Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mentari Yurista
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian mengenai pengaruh variasi pH awal medium terhadap pertumbuhan cyanobacteria genus Stanieria HS-31B dan HS-48 telah dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH awal medium terhadap kerapatan baeocyte dan sel vegetatif, serta kandungan klorofil sebagai parameter pertumbuhan Stanieria HS-31B dan HS-48. Stanieria HS-31B dan HS-48 dibiakkan menggunakan Bold Basal Medium BBM dengan variasi pH awal medium yang digunakan, yaitu pH 5, 6, 7, 8, dan 9, dengan tiga kali ulangan. Kedua strain diinkubasi dengan suhu 35 C dan intensitas cahaya 2500 mdash;3000 lux. Penelitian dilakukan selama 22 hari t0 mdash;t21 . Pertumbuhan Stanieria HS-31B dan HS-48 dilihat secara kualitatif berdasarkan kurva pertumbuhan, dan secara kuantitatif berdasarkan uji statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pH awal medium tidak memengaruhi pertumbuhan Stanieria HS-31B dan HS-48. Stanieria HS-31B dan HS-48 dapat tumbuh baik pada lingkungan basa hingga pH 9, dan dapat bertahan pada lingkungan asam dengan pH 5. Selain itu, tidak terdapat korelasi antara kerapatan sel total dengan kandungan klorofil Stanieria HS-31B dan HS-48.
ABSTRACT
Research on the effect of initial pH variation on growth of cyanobacteria genus Stanieria HS 31B and HS 48 had been observed. The research aims to know the effect of initial pH medium to growth of Stanieria HS 31B and HS 48, with growth parameters were baeocyte and vegetative cell density, and chlorophyll content. Stanieria HS 31B and HS 48 were grown in Bold Basal Medium BBM with initial pH 5, 6, 7, 8, and 9, with three repetitions. Incubation temperature was 35 C and light intensity was 2500 mdash 3000 lux. The research was observed during 22 days t0 mdash t21 . The growth of Stanieria HS 31B and HS 48 was qualitatively based on the growth curve, and quantitatively based on statistical tests. The results showed that the initial pH treatment of the medium didn rsquo t affect the growth of Stanieria HS 31B and HS 48. Stanieria HS 31B and HS 48 could grow well in an alkaline environment up to pH 9, and could withstand an acidic environment with a pH 5. In addition, there was no correlation between cell density with total chlorophyll content of Stanieria HS 31B and HS 48.
2017
S68477
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Dianing Pertiwi
Abstrak :
ABSTRAK
Perbedaan pertumbuhan antara strain cyanobacteria Leptolyngbya HS-16 dan Leptolyngbya HS-36 yang diinkubasi pada suhu 20 oC, 35 oC, dan 50 oC telah dipelajari. Strain tersebut diisolasi dari sumber air panas Gunung Pancar Leptolyngbya HS-16 dan Maribaya Leptolyngbya HS-36 yang berlokasi di Jawa Barat, Indonesia. Suhu air habitat adalah 69 oC Gunung Pancar dan 42 oC Maribaya . Strain tersebut ditumbuhkan selama 21 hari di medium BG-11. Penelitian bertujuan untuk mengetahui suhu pertumbuhan yang paling baik untuk Leptolyngbya HS-16 dan Leptolyngbya HS-36 berdasarkan berat biomassa dan kandungan klorofil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata berat biomassa tertinggi terjadi pada Leptolyngbya HS-16 dan Leptolyngbya HS-36 yang ditumbuhkan pada suhu 35 oC, serta tidak adanya korelasi antara rerata berat biomassa dan rerata kandungan klorofil Leptolyngbya HS-16 dan HS-36.
ABSTRACT
The growth differences between cyanobacteria strains Leptolygbya HS 16 and Leptolyngbya HS 36 which were incubated in 20 oC, 35 oC, and 50 oC had been studied. Those strains were isolated from Gunung Pancar Leptolyngbya HS 16 and Maribaya Leptolyngbya HS 36 hot springs which were located in West Java, Indonesia. The water temperature of habitats were 69 oC Gunung Pancar and 42 oC Maribaya . Those strains were grown in batch culture for 21 days in BG 11 medium. This research aim to determine the best growth temperature of Leptolyngbya HS 16 and Leptolyngbya HS 36 based on the biomass weight and chlorophyll content. The result showed that the biomass weight and chlorophyll content in 35 oC of Leptolyngbya HS 16 and Leptolyngbya HS 36 were the highest, and there was no correlation between biomass weight and chlorophyll content of Leptolyngbya HS 16 and HS 36.
2017
S69519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library