Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bethari Dwina Putri
Abstrak :
Pesatnya kegiatan pembangunan di Kecamatan Cisarua sebagai salah satu kawasan perkotaan yang tengah berkembang menyebabkan berkurangnya wilayah resapan air. Perkembangan ini menyebabkan alih fungsi lahan terutama milik penduduk setempat. Hal ini juga menyebabkan perubahan limpasan permukaan dari waktu ke waktu yang dapat mengakibatkan kerugian baik bagi penduduk setempat maupun wilayah hilir. Dalam upaya penanggulangannya dibutuhkan kontribusi tidak hanya dari pemangku kepentingan tetapi juga dari penduduk setempat, maka penelitian mengenai penerapan infrastruktur hijau di lahan privat penduduk perlu dikaji dalam upaya pengelolaan air limpasan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesediaan penduduk dalam penerapan infrastruktur hijau di lahan privat, dan faktor apakah yang mempengaruhi kesediannya dengan menggunakan analisis spasial deskriptif dan analisis regresi ordinal. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan membagi Kecamatan Cisarua menjadi 4 (empat) wilayah klasifikasi ketinggian sehingga dapat diketahui variasi yang terbentuk pada keempat klasifikasi yang berbeda. Hasil penelitian diketahui bahwa penduduk pada wilayah ketinggian 500-700 mdpl, 701-850 mdpl, dan 851-1000 mdpl bersedia dalam penerapan infrastruktur hijau pada lahan privat, sementara penduduk pada wilayah ketinggian >1000 mdpl menyatakan cukup bersedia dalam penerapan infrastruktur hijau. Adapun faktor yang mempengaruhi kesediaan penduduk pada wilayah ketinggian 500-700 mdpl yaitu pendapatan rumah tangga, wilayah ketinggian 701-850 mdpl yaitu pengetahuan penduduk mengenai infrastruktur hijau, dan pendapatan rumah tangga, wilayah ketinggian 851-1000 mdpl yaitu pengetahuan penduduk mengenai infrastruktur hijau, dan persepsi penduduk terhadap limpasan air, serta wilayah ketinggian >1000 mdpl yaitu pengetahuan penduduk mengenai infrastruktur hijau, dan persepsi penduduk terhadap limpasan air. Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi wilayah mempengaruhi kesediaan penduduk dalam penerapan infrastruktur hijau yang lebih rendah daripada wilayah dengan ketinggian lebih rendah, serta faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan kesediaan penduduk adalah pengetahuan penduduk mengenai infrastruktur hijau ......Massive development activities in Cisarua Sub-district as one of the developing urban areas has resulted in reduced water recharge areas. This development led to the conversion of land functions, especially those belonging to local residents. It also causes changes in surface runoff over time which can result in losses for both local residents and downstream areas. In the effort to overcome it, contributions are needed not only from stakeholders but also from local residents, so research on the application of green infrastructure on private land of residents needs to be studied in efforts to manage water runoff. This study aims to determine the willingness of the population in the application of green infrastructure on private land, and what factors influence their willingness to use descriptive spatial analysis and ordinal regression analysis. The research method uses quantitative methods by dividing Cisarua District into 4 (four) altitude classification areas so that it can be seen the variations formed in the four different classifications. The results showed that residents at an altitude of 500-700 mdpl, 701-850 masl, and 851-1000 masl were willing to implement green infrastructure on private land, while residents at an altitude of >1000 masl said they were quite willing to implement green infrastructure. The factors that affect the willingness of the population at an altitude of 500-700 masl are household incom, an altitude area of ​​701-850 masl is the knowledge of the population about green infrastructure, and household income, an altitude area of ​​851-1000 masl is the knowledge of the population about green infrastructure, and residents' perceptions of water runoff, as well as areas with an altitude of >1000 mdpl, namely people's knowledge of green infrastructure, and residents' perceptions of water runoff. So from this study it can be concluded that the higher the area affects the willingness of the population to implement green infrastructure, which is lower than the area with lower altitude, and the most influential factor in determining the willingness of the mpopulation is the knowledge of the population about green infrastructure
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Sasa Purnama
Abstrak :
Dinamika perkembangan organisasi lokal, menunjukkan fenomena yang menarik untuk melihat bagaimana organisasi lokal tersebut dapat melakukan interaksi sosial yang saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Karang Taruna sebagai salah satu organisasi yang telah lama ada di tingkat grassroot (desa/kelurahan) pada perkembangannya menunjukkan peran dalam penanganan masalah sosial yang ada di lingkungannya. Perhatian berbagai pihak terhadap Karang Taruna masih cukup besar dimana pemerintah dalam hal ini Departemen Sosial RI memberikan dukungan dalam rangka meningkatkan kinerja Karang Taruna melalui Program Pemberdayaan Karang Taruna. Program pemberdayaan Karang Taruna dengan dukungan dana APBN tersebut pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Propinsi melalui Instansi Sosial. Secara fisik program pemberdayaan Karang Taruna dapat dilaksanakan dengan baik, namun secara fungsional keberhasilan pelaksanaan program pemberdayaan Karang Taruna tersebut masih menjadi pertanyaan besar sehingga sangat memerlukan kajian mendalam. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui dampak pelaksanaan program pemberdayaan Karang Taruna melalui studi kasus terhadap salah satu Karang Taruna sasaran program pemberdayaan Karang Taruna, dengan melakukan kajian mendalam terhadap beberapa komponen kegiatan yang penting bagi keberlangsungan Karang Taruna. Komponen kegiatan dimaksud mencakup : a) kegiatan manajemen organisasi; b) kegiatan usaha ekonomi produktif; c) usaha kesejahteraan sosial; d) hubungan eksternal dan internal Karang Taruna. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah: a) Mengetahui dampak pelaksanaan program pemberdayaan terhadap perkembangan kegiatan Karang Taruna Pemuda Harapan sebagai fokus penelitian; baik kegiatan manajemen organisasi, usaha kesejahteraan sosial, usaha ekonomis produktif, dan hubungan Karang Taruna; b) Mengetahui bagaimana kemampuan Karang Taruna Pemuda Harapan dalam memberdayakan berbagai sumber daya internal organisasi dan lingkungannya, serta pengaruh lingkungan terhadap keberadaan Karang Taruna; c) Mengetahui pelaksanaan pemberdayaan terhadap Karang Taruna Pemuda Harapan Desa Kertawangi, jika dikaitkan dengan konsep pemberdayaan dimana Karang Taruna sebagai sasaran program diberi kewenangan dan keleluasaan dalam merencanakan, melaksanakan maupun menilai kegiatan pemberdayaan yang diterimanya. Unit analisa yang peneliti gunakan adalah Karang Taruna Pemuda Harapan Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung, dengan menggunakan informan sebagai sumber data primer yaitu pengurus dan warga Karang Taruna, aparat pemerintah desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi, para tokoh masyarakat, pengusaha lokal, dan akademisi. Jumlah keseluruhan informan yang diwawancarai adalah 26 orang. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung dan mendalam (indepth interview) dengan menggunakan panduan wawancara. Selain itu, sebagai bahan penunjang dilakukan penelusuran data sekunder yang diperoleh dari catatan, dokumen, data-data geografis dan demografis lokasi studi. Terdapat empat aspek kegiatan dan indikatornya, yaitu: 1) aspek usaha ekonomis produktif dilihat dari dimensi program kerja, pengorganisaian, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan; 2) aspek manajamen organisasi dilihat dari dimensi program kerja dan sarana prasarana organisasi; 3) aspek usaha kesejahteraan sosial dilihat dari dimensi program kerja, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan; 4) aspek hubungan mencakup dimensi hubungan internal dan eksternal; 5) aspek program pemberdayaan Karang Taruan mencakup dimensi substansi program, proses penyusunan program, dan pelaksanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Pelaksanaan pemberdayaan Karang Taruna mempunyai pengaruh terhadap terj adinya peningkatan kegiatan Karang Taruna, khususnya pada kegiatan usaha ekonomis produktif, namun tidak memberikan dampak positif terhadap bidang kegiatan lainnya. Keberadaan Karang Taruna Pemuda Harapan sangat dipengaruhi faktor lingkungan seperti : pemerintah desa, kecamatan dan kabupaten, Badan Perwakilan Desa (BPD), tokoh masyarakat dan kelompok pengusaha. Program pemberdayaan Karang Taruna yang disusun masih bersifat top down, belum melibatkan berbagai kalangan maupun Karang Taruna. Sehingga program tersebut belum sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan Karang Taruna. Berdasarkan hasil penelitian, dirancang suatu strategi perencanaan pembangunan sosial yang sesuai dengan karakteristik Karang Taruna dan kondisi wilayahnya. Program yang ditawarkan adalah Model Pemberdayaan Karang Taruna Melalui Pendampingan. Model ini merupakan paduan antara pendekatan perencanaan sosial dengan pengembangan komunitas lokal, dimana program pemberdayaan Karang Taruna disusun melalui proses perencanaan sosial yang pelaksanaannya mengutamakan partisipasi Karang Taruna dan masyarakat, dengan menempatkan pendamping sebagai mitra dalam pelaksanaannya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12399
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinaldi
Abstrak :
ABSTRAK Melihat kecendrungan meningkatnya pemakaian pestisida sejalan dengan usaha peningkatan produksi pertanian, satu hal yang perlu diperhatikan adalah dampak negatif akibat pestisida tersebut, baik pada manusia khususnya maupun pada lingkungan. Dampak penggunaan pestisida sebenarnya dapat meliputi seluruh unsur dalam lingkungan, baik lingkungan hayati, sosial maupun lingkungan fisik. Peningkatan penggunaan pestisida yang disertai dengan aplikasi yang kurang memadai, dapat mengakibatkan terjadinya pemaparan pestisida pada petani pengguna, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan, juga mengakibatkan pencemaran pada lingkungan. Pencemaran pertanian pada badan air, khususnya Ciliwung, biasanya berasal dari penggunaan pupuk dan pestisida yang mengalir melalui permukaan tanah (run off) dan pencucian (leaching), sehingga dapat mencapai sungai. Oleh karena itu penelitian terhadap seluruh aspek lingkungan akibat penggunaan bahan kimia tersebut, khususnya pestisida perlu dikembangkan. Aspek pencemaran pestisida pada badan air maupun pada manusianya, merupakan bahan kajian yang penting untuk diteliti. Pada penelitian ini, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana tingkat penggunaan dan aplikasi pestisida, bagaimana tingkat pemaparan pestisida, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pemaparan pestisida tersebut pada petani sayuran di Ciliwung hulu. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penggunaan dan aplikasi pestisida pada petani sayuran di Ciliwung hulu. Adapun yang menjadi tujuan khusus/utamanya adalah untuk mengetahui tingkat pemaparan pestisida pada petani sayuran serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pemaparan pestisida pada petani sayuran di Ciliwung hulu. Penelitian terdiri dari penelitian utama, yaitu tingkat pemaparan pestisida pada petani sayuran di Ciliwung hulu, dan wawancara dengan petani responden, untuk melihat tingkat penggunaan dan aplikasi pestisida pada tingkat petani sayuran di Ciliwung hulu. Untuk pengamatan tingkat pemaparan pestisida pada petani dilakukan dengan metoda langsung dari Durham & Wolfe sebagaimana direkomendasi dalam Protokol Standar dari WHO (1982). Pads dari Alpha Cellulose ukuran 10 x 10 cm yang telah diekstraksi untuk pemurnian, setelah dilapisi dengan aluminium foil di bagian belakangnya, dipasang secara sistematis pada bagian tubuh petani sebagai berikut (modifikasi dari Protokol Standar WHO): - satu buah di pertengahan lengan kiri - satu buah di dada - masing-masing satu buah di paha kanan dan kiri sedikit di atas lutut. Setelah selesai penyemprotan pada dipotong bagian tepinya, sehingga tinggal bagian tengah dengan ukuran 5 x 5 cm. Pads lalu disimpan dalam botol atau kantong plastik yang kedap sinar matahari, diberi label untuk kemudian dianalisis di Laboratorium. Dari hasil penelitian, didapatkan tingkat penggunaan pestisida oleh petani sayuran di sepanjang Sungai Ciliwung adalah 1,52 1/ha untuk insektisida dan 1,94 kg/ha untuk fungisida (belum melebihi batas yang dianjurkan). Dengan teknik aplikasi yang masih kurang memadai. Jenis pestisida yang banyak digunakan adalah, fungisida dengan bahan aktif Propineb, Mankc2eb dan Maneb dari golongan Ditiokarbamat, serta insektisida dengan bahan aktif Profenofos, Asefat, Kiorpirifos dan Diazinon dari golongan Fosfat-organik. Tingkat pemaparan pestisida pada petani secara ekstraseluler masih rendah, yaitu Fungisida (Antracol 70WP 0,089 mg/kg, Dithane M45 8OWP 0,118 mg/kg) dan Insektisida (Curacron 500EC 0,097 mg/kg, Thiodan 0,033 mg/kg). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pemaparan adalah tingkat pendidikan yang pada uji statistik memberikan korelasi yang sangat nyata pada taraf uji 1%, dan tingkat pengetahuan yang pada uji statistik memberikan korelasi yang nyata pada taraf uji 5%, sedangkan faktor umur tidak memberikan korelasi yang nyata. Selain itu tingkat pemaparan pestisida dapat juga dipengaruhi oleh tingkat penggunaan pestisida oleh petani yang berkaitan dengan kontak petani dengan pestisida dan kemungkinan adanya residu pestisida pada unsur lingkungan, terutama tanah, dan air. Dari pengujian ternyata yang mempengaruhi tingkat penggunaan pestisida oleh petani adalah tingkat pendidikan, yang memberikan korelasi yang nyata pada taraf uji 5%, sedangkan faktor umur dan tingkat pengetahuan tidak memberikan perbedaan yang nyata. Daftar Kepustakaan : 32 (1962-1993) Jumlah Halaman : halaman permulaan 17, halaman isi 73, tabel 17, gambar 8, lampiran 8
ABSTRACT Reviewing the increasing tendency of pesticides usage, which is in line with efforts to increase agricultural production, one thing that should be considered is the negative impact of the pesticides both on human being and the environment. The impact of pesticides usage actually includes all elements in the environment, both biological, social and physical. The pesticides increasing usage, which is accompanied by lack of application, may cause the accurence of pesticides exposure on the farmers as users. This will cause health disorder and pollution to the-environment. The agricultural pollution on the body of water, especially of the Ciliwung water, usually result from the fertilizer and pesticide usage which run off and leaching, which then arrive in the water. Therefore, research toward the whole environment aspects due to the application of the chemicals, especially pesticide, should be developed. The pesticide pollution aspect on the body water and the human being is an important topic to be studied. In the research, the problem is to the extent the usage level and application of pesticides, to the extent of the pesticide exposure, and what factors which affect the pesticide exposure on the vegetables farmers at the up stream Ciliwung River. Generally this research has the purpose to know the level of usage and application of the pesticides on the vegetable farmers at the up stream Ciliwung River. While the special purpose of the of the research is to recognize the level of pesticide exposure on the vegetables farmers and to recognize factors which affects the pesticides exposure on the vegetable farmers at the up stream Ciliwung River. The research consists of main research, that is the level of the pesticides exposure on the vegetable farmers at the up stream Ciliwung River, and inter-view with the farmers respondents to see the level of usage and application of the pesticides on the vegetable farmers at the up stream Ciliwung River. In order to observe the pesticides exposure on the farmers we use a direct method of Durham & Wolfe as recommended in the WHO Standard Protocol (1982). The Alpha Cellulose pad which has the size of 10 x 10 cm2 which is extracted for the purification is installed systematically on the farmers body as follows, after lined which aluminum foil on the back (modification of the WHO Standard Protocol) - one unit in the left arm - one unit on the chest - one unit on the right thigh and slightly above the knee cap on the left thigh. After spraying, the pads are cut on .its rim, which the only left is the middle part with the size of 5 x 5 cm2. Pads are stored in bottles or plastic bags which are sunlight proof, and labeled for further analysis in the laboratory. From the results of the research, it can be concluded that the pesticides usage level by the vegetable farmers at the up stream Ciliwung River (both insecticides and fungicides) is still under the prescribed limits, which is 1,52 1/ha for insecticides and 1,94 kg/ha for fungicides with still sufficient application techniques. The types of pesticides used widely, is fungicides with Propineb active material, Mankozeb and Maneb of Ditiocarbamat group and insecticides with Profenofos active material, Asefat, Klorpirifos and Diazinon of Organic Phosphat group. The exposure level on the farmers extracellulairity is still low, that is fungicides (Antracol 7OWP 0,089 mg/kg, Dithane M45 SOWP 0,118 mg/kg) and insecticides (Curacron 500 EC 0,097 mg/kg, Thiodan 0,033 mg/kg). The factors which influence the exposure level is the level of education of the farmers on the statistic test which has a very significant correlation at test level of 1%, and the level of knowledge on the statistic test which has a significant correlation at test level of 5%, while the age factor has no, significant correlation. Bisides, the, pesticides exposure level can also be affected by the pesticides usage by the farmers which is related with the farmers contact and the pesticides residue in the environmental elements, especially the soil and the water. From the test it turns out the factors which affect the pesticides level by farmers are the level of education, which provides a significant correlation at the test level of 5%, while the age and the level of knowledge factor provide no significant result. Bibliography : 32 (1962-1993) Introduction 17, content 73, tables 17, figures 8, appendices 8
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Familia Novita
Abstrak :
Permasalahan kualitas kesuburan tanah adalah masalah lingkungan karena terkait dengan tiga aspek lingkungan yaitu ekosistem (alam), manusia (sosial) dan pendapatan (ekonomi) yang dapat menyebabkan pembangunan menjadi tidak berkelanjutan terutama di bidang pertanian. Permasalahan kualitas kesuburan tanah mulai muncul sejak kegiatan pertanian menggunakan asupan sintetik secara berlebihan menyebabkan lahan pertanian menjadi lahan kritis dan seiring dengan pertumbuhan populasi kegiatan pertanian mau tidak mau hams dilakukan pada lahan marjinal. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan pertanian organik terhadap kualitas kesuburan tanah, dan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh penerapan pertanian organik BSB Cisarua pada pembentukan sikap, perilaku dan pemikiran pelaku pertanian yang lestari, seimbang dan selaras dengan alam; (2) pengaruh penerapan pertanian organik BSB Cisarua pada kualitas kesuburan tanah; (3) pengaruh penerapan pertanian organik BSB Cisarua produk pangan yang bebas pestisida. Hipotesis yang digunakan dalam peneIitian ini adalah: (1) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua mencakup Konsep Pembangunan Berkelanjutan; (2) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua memperbaiki atau meningkatkan kualitas kesuburan tanah; (3) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua menghasilkan produk sayuran yang bebas pestisida. Penelitian ini dilakukan di Pertanian Organik Bina Sarana Bhakti (BSB) Cisarua_ Jumlah total sampel tanah untuk analisis adalah 30 sampel tanah komposit yang diambil secara stratified sampling, yaitu 5 ulangan tanah komposit dari plot BA (bawah atap), 20 ulangan sampel komposit dari plot LP (lahan pertanaman) dan 5 ulangan sampel tanah komposit dari plot P (pembanding). Metode pengumpulan informasi mengenai penerapan pertanian organik BSB Cisarua adalah melalui studi literatur BSB (published dan unpublished), informasi profit pekerja bagian produksi BSB adalah melalui wawancara dan pengumpulan data sampel tanah dilakukan dengan metode ekspost fakto. Sampel tanah dianalisis di laboratorium dan data yang digunakan terdiri atas tiga bagian yaitu: (1) persentase pasir, debu dan liat sebagai parameter kualitas fisik kesuburan tanah; (2) kandungan C, N dan Fe-tersedia sebagai parameter kualitas kimia kesuburan tanah; dan (3) total mikroorganisme tanah, jumlah individu mikroorganisme tanah dan respirasi tanah sebagai parameter kualitas biologi kesuburan tanah. Pengolahan data menggunakan metode statistik. Hasil analisis penelitian menyatakan bahwa: (1) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua mengusahakan pengembangan keanekaragaman hayati dalam sistem secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi keragaman pekerja dan jenis organisme yang terdapat di dalam kebun BSB. BSB rnenambahkan bahan organik ke dalam tanah untuk menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang dan meningkatkan aktivitas biologis tanah. BSB mengandalkan sumberdaya lokal yang dapat diperbaharui dan melakukan daur ulang melalui pengomposan.; (2) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua menambah pori-pori makro, meningkatkan kandungan C, N, bahan organik, rasio CIN, jumlah individu dan total rnikroorganisme tanah namun mengurangi jumlah pori-pori mikro, menurunkan kandungan Fe-tersedia di dalam tanah dan respirasi tanah; (3) Produk sayuran BSB Cisarua bebas pestisida, logam berat dan zat-zat yang dilarang oleh budaya atau agama tertentu. Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua mencakup Konsep Pembangunan Berkelanjutan; (2) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua memperbaiki atau meningkatkan kualitas kesuburan tanah; (3) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua menghasilkan produk sayuran yang bebas pestisida. Saran yang diajukan di dalam penelitian ini adalah: (1) Pennasalahan kualitas kesuburan tanah membutuhkan keterlibatan semua stakeholders (masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan lembaga non-pemerintah) berupa itikad baik yang mendukung segala daya upaya pertanian organik; (2) Penerapan pertanian organik tidak berorientasi pada produksi maksimum dan tidak dapat dilakukan dalam skala besar secara individu (monopoli) sehingga perlu dibentuk satu wadah yang berfungsi sebagai pusat informasi dan studi untuk saling berbagi (sharing) pengalaman dan kegagalan dalam melakukan kegiatan pertanian organik sekaligus mengorganisasi semua pertanian organik yang saat ini masih bersifat sporadis; (3) Salah satu upaya penyelesaian permasalahan lingkungan adalah internalisasi nilai intrinsik pertanian organik yang mengusahakan keberlanjutan ekosistem dan sosial untuk mencapai keberlanjutan ekonomi; (4) Penelitian dengan parameter yang sama atau berbeda masih perlu dilakukan lebih mendalam agar dapat menemukan solusi terbaik bagi permasalahan kualitas kesuburan tanah.
The problem of soil fertility is the one of the environmental problems because it's related to the three aspects of environment they are ecosystem, human beings and household income. This problem happened since the agriculture caused the critical land because of the application of the synthetic input over dozed and moved to the marginal land because of the population growth. This research generally aims to study the impact of the organic farming to the quality of soil fertility, and specifically aims to study the impact of the application of BSB organic farming to the formation of attitude, behaviour, and perception of the agricultural society, the quality of soil fertility and the product. The hypothesis of this study are: (1) The application of BSB organic farming includes the concept of The Sustainabilty Development; (2) The application of BSB organic farming improves the quality of soil fertility; (3) The application of BSB organic farming produces the free pesticide residue of food product. This study was conducted at the middle of February 2006 untill the middle of April 2006, on The Organic Farming of Bina Sarana Bhakti (BSB) Cisarua. The total number of sampling is 30 composite samples, consists of 5 samples of plot BA (under roof plot), 20 samples of plot LP (cultivated land), and 5 samples of plot P (consideration). Those samples were taken by stratified sampling. The method of the data collection consists of literature study, interview and expost facto study. The data of this research are: (1) the percentation of sand, dust and clay as the physical quality parameter; (2) the contents of C, N, organic matter, C/N ratio, and supplied Fe as the chemical quality parameter; (3) the total number and individuals of microorganisms and its respiration as the biological quality parameter. The analysis of data is statistic method. The analysis states that: (1) The application of BSB organic farming creates the biological diversity, maintains the soil fertility by adding the organic matter, increases the biology of soil activities, uses the local of renewable resources, and recycles by composting; (2) The application of BSB organic farming increases the contents of carbon, nitrogen, organic matter, C/N ratio, the total and number of microorganisms, but decreases the micro pores, the content of Fe supplied and the soil respiration; and (3) The BSB organic vegetables product are free of pesticide residue, heavy metals content and (certain cultural or religion) forbidden matter. The conclusions of this study are: (I) The application of BSB organic fanning includes the concept of The Sustainability Development; (2) The application of BSB organic farming improves the quality of soil fertility; (3) The application of BSB organic farming produces the free pesticide residue of food product. The suggestions of this study are: (1) The problem of soil fertility needs every stakeholders participation that supports all the efforts of the organic farming to produce the health, clean and green product; (2) The organic farming does not focus on high yield production and can not be applicated only by one institution in big scale of bussiness, that's why it's important to form one organization as the communication and sharing media about the experiences and failures of doing the organic farming; (3) The environmental problem solving needs the internalization of the organic farming intrinsic value that is the concept which can create the green way of life to avoid or decrease the pollution impact to the environment especially to the soil; (4) The research with the same or different parameters can be done more seriously to find out the best solution for the quality of soil fertility problems.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library