Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Zen Allantany
Abstrak :
Prof Dr Mayling Oey pernah menegaskan bahwa Jakarta adalah kota yang dibangun oleh kaum pendatang. Orang Betawi pun yang biasanya dianggap sebagai penduduk asli Jakarta juga sebenarnya adalah keturunan dari percampuran para pendatang Bugis, migran Bali dengan orang Mardika yang berasal dari India Timur. Kekerasan antar etnis yang pemah terjadi di Jakarta biasanya melibatkan sesama pendatang suku-suku keras dan panas maupun antara kelompok pendatang tertentu dengan Kaum Betawi. Pertenlangan yang melibatkan orang Betawi biasanya disebabkan oleh pelanggaran hukum perjanjian jual beli tanah atau sewa-menyewa nimmah ataupun sikap-sikap dan tindakan kasar-agresif dari suku pendatang tertentu. Di lain pihak, setiap benturan antar-etnis pendatang kelas bawah hampir selalu disebabkan karena perebutan kapling pekerjaan. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian Kualitatif - Diskriptif yang marimba menggambarkan sebuah kasus konflik yang melibatkan antar etnis yang terjadi di Ujung Menteng pada tanggal 26 Pebruari sampai 1 Maret 2002 dan di Pasar Kramat Jati pada tanggal 24 Pebruari 2002. Untuk pengumpulan data melalui Wawancara mendalam, Observasi, Dokumentasi, Studi Kepustakaan. Dalam kerangka teon menjelaskan konflik secara komperhensip. Bahwa konflik adalah sebuah keharusan dalam setiap ada pola hubungan antar manusia atau kelompok. Temuan yang dihasilkan adalah, bahwa konflik yang terjadi antara Madura dengan Banten di pasar Kramat Jati dan Madura dengan Betawi di Ujung Menteng bukanlah konflik yang didasarkan atas agama, maka konfliknya cepat bisa meredah. Lain dengan konflik yang ada unsur agama, maka bisa sangat lama dan susah untuk damai. Antara Banten dan Madura mempunyai sifat yang hampir sama sama keras, akan tetapi dalam konflik cepat bisa mereda karena didasarkan persamaan agama yang dianut. Temuan lain dalam penelitian ini adalah, bahwa ketimpangan sosial yang ada ditengah masyarakat dapat menimbulkan konflik. Secara garis besar, struktur anatomi sebab-musabab kekerasan etnis di Jakarta. terdiri dari empat kelompok faktor, yaitu: Pertama, kelompok faktor pendukung; Kedua, kelompok faktor penyebab utama; Ketiga, kelompok faktor sumbu; dan Keempat, kelompok. faktor pemicu. Bila suatu kekerasan etnis telah berkecamuk maka urutan langkah penyelesaiannya adalah baru dimulai dengan penangkapan dan penghukuman para provokator. Bila pihak kepolisian telah berhasil melakukan hal ini dan selanjutnya dapat mengendalikan keamanan di wilayah konflik, maka langkah selanjutnya adalah meredakan sentimen etnis. Upaya ini dapat diusahakan oleh pemimpin dari pihak-pihak yang bertikai, pertama secara formal prosedural yang diikuti dengan langkah konkret secara substansial.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14398
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Wirawan
Abstrak :
Fenomena iklim skala global seperti ENSO (El Nino South Oscilation), yang berpusat di Lautan Pasifik bagian tengah dan timur sekitar ekuator (daerah pusat ENSO), dapat mempengaruhi fenomena cuaca lain seperti skala regional dan skala lokal di Indonesia, karena letak Indonesia yang berdekatan dengan daerah pusat ENSO. Selain El Nino yang membawa pengaruh terhadap iktim kering di sebagian besar wilayah Indonesia, maka La Nina cenderung membawa pengaruh tertiadap kenaikan jumlah curah hujan di Indonesia terutama Sumatera, Jawa dan Kalimantan. La Nina yang ditandai dengan turunnya temperatur muka perairan di daerah pusat ENSO hingga 60Celcius dari normalnya, menyebabkan perubahan sirkulasi atmosfer di sekitarnya, untuk wilayah Indonesia akan menyebabkan meningkatnya aktifitas awan hujan. Penelitian mi bermaksud untuk mengetahul kenaikan curah hujan akibat pengaruh La Nina periode April- September di pantai Utara Jawa bagian barat pada tahun 1961 —1990, dimana periode La Nina diidentifikasi dengan menggunakan parameter Indeks Osilasi Se!atan (lOS) clan Suhu muka Laut (SML), yang disesuaikan untuk melihat selisih kenaikan curah hujan pada 6 bulan tersebut. Hash penelitian menunjukkan adanya indikasi perubahan curah hujan buanan pada saat La Nina, dibandingkan kondisi normalnya. Dimana kenaikan tertinggi terjadi di bagian timur wilayah penelitian, selanjutnya ke arah barat menunjukkan pola unrnhJtnang.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Hisar
Abstrak :
Masyarakat Batak (Toba) menganut sistem kekerabatan patrilinial, artinya garis keturunan dalam keluarga ditentukan menurut garis bapak (laki-laki). Sistem garis keturunan tersebut menempatkan laki-laki lebih utama dibandingkan perempuan. Pengutamaan laki-laki dibanding perempuan membawa banyak konsekuensi bagi laki-laki maupun perempuan, misalnya, bila laki-laki adalah ahli waris, maka perempuan bukan ahli waris walaupun perempuan memperoleh bagian dari harta warisan orangtuanya. Kekristenan Barat yang dibawa penginjil Jermar~ (RMG) ke tanah Batak juga kekristenan yang patriarki. Perjalanan panjang Gereja HKBP sebagai gereja telah menempatkan perempuan pada posisi dan peran pinggiran raja. Oleh karena itu, bagaimanakah kedudukan perempuan dalam masyarakat Batak dan Gereja Huria Kristen Batak Pinatas tan (HKBP)? Pandangan gereja (tradisional) telah menempatkan perempuan sebagai pendamping bagi laki-laki. Tetapi ketika diterapkan dalam realitas sosial sehari-hari terjadi perbedaan dalam menafsirkan anti "pendamping yang sepadan". Perbedaan tafsiran tersebut berdarnpak luas dan memasuki setiap segmen kehidupan relasi antara perempuan dan laki-laki. Akibat yang terlihat adalah tersubordinasinya perempuan bila dibandingkan dengan laki-laki. Kenyataan seperti itu telah mendarong para pemikir dan teolog Kristen untuk mencari jawaban terhadap tersubordinasinya perempuan dalam gereja. Ternyata gerakan tersebut telah melahirkan teologi feminis. Teologi feminis berangkat dari asumsi bahwa pengalaman perempuan juga sah dalam menafsirkan kepercayaan dan iman yang diyakininya. Oleh karena itu, teologi feminis menawarkan suatu cara baru dalam berteologi. Pengakuan terhadap adanya perbedaan antara pengalaman perempuan dan laki-laki meng haruskan adanya mediate penelitian yang berbeda dengan apa yang biasanya dipakai. Oleh karena itu, dalam hal ini telah dipakai metode penelitian kualitatif dengan perspektif wanita. Dengan metode penelitian ini diharapkan pemahaman terhadap perempuan yang menjadi subyek penelitian dapat didengar dan pengalaman, pandangan serta harapanharapan mereka akan terungkap lebih jelas. Penelusuran kedudukan dan peran perempuan Batak (Toba) Kristen anggota Gereja HKBP memberikan gambaran bahwa kedudukan dan perannya dipengaruhi aleh sistem nilai (ideologi) dan stereotip jender yang berlaku di masyarakat Batak (Toba). Ideologi (sistem nilai) dan stereotip jender yang berlaku terbentuk sebagai hasil tarik-menarik dari kekuatan sosial budaya pada masyarakat Batak (Toba). Bahwa tata aturan rumah tangga Batak (Toba) yang patriarkat mempunyai implikasi sosial, politik, hukum, dan religius. Perlu upaya yang serius dan berkesinambungan untuk melakukan perubahanperubahan yang mendasar dalam menciptakan kemitrasejajaran antara perempuan dan laki-laki dalam Gereja HKBP.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andin Andiyasari
Abstrak :
Pengalaman tertekan dengan perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses akulturasi didefinisikan sebagai acculturative stress (Berry dalam Organista, Chun, & Marin, 1998). Acculturative stress tergantung pada sejumlah faktor-faktor perantara, termasuk diantaranya adalah karakter kelompok dominan, strategi akulturasi yang dilakukan kelompok minoritas, bentuk-bentuk akulturasi yang dialami, kondisi demografi, sosial, serta karakteristik psikologis dari kelompok maupun anggota kelompok. Masing-masing faktor ini dapat mempengaruhi level acculturative stress (Berry dalam Organista, Chun & Maria, 1998). Faktor-faktor perantara yang lain adalah bagaimana kelompok dominan menggunakan pengaruh-pengaruhnya pada proses akulturasi dan tingkat pluralisme dalam masyarakat (Murphy, 1965 dalam Berry, 1989). Acculturative stress merupakan konsekuensi dari proses akulturasi, tetapi kemungkinan terjadinya dapat berkurang secara signifikan jika partisipasi dalam masyarakat dan pertahanan kultur yang diwariskan didukung oleh kebijakan dan praktek di dalam masyarakat. Acculturative stress juga diketahui berdampak pada tingkat personal, beberapa diantaranya adalah menurunnya kesehatan (fisik, sosial, dan psikologis), menurunnya tingkat motivasi, perasaan terasing, dan meningkatnya penyimpangan sosial. Etnis Cina di Jakarta sebagai etnis minoritas tennasuk salah satu etnis yang mengalami proses akulturasi. Bagaimana accullurative stress terjadi pada etnis Cina di Jakarta merupakan pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Model konseptual yang diuji didasarkan pada model Liebkind (1996), yaitu `Migration Contigencies and Acculturative Stress'. Model ini merupakan modifikasi dari teori acculturative stress Berry (1992) dan Beyser (1991). Pengujian model konseptual menggunakan teknik Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan program LISREL. Model ini terdiri dari satu variabel exogeneous (diskriminasi) dan tiga variabel endogeneous (tingkat akulturasi, identitas etnis, dan acculturative stress). Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner self-report yang terdiri dari tujuh instrumen (perceived discrimination, reaksi emosional alas racial discrimination, tingkat akulturasi, identitas etnis, perceived stress, dan Chinese Depressive Symptom). Sebanyak 313 kuesioner yang dapat dianalisis dari 360 kuesioner yang disebar secara proporsional berdasarkan penyebaran populasi etnis Cina di lima wilayah di DKI Jakarta. Dari pengujian diketahui bahwa model konseptual yang diadaptasi dari "Migration Contigencies and Acculturative Stress" Liebkind yang meramalkan acculturative stress pada kelompok etnis minoritas, dalam hal ini kelompok etnis Cina di Jakarta, ternyata terbukti signifikan secara statistik. Goodness of Fit yang diperoleh adalah Chi square (x') =6.62, DF=5, pada p-value=0.23, RMSEA=0.032, GPI=0.99, CF1=1.00, dan NFI=0.99 menunjukkan bahwa data fit dengan model. Dengan demikian acculturative stress dapat diramalkan melalui variabel diskriminasi, akulturasi, dan identitas etnis. Dari pengujian model, didapat hubungan langsung yang positif antara diskriminasi dan acculturative stress. Hal ini berarti semakin individu merasakan diskriminasi semakin tinggi acculturative stress-nya. identitas etnis menjadi variabel tidak langsung dari pengaruh diskriminasi terhadap acculturative stress. Dengan adanya perantara identitas etnis maka pengaruh diskriminasi terhadap acculturative stress menjadi lebih kecil. Terdapat hubungan tidak langsung antara diskriminasi dan acculturative stress melalui perantara akulturasi dan identitas etnis. Variabel identitas etnis memberikan pengaruh yang lebih besar bila dibandingkan variabel akulturasi_ Disamping itu, terbukti signifikan adanya hubungan langsung yang positif antara low self-esteem dengan acculturative stress. Pengujian model juga membuktikan adanya perbedaan model acculturative stress berdasarkan gender. Pada perempuan, acculturative stress dipengaruhi secara langsung oleh diskriminasi dan terdapat pengaruh tidak langsung diskriminasi terhadap acculturative stress melalui identitas etnis. Pada laki-Iaki diskriminasi berpengaruh langsung terhadap acculturative stress, namun tidak terdapat pengaruh tidak langsung dari identitas etnis. Demikian jugs pada pengujian model acculturative stress berdasarkan identifikasi etnis (Tionghoa keturunan, Tionghoa Indonesia, dan Orang Indonesia) terdapat hubungan langsung antara diskriminasi dengan acculturative stress, namun tidak terdapat pengaruh identitas etnis sebagai variabel perantara dari diskriminasi terhadap acculturative stress.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronny Roy Semali
Abstrak :

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengendalian strategi terhadap implementasi strategi yang dijalankan oleh Catholic Relief Services (CRS) Indonesia dengan menggunakan konsep four levers of control. Metode penelitian yang digunakan adalah melakukan observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Kegiatan observasi dilakukan dengan terlibat langsung dalam aktivitas perusahaan yang diteliti untuk mengetahui data dan informasi yang relevan dalam penelitian. Kegiatan wawancara dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh pemahaman yang lebih rinci mengenai kondisi implementasi strategi CRS Indonesia. Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca jurnal dan buku literatur yang membahas mengenai pengendalian strategi dengan menggunakan konsep Four Levers of Control. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menerapkan belief systems harus dibuat misi, nilai-nilai dasar dan visi baru serta perlu menyelaraskan antara misi individu dengan misi organisasi dengan cara mengakomodir career path bagi karyawannya, khususnya karyawan level bawah. Selanjutnya untuk boundary systems, implementasi yang dilakukan oleh CRS Indonesia sudah cukup baik. Kemudian dalam diagnostic control systems, CRS Indonesia harus menerapkan action control berupa pengendalian deteksi dan pengendalian preventif dan result control. Dalam diagnostic control systems ini, penelitian ini juga mengajukan usulan peta strategi dan Balance Scorecard yang sebelumnya tidak diterapkan oleh CRS Indonesia. Selanjutnya dalam interactive control systems, CRS Indonesia harus merubah budaya organisasi agar terjadi debat dan dialog sehingga interactive control systems dapat berfungsi. CRS Indonesia juga harus meningkatkan profesionalismenya agar dapat bersaing dengan organisasi-organisasi nirlaba internasional lainnya.


The purpose of this study is to analyze the implementation of the four levers of control concept in Catholic Relief Services (CRS) Indonesia. This research is conducted by literature study and field study method. The research methods used are observation, interview and literature study. Observation activity is conducted by involved directly in the activities of organization studied to determine the data and information that are relevant in the study. Interviews activity is conducted to gain a more detailed understanding the conditions of the CRS Indonesia’s strategy implementation. Literature study is conducted by reading the journal and literature book that discusses the strategy control using concept of Four Levers of Control. The result shows that, in implementing belief systems, CRS Indonesia must create new mission, core values and vision, and align individual mission with organization mission by accommodating career path for employees, especially for lower level employees. In boundary systems, CRS Indonesia is necessary to keep the CRS Indonesia operation corridors and CRS Indonesia’s employees need to not violate business conduct boundaries that have been established by the organization. For diagnostic control systems, CRS Indonesia should apply the action control in the form of detection and preventive control, and result control. In the diagnostic control systems, this research proposes a strategy map and Balance Scorecard that is not implemented by CRS Indonesia. Later, in interactive systems, CRS Indonesia should facilitate the input of bottom level employees to top management into a debate and dialogue with organizational cultural changes. CRS Indonesia also should enhance its professionalism in order to compete with other international non-profit organizations.

2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahyang Ika Leni Wijayani
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap kualitas laba dan moderasi budaya perusahaan terhadap efektivitas pengendalian internal ke kualitas laba. Efektivitas pengendalian internal dihitung dengan skoring 5 komponen pengendalian internal berdasarkan illustrative tools COSO (2012). Budaya perusahaan dihitung dengan text analysis 4 elemen budaya menurut Cameron et al. (2006) menggunakan bag of words yang dikembangkan Fiordelisi dan Ricci (2014). Pengujian hipotesis dengan regresi data panel 188 sampel perusahaan listed di BEI tahun 2011-2013 (564 observasi). Hasil penelitian menunjukkan pengendalian internal yang efektif akan meningkatkan kualitas laba. Jenis budaya hierarchy terbukti dapat memperkuat pengaruh efektivitas pengendalian internal dalam meningkatkan kualitas laba.
The objective of this research is to examine the effect of internal control to earnings quality. We examine the effect of corporate culture as a moderating variable to the effect of internal control to earnings quality. The internal control will be measured with five elements of internal control based on COSO?s illustrative tools. Text analysis is a method that used to measure corporate culture based on four cultures dimension by Cameron et al. (2006) with bag of words by Fiordelisi and Ricci (2014). Based on 188 companies that are listed in Indonesia`s Stock Exchange (BEI) from 2011 to 2013 (564 observations), the empirical study with panel data regression shows that the effectivity of internal control can increase the earnings quality. The hierarchy culture (control-oriented) can moderate the effectivity of internal control to earnings quality.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Hanggar Arniati
Abstrak :
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tipe dominant organizational culture terhadap knowledge creation yang dimediasi oleh organizational commitment. Pengukuran variabel organizational culture akan dilakukan menggunakan alat ukur OCAI dari Cameron dan Quinn (2006), kemudian pengukuran pada knowledge creation akan menggunakan teori dari Nonaka Takeuchi (1994), sedangkan pengukuran organizational commitment menggunakan teori Allen Meyer (1990). Penelitian ini mengaplikasikan pendekatan kuantitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan survey melalui penyebaran kuesioner. Sampel dalam penelitian ini merupakan karyawan pada PT. XYZ yang berjumlah 163 responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi yang dominan pada PT. XYZ yang pertama adalah tipe market culture dan yang kedua adalah tipe clan culture. Dari tipe market culture sebagai budaya dominan pertama menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh secara langsung terhadap knowledge creation dan cenderung memiliki pengaruh yang negatif, sedangkan tipe clan culture sebagai dominan budaya kedua dikatakan hampir tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap knowledge creation namun memiliki kecenderungan pengaruh yang positif. Hasil analisis menunjukkan bahwa baik market cuture dan clan culture tidak memiliki pengaruh terhadap organizational commitment. Sedangkan organizational commitment diketahui memberikan pengaruh positif terhadap knowledge creation. Budaya organisasi dominan baik tipe market culture dan clan culture memiliki pengaruh positisf setelah dimediasi oleh organizational commitment. ...... The purpose of this study is to analyze the dominant type of organizational culture toward knowledge creation mediated by organizational commitment. Measurement of organizational culture variables is using OCAI measurements from Cameron and Quinn (2006), for measurement on knowledge creation will use the theory of Nonaka Takeuchi (1994), while organizational commitment measurement is using Allen Meyer (1990) theory. This research applies quantitative approach with data collection method using survey through questionnaires distribution. Sample in this research is employees at PT. XYZ which amounted to 163 respondents. The data analysis of this study using path analysis method. The results showed that the dominant organizational culture at PT. XYZ is the first type of market culture and the second is clan culture type. From the type of market culture as the first dominant culture shows that there is no direct influence on knowledge creation and tend to have a negative influence, while the type of clan culture as the second dominant culture is said to have almost no direct influence on knowledge creation but has a positive tendency influence. The analysis shows that both market cuture and clan culture have no effect on organizational commitment. While organizational commitment is known to give positive influence to knowledge creation. The dominant organizational culture of both market culture and clan culture has positiven influence after mediated by organizational commitment.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mumi
Abstrak :
Agama Islam masuk ke Pulau Lombok diperkirakan pada abad ke-16. Dugaan ini diperkuat dengan adanya peninggalan Mesjid Kano Bayan Beleq yang terletak di Dustin Karang Baja, Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat. Keberadaan dan fungsi mesjid tua ini masih tetap dipertahankan seperti semula. Mesjid Kuno Bayan Beleq bukan hanya merupakan bangunan peninggalan sejarah dalam syiar agama Islam, tetapi juga menjadi identitas kekhasan Islam Wetu Telu yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan asli Sasak, agama Hindu yang dibawa dari Bali, dan agama Islam yang datangnya kemudian. Penelitian di Desa Bayan didasarkan atas pertimbangan bahwa saksi sejarah yakni mesjid kuno yang masih berfungsi dalam berbagai kegiatan keagamaam Islam Wetu Telu. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan studi pustaka. Perjalanan yang cukup panjang dalam proses syiar agama Islam dimulai dengan kedatangan Pangeran Prapen, putera Sunan Giri dari Jawa. Mulanya orang Sasak mengenal agama baru ini sebagai agama kerajaan yang kemudian mengharuskan rakyat taklukannnya untuk memeluk agama Islam. SeIanjutnya, datanglah Pangeran Pengging atau lebih dikenal dengan Pangeran Mangkubumi yang juga menyiarkan agama Islam dengan beberapa penyimpangan. Ia menetap di Bayan dan menyebarkan agama Islam Wetu TeIu. Orang Bayan sendiri percaya pada mitologi tentang kebenaran Islam Wetu Telu. Selanjutnya, masuknya pengaruh asing yang dibawa oleh Belanda membuat antipati dari golongan yang ingin mempertahankanadat Sasak dan membentuk gerakan Dawi Anjani, sehingga agama Islam Wetu Telu kelak menolak segala bentuk pembaharuan. Namun, syiar agama Islam terus berupaya untuk menyempurnakan ibadah umatnya di negeri Putri Mandalika hingga saat ini. Tak dapat dipungkiri Pula bahwa keberadaan Islam Wetu Telu masih bertahan. Hal ini dapat diamati dengan masih berfungsinya mesjid kuno untuk shalat para kyai dan peringatan-peringatan hari-hari besar Islam yang berbaur dengan adat Sasak. Keberadaan Islam Wetu Telu ini justru menjadi aset pariwisata Pulau Lombok yang mampu menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
LP 1999 62
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Robert
Abstrak :
Tesis ini adalah kajian tentang Dalihan na Tolu dan kegiatan ekonomi, yang mengambil studi kasus pada Orang Batak Toba di Porsea. Hal ini dilatarbelakangi oleh kuatnya sistem kekerabatan berdasarkan prinsip Dalihan na Tolu, yang unsur-unsurnya adalah dongan tutu, hula-hula, dan boru dalam melaksanakan upacara adat. Dalam melaksanakan upacara adat tersebut ketiga unsur menyatakan sebagai satu pelaksana adat (si sada ulaon). Pernyataan sebagai satu pelaksana adat mengakibatkan apabila pada upacara adat, salah satu di antara ketiga unsur tidak diikutsertakan maka upacara adat tidak dapat dilaksanakan. Apabila anggota dan masing-masing unsur tidak diikusertakan dalam upacara adat, hal itu dikategorikan pengucilan yang menyakitkan. Saling menghormati di antara Orang Batak Toba tidak saja hanya dalam percakapan ataupun sekedar istilah kekerabatan saja tetapi jugu dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Berangkat dan terintegrasinya Orang Batak Toba dalam melaksanaan sebuah upacara adat, penelitian ini mencoba melihat kekuatan dari semangat Dalihan na Tolu itu dalam kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, permasalahan pokoknya adalah bagaimana peranan Dalihan na Tolu dalam kegiatan ekonomi Orang Batak Toba. Apakah memang kerja sama yang luar biasa kuatnya dalam pelaksanaan adat Orang Batak Toba juga berperan dalam kegiatan ekonomi. Penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan itu. Teori yang digunakan untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini adalah teori sistem kekerabatan yang diperkenalkan oleh Murdock dan teori struktur sosial yang diperkenalkan oleh Redcliffe-Brown. Penggunaan teori ini karena Dalihan na Tolu tidak terlepas dart sistem kekerabatan Orang Batak Toba, dan sebagai sebuah sistem kekerabatan, di sana terjadi hubungan-hubungan sosial. Hubungan sosial terwujud karena adanya struktur sosial. Teori struktur sosial inilah yang melihat hubungan-hubungan sosial yang ada dalam sistem kekerabatan tersebut. Penelitian ini berangkat dari asumsi bahwa sistem kekerabatan yang merupakan bagian dari struktur sosial berpengaruh terhadap seluruh kehidupan masyarakat termasuk kegiatan ekonomi. Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem kekerabatan berdasarkan prinsip Dalihan na Tolu kurang terlihat peranannya dalam kegiatan ekonomi Orang Batak Toba di Kelurahan Pasar Porsea dan Patane III. Dalihan na Tolu yang dapat dikategorikan sebagai modal sosial yang menyemangati Orang Batak Toba untuk bekerja sama dalam pelaksanaan adat, yang menjadi salah satu faktor untuk membentuk perkumpulan klen tidak saja di Kecamatan Porsea juga di daerah-daerah lain tidak tercermin dalam kegiatan perekonomian. Orang Batak Toba yang bermukim di Kecamatan Porsea berjalan sendiri-sendiri. Bentuk-bentuk jaringan ekonomi yang terbentuk pun hanya didasarkan kepada kepentingan ekonomi saja, walaupun aktor-aktor yang sating berhubungan dalam bidang ekonomi itu melahirkan istilah-istilah kekerabatan setelah merujuk pada unsur-unsur dalam unit Dalihan na Tolu masing-masing. Kendati peranan Dalihan na Tolu tidak tercermin dalam kegiatan ekonomi, para pelaku ekonomi tidak menafikan bahwa unsur-unsur dari Dalihan na Tolu dapat terlibat dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh aktor. Akan tetapi pengalaman mereka mencatat bahwa melibatkan unsur-unsur Dalihan na Tolu dalam kegiatan ekonomi dapat merusak hubungan sosial mereka yang berkerabat. Sebab, ketersinggungan dalam kegiatan ekonomi dapat berakibat ketersinggungan dalam kehidupan sosial. Hal lain yang mengakibatkan para pelaku ekonomi lebih memilih orang luar untuk bekerja dalam usaha ekonominya adalah karena anggota kerabat tersebut relatif lebih sulit diajak bekerja sama. Ada anggapan bekerja ditempat kerabat justru memperkaya pemilik usaha saja. Sementara dari pihak yang mau diajak untuk bekerja itu lebih memilih bekerja di tempat lain. Sebab dengan demikian, mereka lebih babas untuk bekerja. Dengan hasil penelitian yang demikian, Dalihan na Tolu yang dapat mengikat Orang Batak Toba di mana pun berada hanya efektif di kegiatan adat saja, sementara dalam kegiatan ekonomi, dengan aturan-aturan yang ada di dalamnya tidak efektif untuk membangun sebuah kekuatan ekonomi di kalangan Orang Batak Toba di Kecamatan Porsea.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Subchi
Abstrak :
Tulisan ini membahas tentang perubahan dan Pelestarian kebudayaan masyarakat keturunan Arab di kota Gresik. Empat institusi sosial menonjol yang akan dikaji dalam masalah ini adalah pendidikan, agama dan kepercayaan, sistem kekerabatan dan lingkaran hidup, serta ekonomi dan mata pencaharian. Beberapa indikator perubahan dalam pendidikan dapat dilihat pada sikap positif masyarakat terhadap pendidikan tinggi, setuju terhadap sistem pendidikan nasional, bertambahnya jumlah sarjana, besarnya motivasi melanjutkan ke perguruan tinggi. Perubahan pada sistem pendidikan formal dan informal (di Madrasah Malik Ibrahim dan Fatimiyah), yaitu masuknya materi pelajaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, serta Departemen Agama, dominannya pengurus, guru, dan siswa pribumi dibandingkan keturunan Arab, metode tanya jawab, audio visual, bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, mementingkan keterampilan rasio dari pads hapalan, sikap para siswa keturunan Arab terhadap pribumi sangat positif, demikian pula sebaliknya. Namun demikian, perubahan pada materi pelajaran tidak mengganggu pelestarian pada materi pelajaran bahasa Arab, Qur'an-Hadis, Akidah Akhlak, yaitu berupa penambahan jam pelajaran, dengan Cara menambah jam dan materi pelajaran. Agama masyarakat keturunan Arab adalah Islam aliran Syafi' i. Mereka terbagi menjadi dua golongan Sayid dan Non Sayid. Golongan Sayid dinisbatkan karena ada hubungan darah dengan Nabi Muhammad, sedangkan Non Sayid tidak. Secara umum, golongan Sayid diidentikkan dengan Nahdlatul Ulama (NU), golongan Non Sayid dengan Muhammadiyah. Kedua golongan tersebut sating melestarikan ibadah keagamaannya. Golongan sayid masih bersifat tradisionalis,sedangkan golongan Non Sayid mengacu ke aliran pembaharu. Perubahan terjadi pada sebagian masyarakat keturunan Arab (Sayid-Non Sayid), khususnya kaum berpendidikan. Mereka tidak terikat dengan sistem penggolongan, dan aliran keagamaan. Sistem kekerabatan masyarakat keturunan Arab adalah patrilineal. Kedudukan laki-laki dalam rumah tangga cukup dominan. Laki-laki bekerja di sektor publik, sedangkan perempuan di sektor domestik. Kini, sebagian masyarakat keturunan Arab sudah ada yang mulai merubah tradisi ini, walau masih sebagian kecil. Mereka adalah kelompok yang berpendapat bahwa pekerjaan perempuan bukan hanya di sektor domestik, tetapi juga di sektor publik. Pelestarian kebudayaan terjadi pada masalah perkawinan. Mereka memegang teguh tradisi kawin sekufu'. Ekonomi dan mata pencaharian masyarakat keturunan Arab adalah bidang perdagangan. Kini, mereka usaha di bidang industri rumah tangga, dan perdagangan sarung, tenun, yang mereka lakukan secara turun-temurun. Sebagian masyarakat berpendidikan tinggi lebih cenderung memilih pekerjaan profesional seperti dokter, pengacara, dosen, dan lain-lain. Akhirnya, perkerjaan dagang dan industri sarung tenun masih dikerjakan oleh mereka yang bukan berpendidikan tinggi, dan tidak mempunyai keterampilan kecuali apa yang diwariskan orang tuanya (industri dan berdagang sarung tenun).
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>