Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Pemanasan global telah menjadi salah satu topik utama dalam masalah lingkungan. Naiknya kandungan CO2 menjadi salah satu penyebab terjadinya efek rumah kaca. Oleh karena itu, telah dilakulcan usaha untulc mengurangi kandungan CO; tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan adalah mencoba memanfaatkan gas CO; menjadi produk yang berguna, antara lain adalah dengan Eksasi CO2 untuk menghasilkan biomassa menggunakan Chlorella sp. Saat ini Chlorella telah diteliti Oleh banyak ahli karena kemampuannya dalam menghasilkan biomassa yang dapat dimanfaatkan manusia sebagai suplemen makanan dengan kandungan gizi sangat tinggi. Clrlnreffa juga sangat mudah ditangani, karena memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik.

Fiksasi CO2 yang paling sederhana adalah clengan memanfaatkan proses fotosintesis. Proses fotosintesis ini memerlukan beberapa komponen supaya beljalan dengan baik, antara lain kondisi operasi yang tepat, pencahayaan yang sesuai, dan nutrisi yang cukup.

Masalah yang terjadi adalah terganggunya proses fotosintesis apabila disinari oleh sinar dengan panjang gelombang tertentu dengan kadar yang terlalu besar. Sinar-sinar seperti Ultraviolet (UV) dan Infrared (IR) dapat berakibat mematikan kehidupan Chlorella apabila kadarnya melebihi batas yang diperbolehkan. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian untuk menguji sejauh mana sinar-sinar tersebut berdampak pada pertumbuhan Chlorella tersebut.

Penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu mengkultur Chlorella sp. dalam medium Benneck yang selanjutnya digunakan dalam fotobioreaktor kolom gelembung. Variasi utama dalam penelitian ini adalah penggunaan sinar UV dan IR, sedangkan data yang diambil adalah jumlah/kerapatan sel (N), pl-I, dan selisih fraksi CO2 yang masuk dengan fraksi CO2 yang lceluar (Ay CO2). Kemudian dilakukan perhitungan dan perbandingan dari data yang dihasilkan pada kedua kondisi penyinaran.

Pada uji ketahanan Clxlorella sp., dapat terlihat bahwa nilai kerapatan sel tems menumn seiring berjalarmya walctu_ Hal ini disebabkan karena Chlorella sp. mengalami kematian disebabkan oleh radiasi sinar UV dan IR. Kondisi ini bertolak
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irarubbyanthy Irwan
Abstrak :
Oi perairan, terdapat beragam Sumber Oaya Hayati (SOH) seperti mikroorganisme, tumbuhan air dan berbagai hewan perairan. Ganggang halus lautlmikroalga merupakan SOH perairan yang berperan sebagai produsen primer dalam rantai makanan. Mikroalga adalah mikroorganisme atau jasad renik dengan tingkat organisasi selnya termasuk ke dalam tumbuhan tingkat rendah. Pemanfaatan mikroalga dapat sebagai bahan pakan utama dalam budidaya perairan dan produk olahan berupa "makanan sehat", yaitu dari ganggang halus lautjenis Spirulina, sp dan Chlorella, sp. Ganggang halus laut membutuhkan senyawa karbon, nitrogen, fosfor, sulfur dan elemen runutan untuk pertumbuhannya. Untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan, diberikan dua jenis pupuk anorganik ke dalam media kultivasi ganggang hal us !aut yang berbeda, yaitu pupuk anorganik proanalis ...,_ dan teknis. Ganggang halus laut memiliki kemampuan untuk menyerap dan - mengeluarkan kandungan anorganik yang berasal dari pupuk yang diberikan, sehinga perlu dilakukan analisa kandungan anorganik pada media kultivasi tersebut dengan metode Colorimetri dan Spektrofotometer Serapan Atom. Pertumbuhan ganggang halus laut diukur dari kepadatan selnya pada setiap volume,kulturnya (log sel/ml). Oengan pupuk anorganik proanalis, Spirulina, sp menghasilkari jumlah sel tertinggi, yaitu sebanyak 7,7005 log sel/ml pada umur kultivasi 7 hari, dan Ch/orella, sp sebanyak 7,4183 log sel/ml pada umur kultivasi 9 hari. Sedangkan dengan pupuk anorganik teknis, Spirulina, sp pada umur kultivasi 5 hari menghasilkan jumlah sel tertinggi, sebanyak 7,02467 log sel/ml, dan Chlorella, sp pada umur kultivasi 9 hari sebanyak 7,03323 log sel/ml. Pada media kultivasi ganggang halus laut, kadar ammonia yang dihasilkan berada dalam rentang 0,3467-2,3367 mg/L, sulfida berada dalam rentang tidak terdeteksi hingga 0,02 mg/L, kemudian kadar nitrat berada dalam rentang 0,038-8,3367 mg/L, sedangkan kadar nitrit 0,035-2,08 mg/L, dan kadarfosfat antara 4,1167-1 3,9667 mg/L. Di alam, logam dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan dan perkembangannya, tetapi dapat pula bersifat toksik. Kadar cadmium pada media kultivasi berada dalam rentang tidak terdeteksi hiogga 0,1707 mg/L, sedangkan kadar tembaga tida terdeteksi, kemudian kadar besi dihasilkan antara 0,0945-3,2904 mg/L dan Radar timbal berada dalam rentang tidak terdeteksi hingga 1,147 mg/L. • • Berdasarkan hasil penelitian kandungan anorganik pada media kultivasi ganggang halus laut Spiro/ina, sp dan Chlorella, sp, maka media kultivasi ganggang halus laut ini aman untuk pengembangan pakan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ucuk Darusalam
Abstrak :
Pada penelitian ini dilakukan perancangan konfigurasi perangkat optik untuk mengukur konsentrasi fitoplankton dalam medium cair Konfigurasi perangkat tersebut bekerja dengan memanfaatkan fenomena fluoresensi, yang terdiri dari laser dioda ungu (A = 405nm, P = 4mW, repetisi pulsa = l ms), curette, filter optik, dan fotodioda. Dari pengujian terhadap kultur ('hlurellu sp. didapatkan bahwa untuk rentang konsentrasi 0 - 15. 106 semi diperoleh hubungan yang konsisten antara intensitas fluoresensi dengan kenaikan konsentrasi sel, yaitu meningkat secara tinier seiring dengan peningkatan konsentrasi sel. Gradien untuk rentang konsentrasi yang tinggi (1106 - 15 . 10'' sel/ml) adalah < 5. 10 9nillsel, sedangkan untuk rentang konsentrasi rendah (2'10- 1 .10'sel/ml) 610-9ml/sel. Ambang pengukuran konsentrasi ('lifore la sp. di sekitar 2. 102 sel/ml.
In this research, has been designed the optical device configuration aim for measuring the concentration of phytoplankton suspension. The device works according to fluorescence phenomenon, composed of violet diode laser (, = 405nm, P = 4mW, pulse repetition = l ms), cuvette, optical filter, and photodiode. From the measurement results, it is shown that the fluorescence intensity has a consistent relationship with the ('h/orellu sp, concentration in the range of 0 - 15'106 cell/nil, increase linearly to the cell concentration. The gradient for high concentration (1 10" -15. 10` cell/ml) is < 5 ' 10'9ml/cell, while for low concentration (2-102 - 1I0" cell/ml) is = 6.10 `'nil/cell. The threshold (Wore/la sp. concentration of measurement is about 2.102 cell/ml.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24402
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pemanasan global merupakun isu ulumu dalam bcrbugai jumal pcngclnhuun dan pemberitaan akhir-akhir ini. Carn~cara pencegahan dan penanggulangan sudah mulai dikembangkaln unluk menghindari efek yang lebih berbahaya. Salah satu cam pcnang&_»ulang,z|nnyz| ndalah dengan Eksasi CO2 oleh mil-croalgn. Fiksasi CO3 selain dapat mcngurangi kadar CO; di udara juga dapat menghasilkan biomassa milcroalga yung mcmiliki nilui ckonomis scperti protein dan glukosa. Hasil biomassu ini kini lclah banyzlk dioluh untuk dikonsumsi mzmusia.

l’|‘o:sus llnlosinlcsis |\u.:ru|'mk;|u pruscs ulamm l`|CI'll|l\Q,$l1|\g,ll}'ll |)(.‘l'l\hCl'll\ll~I1ll'l biomassa selain proses enzimatis (tanpa cahaya). Penelitian sebelumnya telah mcmhuklikan scmznkin hcsaar inlcnsilus culmya yang, dibcrikzm pudn kullur nnkrnalga scmakin besur pula biomassa yang dihasilkan. Pcncliliun ini diharanpkun Llupzxl mcmuliukkzm pcngmuh \'lll'l£lSl ll\lC|lSilL|S culmyn Llun _ilunluh inukulum icrlmdup pmduksi biomalssa dun liksusi CO; olch mikroulgn.

Penelitian ini akan menggunakan Chlorella Sp. Chiorelia merupakan alga hijau A( C/ziorophyta) dan rnerupakan mikroalga yang paling banyak dikembangkan. Mikroalga ini nkan dilihat pertumbuhannya dalam fotobioreaktor. Sistern reaktor yang digunakan adalah fotolgioreaktor kolom gelembung.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49421
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadli Yusandi
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan nutrisi nitrogen yang tepat dalam memanfaatkan mikroalga Chlorella vulgaris Buitenzorg sebagai bahan baku baik biodiesel maupun suplemen makanan. Nutrisi nitrogen divariasikan menjadi empat yaitu konsentrasi yang ada pada benneck (500 mg NaNO3/Liter), konsentrasi kekurangan nitrogen (250 mg NaNO3/Liter), konsentrasi kelebihan nitrogen (750 mg NaNO3/Liter), dan sumber nitrogen yang berbeda (500 mg CO(NH2)2/Liter). Konsentrasi nitrogen yang ada pada medium benneck merupakan nutrisi yang paling optimal untuk menghasilkan lipid hingga mencapai 0.42 g/g biomassa. Sedangkan sumber nitrogen urea merupakan nutrisi yang paling tepat untuk menghasilkan protein hingga mencapai 0.54 g/g biomassa. Untuk menghasilkan klorofil, medium yang kelebihan nitrogen merupakan nutrisi yang paling tepat hingga mencapai 4.9 g/100g biomassa. ......The purpose of this study was to determine the proper nitrogen nutrients in microalgae Chlorella vulgaris Buitenzorg use as raw material for both biodiesel and food supplements. Nitrogen nutrients varied into four namely the concentration that existed at the benneck (500 mg NaNO3/Liter), the concentration of nitrogen deficiency (250 mg NaNO3/Liter), excess nitrogen concentration (750 mg NaNO3/Liter), and different nitrogen sources (500 mg CO (NH2)2/Liter). Nitrogen concentration in the medium benneck there is the most optimal nutrition to produce lipids up to 0:42 g / g biomass. While the source of urea nitrogen is the most appropriate nutrients to produce the protein until it reaches 0:54 g / g biomass. To produce chlorophyll, medium that excess nitrogen is the most appropriate nutrients to reach 4.9 g/100g biomass.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51673
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatul Djamilah
Abstrak :
Penelitian bertujuan mengetahui fase pertumbuhan Chlorella sp.; identitas molekuler Chlorella sp.; mendeteksi lipid Chlorella sp. secara kualitatif; waktu panen Chlorella sp. dengan biomassa terbanyak; waktu panen Chlorella sp. dengan lipid terbaik; dan mengkarakterisasi asam lemak pada tiga fase pertumbuhan Chlorella sp. Sepuluh mikroalga diseleksi menjadi tiga melalui identifikasi molekuler, pendeteksian lipid kualitatif menggunakan nile-red, dan pengamatan pertumbuhan dalam Erlenmeyer, selanjutnya karakterisasi pertumbuhan, pengamatan produksi biomassa dengan metode filtrasi, penghitungan kadar lipid dengan ekstraksi Bligh-Dyer, dan analisis profil asam lemak dengan karakterisasi FAME menggunakan GCMS. Hasil penelitian menunjukkan Chlorella sp. MA-84, Chlorella sp. MA-86, dan Chlorella sp. MA-90 diidentifikasi secara molekuler sebagai Chlorella vulgaris dan memiliki potensi lipid terbaik secara kualitatif tanpa hambatan pertumbuhan biomassa. Terdapat variasi fase-fase pertumbuhan pada ketiga strain. Chlorella vulgaris MA-84, Chlorella vulgaris MA-86, dan Chlorella vulgaris MA-90 menghasilkan biomassa tertinggi masing-masing 1,242±0,08 g/L (t12), 3,217±0,17 g/L (t14), dan 0.604±0.04 g/L (t16), kadar lipid tertinggi masing-masing 13,853±7,09% (t15), 26,810±22,62% (t16), dan 10,161±3,74% (t16). Ketiga strain mengandung asam palmitat, asam palmitoleat, asam heksadekadienoik, asam linoleat, asam stearat, dan asam arakidat. ......The study aims to identify the growth phases of Chlorella sp., molecularly identify of Chlorella sp., qualitatively detect Chlorella sp. lipids, determine the best harvesting time for maximum biomass and maximum lipid content, also characterize the fatty acids on three growth phases of Chlorella sp. Ten microalgae were selected into three strains through molecular identification, qualitative lipid detection using nile-red, and growth observation in Erlenmeyer, for analyze growth characterization, biomass production using filtration method, lipid content using Bligh-Dyer extraction, and fatty acid profiling through FAME characterization using GCMS. The research results showed that Chlorella sp. MA-84, Chlorella sp. MA-86, and Chlorella sp. MA-90 were molecularly identified as Chlorella vulgaris and demonstrated the best qualitative lipid potential with good growth. There were variations in growth phases among the three strains. Chlorella vulgaris MA-84, Chlorella vulgaris MA-86, and Chlorella vulgaris MA-90 produced the highest biomass of 1.242±0.08 g/L (t12), 3.217±0.17 g/L (t14), and 0.604±0.04 g/L (t16), respectively, and exhibited the highest lipid content of 13.853±7.09% (t15), 26.810±22.62% (t16), and 10.161±3.74% (t16), respectively. All three strains contained palmitic acid, palmitoleic acid, hexadecadienoic acid, linoleic acid, stearic acid, and arachidic acid.
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachma Nuzulliany
Abstrak :
Mikroalga Chlorella sp. termasuk kelompok kecil yang dikenal sebagai nutriceutical, yang merupakan makanan bergizi sangat tinggi dan mulai banyak dikembangkan sebagai penghasil biomassa. Belakangan ini, Chlorella sp. sangat diminati oleh para ahli untuk diteliti karena kemampuannya sebagai penghasil biomassa yang bermanfaat sebagai suplemen makanan dan kesehatan. Berbagai riset yang telah dilakukan di beberapa negara membuktikan bahwa Chlorella aman dijadikan sebagai bahan pangan alternatif yang mempunyai khasiat penyembuh. Selain manfaat biomassa itu sendiri, dalam proses pembudidayaannya, Chlorella sp. dapat dimanfaatkan sebagai pereduksi pemanasan global, yaitu dengan memfiksasi CO2 yang terjadi dalam proses fotosintesis. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka beberapa penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan produksi biomassa dan kemampuan fiksasi CO2-nya. Penelitian kali ini merupakan scale-up dari penelitian- enelitian sebelumnya. Pencahayaan yang diberlakukan pada penelitian ini adalah pencahayaan kontinyu. Namun, pencahayaan ini memiliki keterbatasan karena intensitas yang diberikan selalu konstan padahal jumlah Chlorella dalam kultur semakin meningkat. Oleh sebab itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan proses filtrasi. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Laboratorium Rekayasa Reaksi Kimia, Departemen Teknik Kimia. Jenis mikroalga yang digunakan adalah jenis Chlorella sp., yang telah dikultivasi dalam medium Benneck. Sistem reaktor yang digunakan adalah fotobioreaktor kolom gelembung skala menengah yang dialiri oleh udara yang mengandung 5 % CO2. Proses filtrasi untuk kultivasi Chlorella vulgaris Buitenzorg berhasil meningkatkan produksi biomassa Chlorella sp. hingga 1,03 kali lipat dibandingkan dengan pencahayaan kontinu tanpa filtrasi dengan jumlah inokulum yang sama. Hasil akhir produksi biomassa adalah 0,00756 g/dm3 dengan masa kultivasi yang lebih singkat yaitu selama 200 jam. Nutriceutical is one small group that has very high nutrition, including microalgae Chlorella sp. It has been developed as biomass product. For now, many researchers feel interested to research about their ability as a biomass product that is very useful as food supplement and for health. Many researches that have been done in many countries prove that Chlorella is safe to be alternative food which can be a healing food. Beside the use of the biomass, in the cultivation of Chlorella, it can be used as a reducer of global warming because it can fixate CO2 by photosynthesis. Base on those reasons, many researches have been done to increase the biomass production and the ability of its fixation. This research is about scaling-up from the researches before. It uses constant lighting intensity. But, this lighting has limitation because the intensity is always constant though the number of Chlorella in culture always increases. Therefore, one solution to solve it is by using filtration process. This research is done in Bioprocess Laboratory, Department of Chemical Engineering, University of Indonesia. The type of microalgae that is used is Chlorella sp., in Benneck medium. The system of reactor that is used is mid-scale bubble column photobioreactor flowed by air which contains 5% CO2. Filtration process for cultivating Chlorella sp. has increased biomass production of Chlorella sp. about 1,03 times more than cultivation without filtration by using the same number of Chlorella sp. starter. Final result of dry weight is 0,00756 g/dm3 in shorter time of cultivation, 200 hours.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49665
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Permata Syahri
Abstrak :
Proses reduksi CO2 yang terlepas bebas di atmosfer dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu kimiawi, elektrokimia, dan biologi. Salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam proses reduksi ini adalah dengan memanfaatkan CO2 tersebut untuk fiksasi CO2 sehingga menghasilkan biomassa dengan menggunakan mikroalga yang mampu berfotosintesis. Pemanfaatan mikroalga ini dilakukan karena proses ini ramah lingkungan. Salah satu mikroalga yang banyak terdapat di Indonesia adalah Chlorella sp. Pemilihan mikroalga ini didasarkan pada kemampuan bertahan hidup dan juga kandungan biomassanya yang cukup besar. Fotobioreaktor berbentuk plate skala laboratorium telah terbukti dapat digunakan untuk produksi biomassa Chlorella sp. dan optimasi produksi biomassa Chlorella sp. tersebut terletak pada proses pencahayaan. Metode pencahyaan yang dipilih akan mempengaruhi proses fotosintesis untuk produksi biomassa Chlorella sp. Pencahayaan alterasi (pengaturan kerapatan fluks cahaya) adalah pencahayaan yang digunakan dalam penelitian kali ini. Pencahayaan alterasi sendiri merupakan pengembangan dari sistem pencahayaan kontinu di mana intensitas cahaya akan ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah innokulum (sel) yang sedang dikultivasi. Fotobioreaktor kolom gelembung skala menengah dengan volume 18 Liter akan digunakan sebagai tempat kultivasi. Sedangkan jenis mikroalga yang digunakan adalah jenis Chlorella vulgaris Buitenzorg yang telah dikultivasi dalam medium Benneck. Chlorella vulgaris Buitenzorg ini akan diberikan pencahayaan alterasi selama proses penelitian dengan temperatur dan tekanan operasi 29oC dan 1 atm, sebagai pembanding dilakukan pencahayaan kontinu dengan jumlah innokulum yang sama. Udara yang mengandung CO2 sebesar 5% dialirkan ke dalam reaktor sebagai carbon source. Pengambilan data dilakukan setiap 4 jam sekali. Evaluasi yang dilakukan menghasilkan kecepatan superfisial yang sesuai untuk kultivasi Chlorella vulgaris Buitenzorg yaitu 15,66 m/jam. Uji produksi yang dilakukan dengan memanfaatkan nilai kecepatan superfisial ini menunjukkkan bahwa fotobioreaktor kolom gelembung skala menengah ini mampu memproduksi Chlorella vulgaris Buitenzorg dengan baik, namun waktu kultivasi yang dibutuhkan lebih besar dibandingkan dengan skala laboratorium. Oleh karena itu, dibutuhkan pengoptimalan proses lebih lanjut untuk memperoleh hasil produksi biomassa yang maksimum.
Reduction process on CO2 which is released freely in the atmosphere can be done by many ways, such as chemical, electrochemical, and biological method. One of the alternative method used on this reduction process is using microalgae which is able to photosynthesize for fixating CO2 and producing biomass. This method is also environmental friendly. One of the microalgae which is grown a lot in Indonesia is Chlorella sp. The selection of Chlorella sp. is based on the resistance and large biomass content. Laboratory scale plate bubble column photobioreactor has been proven well to produce Chlorella vulgaris Buitenzorg biomass about 0.016 g/dm3. Lighting method which is chosen, will affect photosynthesis process for producing Chlorella vulgaris Buitenzorg biomass. Alteration lighting (controlling lighting intensity) is lighting method used in this research. This method has been proven to increase biomass product about 1,61 times than constant lighting. Alteration lighting itself is developed from constant lighting system which lighting intensity will be increased when the amount of inoculum cell increase. Mid-scale bubble column photobioreactor (18 dm3) will be used for cultivating place. The type of microalgae for this research is Chlorella vulgaris Buitenzorg which has been cultivated in Benneck medium. Chlorella vulgaris Buitenzorg will be illuminated by alteration lighting, with temperature and pressure operation at 29oC and 1 atm. As the comparison, Chlorella vulgaris Buitenzorg is cultivated by constant lighting with the same amount of inoculum. Air which is rich of 5% CO2 is flowed into the reactor as carbon source. Collecting data will be every 4 hours. Evaluation of mid-scale bubble column photobioreactor gives superficial velocity 15,66 m/hour. Cultivation of Chlorella vulgaris Buitenzorg which has done using this superficial velocity shows that mid-scale bubble column photobioreactor performs well to produce biomass though gives higher cultivation time than laboratory scale bubble column photobioreactor. Process optimization is needed to get maximum biomass production.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48440
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaeni
Abstrak :
Pengaturan kecepatan superfisial (UG) udara dalam pengembangbiakkan Chlorella vulgaris Buitenzorg sangat diperlukan agar terjadi pemerataan cahaya dan CO2 yang diberikan ke dalam media kultur. Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa semakin tinggi kecepatan superfisial, jumlah sel yang dihasilkan semakin banyak hingga mencapai titik tertentu, peningkatan kecepatan superfisial akan mengakibatkan penurunan jumlah sel yang dihasilkan. Produksi biomassa dan laju pertumbuhan Chlorella vulgaris Buitenzorg mencapai maksimum pada kecepatan superfisial 11, 917 m/h. Energi terbesar yang digunakan selama kultivasi tertinggi pada kecepatan superfisial 6,851 m/h dan terrendah pada kecepatan superfisial 11,917 m/h. Pencahayaan alterasi dilakukan sebagai pembanding dan dilakukan pada kecepatan superfisial 8,875 m/h menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pada pencahayaan kontinyu pada kecepatan superfisial yang sama. Namun, tidak lebih tinggi dibandingkan dengan pencahayaan kontinyu pada kecepatan superfisial yang optimum.
Arrangement of superficial velocity (UG) in Chlorella vulgaris Buitenzorg cultivation very need so that happen light generalization and CO2 that given into culture media. From research, got that speed excelsior superficial, cell total that produced more and more up to achieve certain points, enhancement of superficial velocity will cause cell total depreciation that produced. Production biomass and growth rate Chlorella vulgaris Buitenzorg achieve maximum at a speed of superfisial 11,917 m/h. Biggest energy that is used during cultivation highest at a speed of superficial 6,851 m/h and low at a speed of superficial 11,917 m/h. Alteration illumination at a speed of superficial 8,875 m/h produce growth rate higher is compared with in continuous illumination at a speed of superficial same, but not higher than continuous illumination at a superficial velocity optimum.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S51830
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Novida Theodora
Abstrak :
Chlorella vulgaris selain sebagai sumber nutrisi makanan dan anti oksidan, berpotensi juga untuk pengolahan limbah domestik karena memiliki kandungan nutrisi seperti fosfat dan amonia yang dibutuhkan sebagai substrat untuk fase pertumbuhan. Penelitian menunjukkan bahwa Chlorella vulgaris lebih menyukai kultur dengan medium limbah pada perbandingan volume 2:1 terhadap alga dibandingkan 1:1 dan 3:1. Hal ini ditinjau dari penurunan kualitas limbah yang menunjukkan bahwa Chlorella vulgaris memiliki kemampuan mendegradasi amonia nitrogen sebesar 95.5%. Sedangkan pada rasio 1:1, penurunan amonia nitrogen sebesar 92.17% dan pada rasio 3:1 sebesar 78.77%. Selain kemampuannya dalam mengolah limbah, Chlorella vulgaris menghasilkan kandungan lipid yang berpotensi sebagai bahan baku biofuel. Kandungan lipid paling tinggi ditemukan pada rasio volume 2:1, yaitu sebesar 44.3%, sedangkan kandungan lipid pada rasio 1:1 dan 3:1 adalah 39.56% dan 37.96% selama 204 jam lama kultivasi. ......Besides as a source of food nutrient and anti-oxidant, Chlorella vulgaris potentially also for domestic waste treatment because of its nutrient contain such as phosphate and ammonia nitrogen which needed as a substrate for the growth phase. Research shows that Chlorella vulgaris prefers to waste medium with the volume ratio of 2:1 compared to algae than ratio 1:1 and 3:1. It is observed from waste degradation which shows that Chlorella vulgaris has the ability to degrade 95.5% of ammonia nitrogen. Whereas the ratio of 1:1 and 3:1 degrade 92.17% and 78.77% of ammonia nitrogen. In addition for its ability to treat waste, Chlorella vulgaris also produce lipid content that has potential as biofuel feedstock. The highest lipid content was found in the volume ratio of 2:1, that is equal to 44.3%, whereas the lipid content in 1:1 and 3:1 ratio are 39.56% and 37.96% for 204 hours long cultivation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1121
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>