satu sama lain yang dengan mengetahui karakteristik tempat maka akan mengenal apa yang terdapat di tempat coffee shop tersebut yang utamanya diketahui adalah fasilitas, suasana, produk, harga, promosi, dan ruang interior yang mempunyai fungsi untuk memahami apa yang diwujudkan oleh coffee shop. Objek penelitian yang dijadikan unit analisis adalah Dua Coffee Bintaro Sektor 3A, Tomoro Coffee Bintaro Sektor 5, Bajawa Kopi Flores Bintaro Sektor 7, dan Bakoel Koffie Bintaro Sektor 7. Untuk mengerjakan hal tersebut, maka penting untuk memahami pustakanya secara geografi. Untuk menganalisis penelitian skripsi ini diketahui pustaka yang paling baik adalah dengan memahami sejarah coffee shop dengan variasinya, perkembangan di dalam & luar negeri serta memahami variabel penelitian. Variabel yang dipilih adalah site & situation dengan komponen gabungannya site adalah bauran pemasaran sebagai cara/taktik agar mendapati data yang mau dikerjakan pada karakteristik tempat dan variabel geografi, demografi, dan motivasi konsumen yang variabelnya adalah fisik, sosial, status, intelektual, dan mental untuk karakteristik konsumen. Penelitian ini dibuat secara deskriptif kualitatif yang disertai data tambahan atau pendukung secara survey utamanya untuk memahami karakteristik konsumen sehingga hasil yang didapatkan komprehensif. Oleh karena itu, dibuatkan Peta Wilayah di Kawasan Bintaro Jaya agar memahami kependudukan, penggunaan tanah, dan jaringan jalan yang terbentuk utamanya untuk Sektor 3A, 5 dan 7. Hasil penelitian yang didapatkan adalah secara site konsumen yang didapatkan pada Kawasan Bintaro Jaya di keempat coffee shop, faktor suasana yang paling berpengaruh kepada konsumen dalam pemilihan coffee shop, sedangkan secara situation konsumen factor yang paling berpengaruh adalah kondisi lingkungan di sekitar coffee shop dan jaringan jalan. Sedangkan motivasi konsumen yang terbentuk adalah motivasi sosial merupakan motivasi utama konsumen berkunjung di suatu coffee shop baik itu untuk pertemuan, perjanjian, maupun perkenalan yang lebih banyak ditujukan kepada terjadinya interaksi sosial. Kemudian keterkaitannya adalah dengan karakteristik tempat yang disertai dengan suasana yang kuat dengan motivasi sosial yang kuat maka akan tericpta ulasan konsumen yang baik sehingga potensi pertumbuhan lokasi coffee shop di Bintaro Jaya akan semakin tumbuh. ......The characteristics of the place and the consumer are related to each other. By knowing the characteristics of the place, you will know what is in the coffee shop. The main things to know are the facilities, atmosphere, product, price, promotion, and interior space which has the function of understanding what the coffee shop embodies. The research objects used as the unit of analysis are Dua Coffee Bintaro Sector 3A, Tomoro Coffee Bintaro Sector 5, Bajawa Kopi Flores Bintaro Sector 7, and Bakoel Koffie Bintaro Sector 7. To do this, it is important to understand the literature geographically. To analyze this thesis research it is known that the best literature is understanding the history of coffee shops with their variations, developments at home & abroad and understanding research variables. The selected variables are site & situation with the combined components site being the marketing mix as a method/tactic for obtaining data to be worked on on the characteristics of the place and the geographic, demographic and motivational variables of the consumers whose variables are physical, social, status, intellectual and mental for the characteristics of the consumers. This research was made in a qualitative descriptive manner accompanied by additional or supporting data in a survey primarily to understand consumer characteristics so that the results obtained were comprehensive. Therefore, a Map of the Area in the Bintaro Jaya Region was made in order to understand population, land use, and the road network that was formed mainly for Sectors 3A, 5 and 7. The research results obtained were from a consumer site obtained in the Bintaro Jaya Area in the four coffee shops, the atmosphere factor that most influenced consumers in choosing a coffee shop, while in terms of consumer the most influential factor was the environmental conditions around the coffee shop and the road network. Meanwhile, the consumer motivation that is formed is social motivation which is the main motivation for consumers to visit a coffee shop, be it for meetings, agreements, or introductions that are more aimed at the occurrence of social interaction. Then the relationship is with the characteristics of the place which is accompanied by a strong atmosphere with strong social motivation so that good consumer reviews will be created so that the growth potential for coffee shop locations in Bintaro Jaya will grow even more.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donatella Rara Wulandari Sekar Arum Putriyanti
Abstrak :
Kopikabana Coffee and Kitchen didirikan oleh PT Sahitya Nusa Boga pada tahun 2018. Kafe dengan tema tropical yang terletak di kawasan strategis Sagan, Yogyakarta ini melakukan soft opening sejak 8 September 2018. Kopikabana merupakan challenger brand yang bersaing dengan ribuan kafe dan kedai kopi lainnya di Yogyakarta. Setelah melakukan evaluasi selama enam bulan beroperasi, Kopikabana hanya dapat mencapai sekitar 80% dari target penjualannya, dan banyak konsumen potensial yang belum aware terhadap brand, terutama di kalangan komunitas dan wisatawan di kota Yogyakarta. Solusi dari permasalahan ini adalah dengan menggunakan perencanaan pemasaran digital yang bertujuan untuk meningkatkan brand awareness kepada konsumen potensial, serta meningkatkan brand affinity di antara konsumen saat ini. Khalayak sasaran untuk program pemasaran digital Kopikabana melibatkan millennial dengan jangka usia 21-35 tahun yang berdomisili di daerah kota Yogyakarta, kabupaten Sleman, dan daerah sekitarnya. Big Idea yang akan diangkat dalam program ini yakni "a blend of colorful moments and comforting space" yang didukung oleh tagline "gather around and comfort yourself at Kopikabana" Dengan menggunakan empat tahapan yakni Attraction, Curiosity, Commitment, Affection (ACCA) yang melibatkan enam media digital, program pemasaran digital ini akan dilaksanakan selama enam bulan sejak September 2019 hingga Februari 2020 dengan total anggaran sebesar Rp 23.496.500,00. ...... Kopikabana Coffee and Kitchen was founded by PT Sahitya Nusa Boga in 2018. A café with a thematic tropical theme is located in Sagan, the heart of Yogyakarta, and has made it's soft opening on September 8th, 2018. Kopikabana is a challenger brand which compete with thousands of other cafes and coffee shop in Yogyakarta. An evaluation shown that after being operated for six months, Kopikabana can only reach around 80% of it's sales target, and many are still unaware of the brand, including the potential consumer which involves community and travellers in Yogyakarata city. According to the situation, a solution offered by implementing a digital marketing plan, which aims to increase brand awareness to potential consumer and increase brand affinity among current consumers. The target audience involved millennial aged 21-35 years old, who lived in Yogyakarta city, Sleman district, and surrounding areas. This program use "a blend of colorful moments and comforting space" as a big idea, and supported by "gather around and comfort yourself at Kopikabana" as a tagline. By using four stages of ACCA: Attraction, Curiosity, Commitment, Affection which involves six digital media, this digital marketing program will be held for six months from September 2019 to February 2020 with a total of budget of Rp 23.496.500,00.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marella Ekaputri Muslich
Abstrak :
Kopi di Indonesia merupakan sebuah komoditas yang memiliki sejarah panjang dan perkembangan industri yang menjanjikan dari segi produksi hingga perkembangan dalam bisnis pengolahan kopi. Perkembangan ini didorong oleh meningkatnya dukungan dari pemerintah, dan adanya penetrasi gelombang budaya kopi baru yaitu first, second, dan third wave coffee. Masuknya gelombang budaya tersebut, khususnya third wave coffee, berpengaruh terhadap menjamurnya usaha kedai kopi di Indonesia dan berubahnya budaya konsumsi kopi pada masyarakat yang mendorong jumlah konsumsi kopi yang semakin bertambah. Banyak jenis usaha kedai kopi di Indonesia yang semakin beragam, menyebabkan sempitnya kesempatan untuk mendatangkan inovasi yang menarik perhatian dan kepedulian masyarakat. Kopi Tuli merupakan salah satu usaha bisnis kedai kopi baru yang bergabung ke dalam industri sebagai social entrepreneur dengan fokus mengangkat isu mengenai disabilitas tuli. Melalui bisnisnya, Kopi Tuli berusaha menawarkan value proposition sosialnya dalam bentuk keunikan pengalaman berinteraksi dengan bahasa isyarat dalam kedai kopi. Permasalahan dialami Kopi Tuli dalam kegiatan pemasaran dan promosinya yang kurang optimal, menyebabkan lemahnya posisi dan kurangnya pemahaman konsumennya. Tujuan Meningkatkan brand equity dengan memperkuat positioning yang dapat berimplikasi pada loyalitas konsumen terhadap brand. Strategi Program ini mengangkat big idea brewing stories through gestures yang akan dilaksanakan melalui empat tahapan brand resonance model yaitu salience, performance & imagery, judgements & feelings, dan resonance. Kegiatan pemasaran dan promosi akan melibatkan lima elemen promosi IMC yang pemilihan medianya disesuaikan dengan karakteristik pesan dan khalayak sasaran, serta pencapaian tujuan meningkatkam brand equity.
Situation Analysis As a commodity, coffee in Indonesia had a long history and has a promising growth in the industry from its production number and its business aspect. The growth is influenced by the increasing support from the government, and the new waves of coffee culture which are called the first, second, and third wave coffee. The third wave coffee notably creates a trend that had an effect to the immense growth of coffee shop businesses, and to the culture of drinking coffee itself. Coffee shops are getting increasingly diverse, and that limits the opportunity for businesses to create innovations that would catch the audiences attention. Kopi Tuli is joining the coffee industry as a social entrepreneur that is trying to create a larger employment opportunity for Indonesian deaf communities. Kopi Tuli is offering their social value proposition that is a unique coffee shop experience by interacting using sign language. The problem that Kopi Tuli is facing are their poor marketing and promotional activities effectiveness, that causes the weakness of their position and their consumer narrow understanding towards the brand. Objective Strengthening brand equity through strong positioning, that can impact consumer loyalty. Strategy The programs marketing and promotional activities are derived from the big idea brewing stories through gestures. It will be executed through the four steps of brand resonance model (salience, performance & imagery, judgements & feelings, and resonance), using five promotional elements of IMC which includes communication channels that are suited for the targeted audience and the program objective of strengthening its brand equity. Targeted Audience Geographic Resides/study/work around Limo, Pancoran, Mampang Prapatan, dan Pasar Minggu Demographic Men & women, 18-25 years old, SES A-B, Scholars/University Students/First jobber. Psychographic According to the VALS Framework, the audience that this program is targeting are categorized as: Innovators Experiencers Behavioral Their visits to coffee shops are motivated by the need to socialize. Actively searching for a place that offers a unique experience. Actively using social media.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Gavriel Harazaki
Abstrak :
Kopi telah memiliki sejarah panjang dalam masyarakat Indonesia dan terus berperan besar dalam masyarakat setempat. Konsumsi kopi telah menjadi gaya hidup yang berkembang dari generasi ke generasi dan menjadi peluang bisnis yang besar bagi banyak orang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki bagaimana bahasa Inggris dikomodifikasikan dalam konteks kedai kopi di Bandung, Indonesia karena bahasa Inggris telah menjadi salah satu bahasa utama di era globalisasi. Penelitian metode campuran dilakukan dengan menggunakan penelitian lanskap linguistik menu di layanan pesan-antar makanan online untuk kedai kopi. Ditemukan bahwa bahasa Inggris secara menyeluruh dikomodifikasikan melalui penggunaan Fetish Linguistik, Global Englishes, Arus Transkultural, dan McDonald-isasi. Kedai kopi di Bandung telah menggunakan bahasa Inggris untuk menciptakan persepsi keaslian dan kualitas yang lebih tinggi untuk membenarkan produknya yang lebih mahal. Apalagi bahasa Inggris telah menjadi bahasa yang paling dominan dalam industri kopi Indonesia dan telah meminggirkan bahasa daerah Indonesia melalui imperialisme linguistik. ......Coffee has had a long history in Indonesian society and continues to play a big role in the local community. The consumption of coffee has been an evolving lifestyle for generations and become a great business opportunity for many. The intention of this research would be to investigate how English has been commodified in the context of coffee shops in Bandung, Indonesia as English has been one of the main languages of the globalization era. The mixed method research was done using the linguistics landscape research of menus in online food delivery service for coffee shops. It was found that English is thoroughly commodified through means of utilizing Linguistic Fetish, Global Englishes, Transcultural Flows, and McDonaldization. Coffee shops in Bandung have used English to create a perception of authenticity and higher quality to justify its more expensive products. Moreover, English has become the most dominant language in the coffee industry of Indonesia and has marginalized Indonesian local languages through linguistic imperialism.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Juanita
Abstrak :
Penelitian dengan objek gambar papan menu coffee shop yang berbasis tulisan dengan latar papan warna hitam dan tulisan putih dilakukan dengan menggunakan alat EyeLink II Head Fixed Eye-Tracker. Pergerakan pupil mata selama melihat papan menu saat eksperimen direkam oleh eye-tracker dan dihasilkan data berupa fiksasi, saccades, durasi fiksasi, perpindahan fiksasi mata, dll. Dari data yang diperoleh, akan dilakukan pengolahan data untuk menghasilkan fixation map dan laporan lainnya dan kemudian hasil akan dianalisis. Hasil akhir penelitian ini mendapatkan sebuah pola pembacaan dan juga daerah strategis pada papan menu coffee shop. ......A study of coffee shop?s menu board as the object was done using Eyelink II Head Fixed Eye-Tracker. The menu board is the one that is display written menu (white on black) and no picture. Behavior of seeing such display that is represented by the pupil movement is recorded by eye-tracker and then generate various data, such as: fixation data, saccades data, fixation duration, eye movement path, etc. Further data processing is done to generate fixation map and other reports. Analysis is done based on fixation map result and data generated by eye-tracker. The final output from this study includes information about how is the reading pattern, and the most attractive interest area in the menu board.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S162
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>