Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sabila Nabila Pristi
Abstrak :
Metode standar saat ini yang digunakan untuk plugging and abandonment P A pada sumur minyak dan gas yang akan ditinggalkan adalah dengan menyambungkan waduk dari permukaan dengan semen. Namun, ada kendala yang harus diatasi yaitu: semen cenderung retak dan tidak rata. Bentonit adalah bahan penyegel alternatif untuk sumur minyak dan gas bumi karena memiliki sifat penggembungan dan penyembuhan sendiri yang unik. Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh perlakuan salinitas dan perlakuan kimia terhadap kekuatan steker bentonit yang terhidrasi untuk menyumbat sumur minyak dan gas dalam operasi P A . Hasilnya adalah karena konsentrasi saline meningkat, maka kinerja penggembungan bentonit terhidrasi menurunkan kekuatan steker, karena adanya kation yang bisa saling bertukar. PH cairan hidrasi juga merupakan fungsi yang kuat dari salinitas. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk memvalidasi penambahan biosida dan inhibitor yang mampu memberikan perlindungan terhadap potensi korosi pada casing.
The current standard method used for plugging and abandonment P A in oil and gas wells is to plug the reservoir from the surface with cement. However, there are limitations that the industry needs to overcome cement is prone to cracking and unsealing. Bentonite is an alternative sealing material for oil and gas wells because it has unique properties of swelling and self healing. The aim of this project is to evaluate the effect of salinity and the chemical treatments toward the hydrated bentonite plug strength for plugging CSG wells in P A operations. The results were as the saline concentration increases, the swelling performance of the hydrated bentonite decreases the strength of the plug, due to the presence of exchangeable cations. The pH of the hydration fluid is also a strong function of the salinity. Further investigation is still needed to validate the addition of biocide and inhibitor able to provide protection for any potential corrosion to the casing.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Putri Indriani
Abstrak :
Laju angkat busa Foam lift adalah suatu metode alternatif yang digunakan untuk mengangkat cairan dewatering pada sumur Coal Seam Gas CSG. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi kapasitas angkat dari foam dengan konsentrasi garam dan partikel yang berbeda-beda untuk mengangkat cairan air, pada suatu kondisi dimana ada atau tidak adanya surfaktan. Sebagai pilot proyek sebuah kolom berskala panjang 4,3 meter dengan diameter 5 cm digunakan untuk menstimulasi sumur CSG. Contoh foam dibuat sebanyak 2 Liter L dengan berbagai komposisi yang terdiri dari 0.05-0.3 M garam sebagian besar NaCl dan 7-35 g/L partikel sebagian besar lempung dengan laju alir gas yang bervariasi dari 30-65 Liter per menit. Kapasitas angkat foam terhadap cairan sangat berkaitan dengan kemampuan untuk membentuk foam foamability, dengan kata lain semakin tinggi foamability, maka semakin besar kapasitas daya angkatnya. Surfaktan mempunyai kapasitas angkat yang lebih tinggi daripada air. Penambahan NaCL dengan rentang konsentrasi tertentu transisi konsentrasi dari 0.05-0.1 M dapat meningkatkan daya angkat. Adanya partikel dapat sedikit meningkatkan kapasitas angkat, tetapi, dapat menurunkan konsentrasi tertentu. Kestabilan foam dapat mengangkat partikel sampai ke permukaan sumur, yang mana juga memperbaiki waktu pakai dari pompa down hole pump yang digunakan untuk proses dewatering. Secara keseluruhan, kombinasi yang sesuai antara surfaktan, garam dan partikel dapat secara nyata meningkatkan daya angkat cairan, yang dapat menunjukkan potensi dari pemakaian atau aplikasi foam dalam industri CSG.
Foam lift is an alternative way used for liquid unloading dewatering in Coal Seam Gas CSG wells. This study aims to evaluate liquid lifting capacity of foams at different concentrations of salt and particles, in the absence and presence of surfactant. A pilot scale column of 4.3 m long and 5 cm in diameter was used to simulate a CSG well. 2 L of samples of different compositions were prepared with 0.05 ndash 0.3 M of salt mainly NaCl and 7 35 g L of particles mainly clays and gas flow rates varied from 30 to 65 L min. The liquid lifting capacity of foam can be interrelated to foamability, in the sense that the higher the foam formation, the greater the lifting capacity. The surfactant solutions provided significantly higher lifting capacity compared to water. Addition of NaCl improved lifting capacity at a particular range of concentration transition concentration from 0.05 to 0.1M. Particles were found to slightly improve the lifting capacity, however, lowered it above a particular concentration. Stable foams can lift the particles up to the surface, which improves the runtime of down hole pumps used for well dewatering. Overall, the appropriate combination of surfactant, salt, and particles can significantly improve liquid lifting, demonstrating the potential application of foams in CSG industry.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Hastari
Abstrak :
Data 3D post-stack Lapangan Spinel diinversikan dengan tujuan mengestimasi nilai impedansi akustik pada zona Patchawarra Coal Seam Gas. Teori mengenai inversi model-based dianalisa sebagai satu-satunya metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan maksud mengidentifikasi keberadaan dan kemenerusan zona Coal Seam Gas. Hasil dari inversi model-based menunjukkan bahwa zona Patchawarra Coal Seam Gas yang paling tebal dapat diidentifikasi. Meskipun terdapat sifat band-limited dari data seismik yang digunakan dan juga hasil inversi yang tidak mampu mengidentifikasi tiap-tiap sub-zona dari Pathcawarra Coal Seam Gas, estimasi parameter tersebut dapat cukup meyakinkan. Impedansi akustik hasil inversi menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan impedansi akustik hasil perhitungan data log yang menunjukkan 3000 - 4000 (m/s)(g/cc). Hasil inversi menunjukkan bahwa anomali impedansi akustik yang sangat rendah (6000 - 7000) (m/s)(g/cc) yang mana hal ini menunjukkan keberadaan reservoir. Anomali impedansi akustik ini terpusat pada sekitar sumur Udacha dan Middleton di barat sampai selatan dari daerah penelitian. Sementara itu kontinuitas dari Coal Seam Gas yang paling tebal ini mulai tak terlihat pada seikitar sumur Tennyson. Struktur anticlinal faulted pada barat laut - tenggara diinterpretasikan dapat mempengaruhi kontinuitas Coal Seam Gas yang paling tebal ini meskipun secara tidak langsung, misalnya keberadaan bidang patahan yang kemudian menyebabkan erosi permukaan. ......The 3D post-stack data of Spinel Field were inverted to estimate the acoustic impedance of the Patchawarra Coal Seam Gas zones. The theory of model-based inversion is reviewed as the only method that had been used in this research in order to identify the Coal Seam Gas zones. The model-based inversion result shows that the thickest zone of Patchawarra Coal Seam Gas could be identified. While the band-limited nature of the seismic data and the resulting inversion does not resolve each sub-zone of the Patchawarra Coal Seam Gas, the parameter estimation appears to be quite reliable. The inversion result gave the higher acoustic impedance compares to the computed impedance in log data which shows 3000 - 4000 (m/s)(g/cc). The inversion result shows the low acoustic impedance anomaly (6000 - 7000 (m/s)(g/cc)), which is associated with reservoir. The low impedance anomaly allocated around Udacha and Middleton wells in the west to south of the research area, while the continuity of the thickest Coal Seam Gas disappeared around the Tennyson well. The interpreted northwest - southeast anticlinal faulted structures might affect the continuity of the thickest Coal Seam Gas indirectly, such as eroded surface caused by that fault plane.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1429
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfira Ariani
Abstrak :
Kebutuhan akan dilakukannya operasi penutupan sumur minyak dan gas termasuk sangat penting ketika sumur- sumur tersebut dianggap tidak lagi produktif dan layak ekonomi. Pada saat ini, semen adalah material penutup yang masih sangat umum digunakan dalam perihal operasi penutupan sumur. Namun, proses tersebut menjadi sangat terbatas mengingat akan harga semen yang terbilang mahal serta sifatnya yang berkecerendungan untuk menyusut dalam bentuk dan memiliki resiko untuk meretak dalam beberapa kondisi tertentu. Proyek penelitian ini bertujuan akhir untuk menghasilkan teknik penutupan sumur yang lebih layak ekonomi dan lebih efektif dengan melakukan evaluasi bentonit sebagai bahan alternatifnya. Bentonit memiliki kemampuan tinggi dalam hal penyegelan mengingat kemampuannya yang dapat melebar dalam bentuk dibawah proses hidrasi. Selain itu, bentonit yang terhidrasi berkecerendungan untuk membentuk kembali ke bentuk awalnya dan menyembuhkan dirinya sendiri dibawah gerakan permukaan. Jumlah sumur-sumur di masa depan yang dipastikan akan semakin banyak jelas membutuhkan proses penutupan, jika tidak, mereka akan menimbulkan ancaman berat untuk pelestarian bumi. Sebagai contoh, ribuan sumur gas lapisan batubara yang terletak di Queensland, Australia saat ini sangat diperlukan untuk segera ditutup. Proses penutupan sumur yang lebih layak ekonomi penting untuk dipertimbangkan mengingat akan adanya sedikit biaya sulit dalam statistik sumur gas lapisan batubara di Australia. Namun, pengubahan peraturan akan proses penutupan sumur di Queensland akan membutuhkan otorisasi legislatif, yang antara lain telah dilakukan lebih awal oleh beberapa negara-negara bagian di Amerika Serikat. Penyelidikan teoritis dan eksperimental dilakukan dalam proyek ini, yang antara lain terdiri atas studi literatur guna mendukung pengumpulan data-data, dan pekerjaan laboratorium dalam pengujian material bentonit dengan membuat demonstrasi atas kemampuan penyegelannya dalam berbagai kondisi yang bervariasi.
The requirement of conducting plug and abandonment P A operations for such oil and gas wells are important when these wells are considered to be no longer productive and economic viable. Currently, cement is the sealing material that has been commonly used in plugging operations. However, the process become limited as cement is considered to be expensive and has a tendency to shrink, as well as at a risk to crack under several conditions. This project consists research aimed at producing an economical and effective technique of P A operations by evaluating bentonite as the alternative material for plugging wells. Bentonite performs superior sealing ability due to its swelling and expanding behaviour throughout hydration process. Besides, a hydrated bentonite plug also prone to reshape itself or likely to self heal under subsurface movements. There are a growing and undetermined number of wells in the future that required to be plugged, or else it will pose severe threats to the earth's conservation. For instance, there are thousands of coal seam gas wells in Queensland that will be necessary to be plugged and abandoned by time. It is important to consider the importance of having an economic viable process of plug and abandonment process, since there is a slight hard cost statistic in Australian coal seam gas wells. However, it will require legislative authorization in changing the regulatory to plug wells with bentonite in Queensland, which has been don earlier in several states of USA. Theoretical and experimental investigation was conducted in this project which includes the performance of literature study to support the assemble of property database, as well as laboratory work in testing bentonite plug to create a demonstration of bentonite plugging ability under various conditions.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67193
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library